Kamis, 02 Januari 2025 08:51 WIB

Stigma pada Penderita HIV/AIDS

Responsive image
285
Promosi Kesehatan, Tim Kerja Hukum dan Humas - RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten

Diagnosis HIV/AIDS sering kali menimbulkan rasa takut bagi ODHA dan keluarga mereka. Ketika pertama kali menerima diagnosis positif, ODHA sering merasakan kebingungan, depresi, keterkejutan, kecemasan, dan penolakan terhadap diagnosis tersebut. Reaksi selanjutnya yang biasanya muncul adalah isolasi sosial, di mana mereka cenderung menarik diri dari lingkungan sekitar dan bahkan menghindari interaksi dengan orang lain. Hal ini terjadi karena kekhawatiran terhadap stigma dan diskriminasi yang datang dari masyarakat. Mereka merasa terancam oleh lingkungan sekitar dan merasakan penilaian negatif akibat status HIV yang mereka miliki. Selain itu, stigma dapat mengurangi kualitas hidup, membatasi akses serta pemanfaatan layanan kesehatan, dan menurunkan kepatuhan terhadap pengobatan antiretroviral. Masalah yang dihadapi oleh ODHA sangat kompleks, di mana mereka tidak hanya merasakan penderitaan fisik akibat penyakit, tetapi juga mengalami kesulitan dalam fungsi psikososial mereka. Semakin rendah pengetahuan seseorang mengenai HIV/AIDS, maka semakin besar kemungkinan munculnya stigma di antara mereka. Pendidikan kesehatan memiliki peran untuk mengintervensi faktor-faktor perilaku, agar perilaku individu, masyarakat, atau kelompok dapat sesuai dengan nilai-nilai kesehatan. Pengetahuan kesehatan akan mempengaruhi perilaku sebagai dampak jangka menengah dari pendidikan kesehatan. Selanjutnya, perilaku sehat yang terbentuk akan mempengaruhi peningkatan indikator kesehatan masyarakat sebagai hasil dari pendidikan kesehatan.

1.    Stigma Komunikasi Negatif pada Pasien ODHA (Orang Dengan HIV dan AIDS)

Stigma komunikasi yang diterima oleh pasien ODHA (Orang Dengan HIV/AIDS) dari masyarakat dapat berdampak pada kualitas hidup mereka, mempengaruhi kondisi psikologis, mental, rasa percaya diri, serta karier mereka. Dampak ini timbul akibat terus-menerusnya stigma negatif yang diberikan oleh masyarakat terhadap pasien yang terinfeksi HIV.

2.    Stigma Masyarakat dan Stigma pada Diri Sendiri terkait HIV dan AIDS

Stigma terhadap ODHA (Orang Dengan HIV/AIDS) muncul hampir di seluruh lapisan masyarakat, termasuk di kalangan keluarga, teman, lingkungan sekolah atau tempat kerja, serta media massa. Salah satu faktor yang menyebabkan timbulnya stigma ini adalah rendahnya tingkat pendidikan dan pengetahuan masyarakat tentang HIV dan AIDS. Selain itu, kurangnya sosialisasi atau penyuluhan mengenai HIV dan AIDS, terutama terkait dengan cara penularan dan pencegahannya, menyebabkan masyarakat memiliki pandangan yang salah mengenai ODHA.

3.    Korelasi Stigma dengan Lost To-Follow Up pada Orang Dengan HIV dan AIDS

Stigma menjadi hambatan dalam perawatan ODHA. Fenomena psiko-sosiologis ini dapat mempengaruhi efektivitas pengobatan. Stigma memiliki potensi untuk meningkatkan kemungkinan ODHA mengalami LTFU hingga enam kali lipat.

4.    Stigma Masyarakat Tentang HIV/AIDS di Lingkungan Masyarakat

Banyak masyarakat desa yang masih memandang HIV/AIDS dengan stigma negatif. Oleh karena itu, disarankan agar petugas kesehatan lebih aktif dalam memberikan penyuluhan dan sosialisasi mengenai HIV/AIDS serta ODHA kepada masyarakat, dengan memanfaatkan media promosi kesehatan yang populer di kalangan mereka.

