Didalam dunia keperawatan, perawat melakukan asuhan keperawatan yang mencakup kebutuhan biopsikososial dan spiritual pasien. Perawat merupakan tenaga kesehatan yang selalu kontak 24 jam dengan pasien. Komunikasi yang terjalin antara perawat dan pasien menjadi hal yang sangat penting dalam menunjang proses kesehatan pasien.
Trainer komunikasi efektif bidang keselamatan pasien dan public speaking pelayanan publik Ns Suhariyanto, S.Kep, M.Kep dalam webinar series yang berjudul Visiting Researcher Programme oleh Centre of Excellence for Patient Safety and Quality Universitas Airlangga (UNAIR) menjelaskan bahwa pada tahun 2013, terjadi peningkatan kasus yang tidak diinginkan, salah satu penyebabnya adalah komunikasi efektif, berada pada urutan kedua. Kejadian tersebut banyak terindikasi dibagian keperawatan karena hampir 60% pemberi pelayanan adalah seorang perawat. Sehingga perlu sekali peningkatan kemampuan komunikasi efektif bagi perawat.
Selain hal tersebut dalam rumah sakit yang terdiri dari berbagai profesi yang bekerja dalam melayani kebutuhan pasien dengan prinsip “patient centre care”, masing – masing profesi harus menjadi tim yang solid, kompak serta bekerjasama dimana sangat dibutuhkan komunikasi efektif diantara sesama anggotanya.
Komunikasi efektif adalah komunikasi yang mampu menghasilkan perubahan sikap (attitude change) pada orang yang terlibat dalam komunikasi. Proses komunikasi efektif artinya proses dimana komunikator dan komunikan saling bertukar ide, informasi, kepercayaan, perasaan, dan sikap antara dua orang atau kelompok yang hasilnya sesuai dengan harapan. Meningkatkan komunikasi efektif merupakan salah satu dari 6 (enam) sasaran keselamatan pasien.
Suharyanto menjelaskan bahwa seluruh unsur disebuah rumah sakit harus menerapkan komunikasi efektif melalui 3 (tiga) faktor komunikasi penting yaitu 3V meliputi verbal (kata – kata), vokal (intonasi), dan visual (bahasa tubuh).
Lebih lanjut, penelitian Marc’ et al. (2021) menunjukkan bahwa bahasa tubuh yang terbuka dan inklusif dapat mengurangi kecemasan pasien. Perawat yang menunjukkan sikap tubuh terbuka dan tidak defensif, seperti tidak menyilangkan tangan atau kaki, mampu menciptakan lingkungan yang lebih ramah dan nyaman bagi pasien, yang pada akhirnya dapat mengurangi tingkat kecemasan mereka.
Penelitian oleh Nguyen et al. (2022) mengidentifikasi pentingnya ekspresi wajah dalam komunikasi perawat-pasien. Mereka menemukan bahwa perawat yang menggunakan ekspresi wajah yang hangat dan ramah dapat meningkatkan persepsi positif pasien terhadap perawatan yang mereka terima. Ekspresi wajah yang ramah dapat membantu pasien merasa lebih dihargai dan dipahami, yang sangat penting dalam konteks perawatan kesehatan.
Dalam menjalin komunikasi dengan pasien, perawat perlu memberikan perhatian yang penuh, mendengarkan dengan penuh perhatian. Selama interaksi dengan pasien, perawat harus mendengarkan semua yang disampaikan oleh pasien. Memberikan ruang kepada pasien untuk menyampaikan semua keluhan yang dirasakan oleh pasien. Perawat harus memperlihatkan sikap yang terbuka sehingga pasien merasa nyaman untuk berkomunikasi dengan perawat.
Disamping itu, perawat juga harus memperhatikan kata – kata yang disampaikan selama proses komunikasi. Tidak semua pasien mengerti dan paham terhadap kosakata yang disampaikan oleh perawat. Pasien kadang – kadang bingung dan tidak mengerti terkait informasi yang disampaikan oleh perawat. Oleh karena itu perawat harus menggunakan bahasa yang sesuai dan bahasa yang yang dimengerti oleh pasien untuk mengurangi kesalahpahaman antara pasien, keluarga dan perawat.
Komunikasi dapat berbentuk verbal, elektronik, dan tertulis. Komunikasi yang rentan terjadi kesalahan adalah saat perintah lisan atau melalui telepon. Hal ini dapat disebabkan oleh perbedaan aksen dan dialek. Pengucapan dapat juga menyulitkan penerima perintah untuk memahami perintah yang diberikan, misalnya obat yang rupa dan ucapannya mirip (look a like, sound a like).
Situation-Background-Assesment-Recomendation (SBAR) adalah alat komunikasi terstruktur yang dirancang untuk mengurangi kesalahan yang disebabkan oleh komunikasi dan untuk meningkatkan keselamatan pasien, termasuk situasi, latar belakang, penilaian, dan rekomendasi. Komunikasi menggunakan SBAR dapat meningkatkan kejelasan komunikasi perawat dan meningkatkan kepuasan perawat, serta kualitas pelayanan pasien. Di Korea, minat terhadap SBAR semakin meningkat, mengharuskan agensi untuk meminta peraturan komunikasi yang akurat antara profesional medis. Seperti disebutkan sebelumnya, sejumlah studi penelitian telah dilakukan untuk mengatasi masalah komunikasi karena komunikasi dalam pengaturan pelayanan kesehatan merupakan kompetensi penting untuk keselamatan pasien. (Andreasen EM et al., 2022). Komunikasi yang diterapkan rumah sakit dengan menggunakan metode SBAR yang terdiri dari :
· S : Situation; Yakni penjelasan situasi terkini yang terjadi pada pasien.
· B : Background; Yakni informasi penting apa yang berhubungan dengan kondisi dan latar belakang pasien terkini.
· A : Assessment; Yakni hasil pengkajian kondisi pasien terkini/ terakhir.
· R : Recommendation; Yakni rekomendasi apa yang perlu dilakukan untuk mengatasi masalah terhadap pasien ybs.
Komunikasi yang efektif akan sangat membantu peran integrasi dan koordinative care pada pasien. Pada akhirnya hal itu akan meningkatkan kepuasan pasien, penggunaan sumber dana kesehatan yang cost effective, mencegah insiden keselamatan pasien, meningkatkan mutu pelayanan, meningkatkan image pelayanan dan menurunkan kemungkinan tuduhan pelayanan yang kurang baik.
Referensi :
https://unair.ac.id/tips-komunikasi-efektif-perawat-kepada-pasien/
https://dinkes.babelprov.go.id/content/komunikasi-efektif-terhadap-perawatan-pasien
https://krakataumedika.com/info-media/artikel/penerapan-komunikasi-efektif-di-rumah-sakit
https://persi.or.id/wp-content/uploads/2018/04/komunikasi_efektif.pdf
https://journal.amikveteran.ac.id/index.php/Khatulistiwa/article/download/3398/2582/11954
Sumber Gambar :
Dokumentasi Humas RSO