Autism Spectrum Disorder (ASD) atau yang lebih sering disebut autisme merupakan gangguan perkembangan saraf. Gangguan tersebut mempengaruhi perkembangan bahasa dan kemampuan seorang anak untuk berkomunikasi, berinteraksi, serta berperilaku. Bukan hanya autisme, ASD juga mencakup sindrom Asperger, sindrom Heller, dan gangguan perkembangan pervasif (PPD-NOS). Perlu diingat bahwa autisme bukanlah penyakit, melainkan kondisi di mana otak bekerja dengan cara yang berbeda dari orang lain. Mereka yang menyandang autisme dapat mengalami kesulitan memahami apa yang orang lain pikirkan dan rasakan. Hal ini membuat mereka sulit untuk mengekspresikan diri. Baik dengan kata-kata atau melalui gerak tubuh, ekspresi wajah, dan sentuhan. Selain itu, penyandang autisme juga mungkin akan memiliki kendala saat belajar. Keterampilan mereka mungkin berkembang tidak merata. Misalnya ketika penyandang autisme memiliki kesulitan berkomunikasi, bisa saja dirinya sangat pandai dalam seni, musik, memori, hingga matematika. Berdasarkan data yang dihimpun oleh WHO, autisme terjadi pada 1 dari 160 anak di seluruh dunia. Sedangkan, di Indonesia, hingga saat ini belum ada data yang pasti mengenai jumlah penderita autisme.
Penyebab Autisme
Penyebab autisme belum diketahui secara pasti. Akan tetapi, ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang terserang autisme, yaitu :
1. Berjenis kelamin laki-laki.
2. Memiliki keluarga dengan riwayat autisme.
3. Terlahir secara prematur.
4. Memiliki kelainan genetik atau kromosom tertentu, seperti sindrom Fragile X dan tuberous sclerosis.
5. Dilahirkan dari kedua orang tua yang berusia lebih dari 40 tahun.
6. Dilahirkan dari ibu yang mengonsumsi minuman beralkohol atau obat-obatan tertentu, terutama obat epilepsi, selama masa kehamilan.
Gejala Autisme
Gejala autisme sering kali muncul di usia 2 (dua) tahun. Pada sebagian kasus, gejala autisme tampak di usia kurang dari 1 (satu) tahun atau baru timbul ketika dewasa. Penderita autisme umumnya mengalami hambatan saat menjalani aktivitas sehari-hari, dengan gejala dan tingkat keparahan yang dapat berbeda-beda pada tiap penderita.
Berikut ini adalah beberapa gejala yang biasanya muncul pada penderita autisme :
1. Gangguan Komunikasi dan Interaksi Sosial.
Sebagian penderita autisme mengalami kesulitan dalam berinteraksi dengan orang lain, biasanya ketika anak berumur 8 atau 10 bulan. Beberapa penderita mungkin bisa mahir berbicara, tetapi kemampuan tersebut dapat hilang seiring bertambahnya usia.
Gejala yang terkait dengan gangguan komunikasi dan interaksi sosial adalah :
a. Tidak merespons saat namanya dipanggil, meski kemampuan indera pendengarannya normal.
b. Tidak pernah mengungkapkan emosi dan tidak peka terhadap perasaan orang lain.
c. Tidak bisa memulai atau meneruskan percakapan, bahkan hanya untuk meminta sesuatu.
d. Sering mengulang kata (ekolalia), termasuk latah, tetapi tidak memahami penggunaannya secara tepat.
e. Sering menghindari kontak mata dan kurang menunjukkan ekspresi wajah.
f. Memiliki nada bicara yang tidak biasa, misalnya datar seperti robot.
g. Lebih senang menyendiri, seperti berada di dunianya sendiri.
h. Tidak memahami pertanyaan atau petunjuk sederhana.
i. Enggan berbagi, berbicara, atau bermain dengan orang lain.
j. Menghindari atau menolak kontak fisik dengan orang lain.
2. Gangguan Pola Perilaku
Penderita autisme memiliki pola perilaku, aktivitas, atau minat yang tampak tidak biasa, terbatas, dan dilakukan secara berulang-ulang.
Beberapa gejala yang berkaitan dengan gangguan pola perilaku tersebut adalah :
a. Sensitif terhadap cahaya, sentuhan, atau suara, tetapi tidak merespons rasa sakit.
b. Pola aktivitas yang selalu sama dan marah jika ada perubahan.
c. Kelainan pada sikap tubuh atau pola gerakan, misalnya selalu berjalan dengan berjinjit.
d. Gerakan repetitif atau berulang, misalnya mengibaskan tangan atau mengayunkan tubuh ke depan dan belakang.
e. Jenis makanan yang dipilih cenderung sama, misalnya makanan dengan tekstur tertentu.
Selain gejala di atas, penderita autisme juga sering mengalami kondisi lain, seperti :
a. ADHD
b. Epilepsi
c. Sindrom Tourette
d. Gangguan Obsesif Kompulsif (OCD)
e. Gangguan Kecemasan
f. Gangguan Bipolar
g. Depresi
Kapan Harus ke Dokter
Makin cepat autisme ditangani, makin efektif pula penanganan yang diberikan. Oleh sebab itu, lakukan pemeriksaan ke dokter jika anak Anda menunjukkan gejala autisme.
Autisme umumnya dapat terdeteksi pada masa awal perkembangan anak. Oleh karena itu, segera periksakan anak ke dokter bila menunjukkan gejala di bawah ini :
1. Mengalami keterbatasan dalam kemampuan berbicara atau berinteraksi.
2. Tidak memberi respon bahagia atau senyum hingga usia 6 bulan.
3. Tidak meniru suara atau ekspresi wajah sampai usia 9 bulan.
4. Tidak mengoceh hingga usia 12 bulan.
5. Tidak memberi gestur tubuh, seperti melambai, sampai usia 14 bulan.
6. Tidak mengucapkan satu kata pun hingga usia 16 bulan.
Referensi :
Sri Muji Rahayu. 2016. Deteksi dan Intervensi Dini pada Anak Autis. Jurnal Pendidikan Anak Universitas Negeri Yogyakarta.
Jones, C. et al. 2021. Autism in Australia : Community Knowledge and Autistic People’s Experiences. Nature Public Health Emergency Collection, 51(6), pp. 1-3.
Center for Disease Control and Prevention. 2020. Autism Spectrum Disorder (ASD).
National Intitute of Mental Health. 2018. Health Topics. Autism Spectrum Disorder.
Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia. 2018. Hari Peduli Autisme Sedunia : Kenali Gejala dan Pahami Keadaannya.
Alli, R. WebMD. 2021. What Are the Treatments for Autism?
Bhandari, S. WebMD. 2021. Can You Prevent Autism? Center for Disease Control and Prevention 2020. Autism Spectrum Disorder (ASD).
Mayo Clinic. 2018. Diseases & Conditions. Autism Spectrum Disorder.
Croall, I. et al. 2021. Gluten and Autism Spectrum Disorder. Nutrients, 13(2), pp. 572.
Center for Disease Control and Prevention. 2020. Autism Spectrum Disorder (ASD).
Mayo Clinic. 2018. Diseases & Conditions. Autism Spectrum Disorder.
Cheerney, K. Healthline. 2021. Everything You Need to Know About Autism Spectrum Disorder (ASD).