Selasa, 19 Juli 2022 11:46 WIB

Mengenal Ataksia

Responsive image
7433
Tim Promkes RSST - RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten

Ataksia adalah gangguan gerakan tubuh yang disebabkan masalah pada otak. Saat terserang ataksia, seseorang sulit menggerakkan tubuh seperti yang diinginkan atau anggota tubuh dapat bergerak di saat tidak diinginkan. Dengan kata lain, ataksia berarti juga gangguan saraf atau neurologis yang berpengaruh pada koordinasi, keseimbangan, dan cara bicara. Banyak kondisi yang dapat menyebabkan kerusakan bagian otak yang mengatur koordinasi otot. Kondisi tersebut bisa berupa kecanduan alkohol, penyakit, faktor genetik, atau konsumsi obat tertentu.

Sejauh ini, ditemukan sekitar 100 jenis ataksia yang berbeda. Jenis-jenis tersebut dikelompokkan berdasarkan penyebab dan bagian tubuh yang terganggu. Penanganan ataksia bergantung dari penyebabnya dan bertujuan agar penderita dapat melakukan kegiatannya secara mandiri. Bentuk penanganan yang bisa dilakukan, antara lain pemberian obat, fisioterapi, dan terapi bicara.

Gejala Ataksia
Gejala ataksia dapat berkembang perlahan atau menyerang secara tiba-tiba. Gejala umum ditunjukkan dengan gangguan saraf, yang meliputi :

  • Koordinasi gerak yang buruk.
  • Langkah kaki yang tidak stabil atau seperti mau jatuh.
  • Kesulitan mengendalikan motorik halus, seperti makan, menulis, atau mengancingkan baju.
  • Perubahan cara bicara.
  • Sulit menelan
  • Nystagmus atau pergerakan bola mata yang tidak disengaja. Pergerakan mata ini dapat terjadi pada satu atau kedua mata yang bergerak ke samping (horizontal), atas-bawah (vertikal), atau memutar.
  • Gangguan dalam berpikir atau emosi. Ataksia dapat terjadi pada beberapa area dalam sistem saraf pusat.

Berdasarkan lokasi kerusakan, maka ataksia terbagi menjadi :

  • Ataksia serebelum (otak kecil)

Kondisi ini terjadi saat kerusakan terjadi pada serebelum atau otak kecil yang berperan dalam keseimbangan atau koordinasi. Ataksia serebelum ditunjukkan dengan gejala berupa perubahan kepribadian atau tingkah laku, otot menjadi lemah atau mengalami tremor , sulit berjalan, bicara cadel, atau berjalan dengan langkah yang lebar.

  •  Ataksia sensorik

Kerusakan bisa terjadi pada saraf tulang belakang atau sistem saraf perifer. Saraf perifer merupakan bagian sistem saraf selain otak dan saraf tulang belakang. Gejala ataksia sensorik, antara lain mati rasa di tungkai, sulit menyentuh hidung dengan mata tertutup, tidak bisa merasakan getaran, sulit berjalan dalam cahaya redup, atau langkah yang berat saat berjalan.

  •  Ataksia vestibular

Kerusakan jenis ini terjadi pada sistem vestibular di telinga bagian dalam. Fungsi sistem vestibular adalah untuk mengatur gerakan kepala, keseimbangan tubuh, serta mempertahankan postur tubuh
dalam sebuah ruang (spasial). Gejala gangguan sistem vestibular, antara lain gangguan penglihatan atau pandangan kabur, mual dan muntah, masalah saat berdiri atau duduk, sulit berjalan lurus, serta
vertigo atau pusing.

