Senin, 11 September 2023 09:06 WIB

Dampak Psikologis bagi Korban Cyberbullying “Luka yang Tak Terlihat”

Responsive image
8667
dr. Desmiarti, Sp.KJ, MARS - RS Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan Jakarta

Cyberbullying (perundungan dunia maya) ialah bullying/perundungan dengan menggunakan teknologi digital. Hal ini dapat terjadi di media sosial, platform chatting, platform bermain game, dan ponsel. Fenomena ini semakin meningkat seiring dengan semakin marak dan luasnya penggunaan tehnologi digital saat ini. Korban cyberbullying seringkali menghadapi serangkaian ancaman, intimidasi, pelecehan, dan penghinaan yang tersebar luas melalui media sosial, pesan teks, atau platform daring lainnya. Cyberbullying merupakan kekerasan non fisik secara tidak langsung yang dampaknya bisa lebih berpengaruh terhadap kesehatan mental seseorang, karena dipermalukan di media sosial yang diketahui banyak orang dan meninggalkan jejak digital. Dampak psikologis cyberbullying bisa sangat merusak, dan penting untuk memahami bagaimana tindakan ini dapat memengaruhi kesehatan mental seseorang.

Beberapa dampak buruk dapat dialami seseorang yang mengalami cyberbullying ini, antara lain:

Gangguan  Kesehatan Mental: Salah satu dampak paling serius dari cyberbullying adalah gangguan kesehatan mental. Korban dapat mengalami gangguan cemas, depresi, penyalahgunaan zat dan lainnya. Mereka mungkin merasa terisolasi, tidak berdaya, dan merasa bahwa tidak ada tempat yang aman untuk mereka. Gangguan kesehatan mental ini bisa berdampak dari yang ringan hingga berat tergantung bagaimana resiliensi mental korban.

Risiko Bunuh Diri: Salah satu dampak psikologis yang paling serius adalah risiko bunuh diri. Korban yang merasa tidak memiliki jalan keluar dari situasi yang dihadapinya (depresi berat) dapat memiliki pemikiran bunuh diri yang sangat berbahaya.

Kurang Percaya Diri: Cyberbullying dapat merusak harga diri dan percaya diri korban. Pesan negatif dan penghinaan yang terus-menerus dapat membuat mereka merasa tidak berharga dan meragukan kemampuan mereka.

Rasa Takut dan Kekhawatiran: Korban cyberbullying sering hidup dalam ketakutan yang menetap. Mereka mungkin merasa khawatir bahwa serangan akan terus berlanjut atau bahkan meningkat. Rasa takut ini bisa sangat mengganggu kehidupan sehari-hari.

Perubahan Perilaku: Beberapa korban cyberbullying dapat mengalami perubahan perilaku yang mencolok. Mereka mungkin menjadi lebih tertutup, marah, atau bahkan cenderung melakukan tindakan yang merugikan diri mereka sendiri.

Mikroagresi dan Diskriminasi: Selain cyberbullying yang eksplisit, korban juga dapat menghadapi mikroagresi dan diskriminasi yang lebih tersembunyi. Hal ini dapat mencakup pengabaian, stereotip negatif, dan perlakuan tidak setara yang dapat merusak harga diri dan citra diri mereka.

Gangguan Tidur dan Kesehatan Fisik: Stres yang disebabkan oleh cyberbullying dapat berdampak pada gangguan tidur dan kesehatan fisik. Korban mungkin mengalami insomnia, sakit kepala, gangguan pencernaan, dan masalah kesehatan lainnya.

Masalah Sosial: Dalam upaya untuk menghindari cyberbullying, korban sering menarik diri dari interaksi sosial. Mereka mungkin merasa takut untuk berinteraksi dengan orang lain, terutama secara daring. Ini dapat menghambat perkembangan sosial mereka dan membuat mereka merasa terasing.

Masalah Pekerjaan dan Akademik: Kesehatan mental yang buruk yang disebabkan oleh cyberbullying dapat berdampak negatif pada kinerja pekerjaan dan akademik korban. Mereka mungkin kesulitan berkonsentrasi, bekerja, belajar, dan berpartisipasi dalam kegiatan sekolah.

Dalam menghadapi dampak psikologis cyberbullying, penting untuk mencari dukungan dan bantuan. Korban perlu tahu bahwa mereka tidak sendirian dan bahwa tersedia sumber daya yang dapat membantu mereka mengatasi situasi ini. Orang tua, guru, teman, dan profesional kesehatan mental dapat memberikan dukungan emosional dan bantuan untuk mengatasi dampak psikologis yang dihasilkan dari cyberbullying. Pendidikan dan kesadaran tentang bahaya cyberbullying harus terus ditingkatkan agar bisa mencegah tindakan cyberbullying dan memberikan perlindungan kepada para korban. Selain itu hal yang cukup penting juga agar Agar bullying berhenti, kuncinya ialah perlu diidentifikasi dan dilaporkan lebih lanjut. Hal ini juga dapat menunjukkan kepada pelaku bully bahwa tindakan mereka tidak dapat diterima.

 

Referensi:

Hinduja, S., & Patchin, J. W. (2010). Bullying, cyberbullying, and suicide. Archives of Suicide Research, 14(3), 206-221.

Ybarra, M. L., & Mitchell, K. J. (2004). Online aggressor/targets, aggressors, and targets: A comparison of associated youth characteristics. Journal of Child Psychology and Psychiatry, 45(7), 1308-1316.

Beran, T., & Li, Q. (2007). The relationship between cyberbullying and school bullying. Journal of Student Wellbeing, 1(2), 15-33.

UNICEF, Cyberbullying: Apa itu dan bagaimana menghentikannya. https://www.unicef.org/indonesia/id/child-protection/apa-itu-cyberbullying

Sumber Gambar : https://www.freepik.com/free-vector/cyber-bullying-concept_9005921.htm#query=Cyberbullying&position=4&from_view=search&track=sph