5.    Stigma Masyarakat Terhadap Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA) di Lingkungan Masyarakat

Terdapat pandangan negatif dari masyarakat terhadap ODHA, di mana seluruh informan menunjukkan adanya stigma tersebut. Stigma ini berupa sikap dan persepsi yang buruk terhadap ODHA. Munculnya stigma ini disebabkan oleh kurangnya pemahaman masyarakat, yang akhirnya menimbulkan sikap dan persepsi negatif terhadap ODHA. Pemerintah dan tenaga medis diharapkan dapat meningkatkan perhatian serta kualitas layanan untuk ODHA, memberikan dukungan, serta melindungi hak dan privasi mereka, termasuk menghindari pemberian stigma. Selain itu, penting untuk memberikan informasi yang komprehensif tentang HIV/AIDS guna meningkatkan pemahaman yang dapat mengubah pandangan individu dan masyarakat terhadap ODHA. Untuk itu, dibutuhkan upaya pengurangan stigma melalui edukasi dan sosialisasi oleh tenaga kesehatan agar masyarakat tidak merasa takut atau khawatir terhadap ODHA.

6.    Penanganan Terhadap Stigma Masyarakat tentang Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA) di Komunitas.

Hubungan antara stigma yang diterima oleh orang dengan HIV/AIDS (ODHA) dari masyarakat dan keluarga, baik itu stigma positif maupun negatif, dapat muncul dari kedua pihak, baik keluarga maupun masyarakat luas.

7.    Response of People Living With HIV AIDS to HIV AIDS

Permasalahan yang dihadapi ODHA bukan hanya permasalahan kondisi fisik yang semakin menurun, namun juga timbul permasalahan sosial seperti penerimaan label negatif atau stigma dari lingkungan tetangga, keluarga maupun petugas Kesehatan. ODHA memahami bahwa label negatif yang dialami merupakan bentuk-bentuk stigma.

8.    Stigma dan Diskriminasi serta Strategi Coping pada Orang Dengan HIV dan AIDS (ODHA)

Stigma terhadap ODHA terjadi hampir dalam segala lapisan masyarakat yaitu keluarga, teman sebaya, lingkungan sekolah atau kerja dan media massa. Faktor penyebab tingginya stigma di masyarakat terhadap ODHA adalah rendahnya tingkat pendidikan dan pengetahuan masyarakat mengenai HIV dan AIDS disamping itu kurangnya sosialisasi atau penyuluhan mengenai HIV dan AIDS terutama cara penularan dan pencegahannya sehingga masyarakat mempunyai anggapan yang keliru tentang ODHA.

9.    Memahami Stigma Keluarga HIV-AIDS Melalui Straussian Grounded Theory

Penolakan, harga diri yang rendah, isolasi sosial, ketakutan, dan sistem dukungan. Kategori-kategori ini membentuk suatu teori dan pemahaman yang lebih mendalam mengenai stigma yang dialami oleh keluarga dari individu yang terinfeksi HIV-AIDS.

10.   Stigma dan Diskriminasi Orang Dengan HIV/AIDS Antara Masyarakat Perkotaan dan Pedesaan

Diharapkan agar semua instansi, baik pemerintah maupun swasta, dapat berkontribusi aktif dalam menyelesaikan masalah HIV/AIDS secara menyeluruh. Selain itu, di kalangan masyarakat pedesaan, peran aktif tokoh masyarakat, tokoh adat, dan pemuka agama memiliki dampak yang besar dalam mengurangi stigma dan diskriminasi terhadap ODHA, karena tokoh-tokoh lokal ini seringkali menjadi teladan dan panutan bagi Masyarakat.

 

Referensi :

Arias-Colmenero, T., Pérez-Morente, M. Á., Ramos-Morcillo, A. J., Capilla-Díaz, C., Ruzafa-Martínez, M., & Hueso-Montoro, C. 2020. Experiences and Attitudes of People with HIV / AIDS?: A Systematic Review of Qualitative Studies. International Journal of Environmental Research and Public Health.

Cahyono, S. W. T. 2020. Gambaran Sistem Interpersonal Teori King Terhadap Stigma Negatif pada Penderita Hiv Positif di Nganjuk. Journal of Midwifery and Reproduction.

Handayani, S., Mahmud, A., Studi, P., Masyarakat, K., Tinggi, S., Kesehatan, I., Makassar, T., Provinsi, B., & Selatan, S. 2020. Stigma dan Diskriminasi Orang Dengan HIV/AIDS Antara Masyarakat Perkotaan dan Pedesaan di Sulawesi Selatan Stigma and Discrimination of People With HIV / AIDS Between Urban and Rural Communities in South Sulawesi. Jurnal Kesehatan Masyarakat.