Penyebab Ataksia
Beberapa kondisi dapat menyebabkan terjadinya ataksia. Dari penyebabnya, ataksia dapat digolongkan menjadi ataksia yang didapat (acquired ataxia), ataksia genetik, dan ataksia idiopati.
Ataksia yang Didapat Jenis ataksia ini terjadi saat terdapat gangguan pada saraf tulang belakang karena cedera atau penyakit. Beberapa penyebabnya, antara lain :

  • Infeksi bakteri pada otak, misalnya meningitis .
  • Infeksi virus yang menyebar hingga ke otak, misalnya cacar air atau campak.
  • Kurangnya hormon tiroid dalam darah.
  • Kondisi yang menggangu asupan darah ke otak, misalnya stroke atau perdarahan.
  • Cedera kepala berat pasca jatuh atau kecelakaan.
  • Tumor otak
  • Cerebral palsy, atau gangguan karena kerusakan otak saat pertumbuhan anak sebelum atau setelah kelahiran, yang memengaruhi kemampuan tubuh dalam koordinasi gerakan.
  • Penyakit autoimun, seperti multiple sclerosis , sarkoidosis, atau penyakit celiac.
  • Sindrom paraneoplastik, yaitu gangguan dari sistem kekebalan tubuh akibat kanker.
  • Hidrosefalus
  • Kekurangan vitamin B1, B12, atau E.
  • Reaksi racun atau efek samping obat-obatan, seperti obat penenang atau obat kemoterapi .
  • Kecanduan alkohol atau penyalahgunaan NAPZA.

Ataksia Genetik
Ataksia genetik merupakan ataksia yang diturunkan dari orang tua. di mana terdapat kesalahan pada gen tertentu yang membuat fungsi sel saraf di otak atau tulang belakang menjadi terhambat, sehingga menyebabkan kerusakan sel saraf. Beberapa jenis ataksia genetik, antara lain :

  •  Ataksia karena gen dominan (gangguan dominan autosomal).

Pada gangguan ini, ataksia dapat diturunkan meski gen abnormal yang diturunkan hanya dari salah satu orang tua. Salah satu yang termasuk golongan ini adalah ataksia spinoserebelar, yang
biasanya menyerang orang dewasa di usia 25-80 tahun. Jenis lainnya adalah ataksia episodik, yang dapat dipicu akibat terkejut atau gerakan tiba-tiba, serta stres. Gejala awal ataksia episodik dapat muncul saat remaja.

  •  Ataksia karena gen resesif. 

Pada gangguan ini, kedua orang tua perlu menurunkan gen pada anak untuk menimbulkan ataksia.
Pemeriksaan Ataksia Diagnosis ataksia dapat ditetapkan dokter setelah menanyakan gejala
dan melakukan pemeriksaan fiisk, termasuk pemeriksaan saraf. Pemeriksaan tersebut termasuk melihat kondisi ingatan dan konsentrasi, penglihatan, pendengaran, keseimbangan, koordinasi,
serta refleks pasien. Guna mengetahui penyebab ataksia, dokter dapat menyarankan pemeriksaan penunjang, seperti :

  •  Pemindaian otak

Untuk mengidentifikasi kondisi abnormal pada otak yang menyebabkan ataksia. Pemindaian dapat dilakukan melalui foto Rontgen, CT scan atau MRI .

  •  Pungsi lumbal

Dokter akan memeriksa cairan serebrospinal untuk melihat adanya kondisi abnormal, seperti infeksi, yang menyebabkan gejala yang sama dengan ataksia.

  •  Tes genetik

Untuk memastikan apakah ataksia disebabkan oleh mutasi gen. Dokter akan mengambil sampel darah untuk diteliti.

 

Referensi :

1. Nurul Mahirah. 2011. Makalah Ilmiah Ataksia. Jurnal Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti Jakarta.

2. Harsono. 2017. Buku Ajar Neurologi Klinis. Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia dan UGM Press Yogyakarta.

3. Ashizawa, T. Xia, G. 2016. Ataxia. Continuum, 22(4), pp. 1208-1226.

4. Akbar, U. Ashizawa, T. 2015. Ataxia. Neurol Clin, 33(1), pp. 225-248.

5. NIH. 2018. NINDS. Ataxia and Cerebellar or Spinocerebellar Degeneration.

6. NHS Choices UK. 2018. Health A-Z. Ataxia.

7. Mayo Clinic. 2018. Diseases & Conditions. Ataxia.

8. Mayo Clinic. 2018. Autosomal Recessive Inheritance Pattern Johns Hopkins Medicine. Neurology and Neurosurgery. Ataxia.

9. Lava, N. WebMD. 2016. Brain & Nervous System. Ataxia : What are the Types?