Jumat, 29 November 2024 16:15 WIB

Guillain Barre Syndrome (GBS)

Responsive image
581
Promosi Kesehatan, Tim Kerja Hukum dan Humas - RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten

Guillain Barre Syndrome (GBS) adalah kondisi langka yang terjadi ketika sistem kekebalan tubuh menyerang sistem saraf tepi, yang dapat menyebabkan kelemahan otot, dan dalam kasus yang lebih parah dapat menyebabkan kelumpuhan. Penyakit ini terjadi karena kerusakan pada saraf tepi yang menghubungkan otak dan sumsum tulang belakang ke seluruh tubuh yang mengganggu fungsi sistem saraf. Akibat kerusakan tersebut, saraf kesulitan untuk mentransmisikan rangsang, sehingga respons otot terhadap perintah dari sistem saraf menjadi menurun. Penyebab awal dari GBS (Guillain Barre Syndrome) tidak diketahui, sehingga penyakit ini juga dikenal dengan nama lain Acute Idiopathic Polineuritis atau Polineuritis Idiopatik Akut. Istilah idiopatik berasal dari kata "idiot" yang berarti "tidak diketahui". Seiring berjalannya waktu, ditemukan bahwa GBS dapat disebabkan oleh kerusakan pada sistem kekebalan tubuh. Kerusakan ini menyebabkan peradangan pada saraf perifer, yang menghambat pengiriman sinyal dari otak untuk melakukan gerakan yang dapat diproses oleh otot yang terpengaruh. Jika banyak saraf yang terlibat, termasuk saraf yang berperan dalam sistem kekebalan tubuh, maka sistem kekebalan tubuh dapat terganggu. Akibatnya, tubuh akan menghasilkan cairan kekebalan di lokasi yang tidak seharusnya. Pengobatan yang tepat dapat membantu menghentikan serangan sistem kekebalan terhadap saraf, sehingga sistem kekebalan tubuh kembali berfungsi normal, gejala-gejala pun hilang, dan pasien dapat pulih seperti semula. Diagnosis GBS (Guillain Barre Syndrome) ditegakkan melalui pemeriksaan riwayat kesehatan serta tes fisik dan laboratorium. Dokter akan mengumpulkan informasi terkait obat-obatan yang biasa dikonsumsi, riwayat konsumsi alkohol, infeksi yang pernah dialami sebelumnya, serta riwayat vaksinasi dan pembedahan yang dilakukan sebelumnya. Semua data ini akan membantu dokter untuk menentukan apakah pasien menderita GBS. Selain itu, riwayat penyakit yang pernah dialami pasien atau keluarganya, seperti diabetes mellitus, serta pola diet yang dijalani, akan diperiksa secara cermat.

Gejala Awal Guillain Barre Syndrome (GBS)

1.    Rasa seperti ditusuk-tusuk jarum di ujung jari tangan atau kaki, atau bahkan mati rasa pada bagian tubuh tersebut. Kaki terasa berat, kaku, dan mengeras, sementara lengan menjadi lemah dan telapak tangan kesulitan untuk menggenggam dengan kuat atau memutar benda seperti membuka kunci atau kaleng. Gejala awal ini biasanya hilang dalam beberapa minggu, dan penderita sering kali tidak merasa perlu mendapatkan perawatan lebih lanjut atau kesulitan menjelaskan kondisi mereka kepada dokter, karena gejala tersebut akan hilang saat pemeriksaan dilakukan.

2.    Gejala pada tahap selanjutnya mulai terlihat, seperti misalnya kesulitan dalam melangkah, rasa sakit dan kelemahan pada lengan, serta hilangnya fungsi refleks pada lengan yang terdeteksi oleh dokter. Gejala awal sering kali berupa kelemahan atau rasa kesemutan pada kaki, yang bisa menyebar ke bagian tubuh atas. Dalam beberapa kasus, hal ini dapat menyebabkan kelumpuhan yang berisiko mengancam nyawa. Pasien terkadang memerlukan alat bantu pernapasan. Gejala umumnya semakin memburuk selama beberapa minggu sebelum akhirnya stabil. Meskipun banyak orang dapat sembuh, proses penyembuhan bisa memakan waktu dari beberapa minggu hingga bertahun-tahun.

3.    Gejala melemahnya saraf akan semakin memburuk dalam periode 4 hingga 6 minggu. Beberapa pasien mengalami kelemahan dengan cepat, bahkan hingga mencapai kelumpuhan total dalam beberapa hari, meskipun kasus seperti ini sangat jarang terjadi.

4.    Memasuki fase 'tidak berdaya' dalam beberapa hari, di mana pasien umumnya disarankan untuk beristirahat sepenuhnya di rumah sakit. Meskipun pasien berada dalam kondisi lemah, sangat penting untuk tetap menggerakkan bagian tubuh yang terpengaruh guna mencegah kekakuan otot. Fisioterapis akan sangat dibutuhkan untuk memberikan terapi-terapi khusus. Selain itu, tim medis akan memberikan arahan kepada keluarga dan teman pasien mengenai cara-cara untuk melatih pasien yang mengidap GBS.

5.    Pasien umumnya akan mengalami penurunan kondisi dalam beberapa minggu, sehingga perawatan intensif sangat penting pada tahap awal deteksi GBS. Berdasarkan tingkat keparahan dan kelumpuhan pasien, dokter akan memutuskan apakah perawatan di ruang ICU diperlukan. Sekitar 25% pasien GBS dapat menghadapi masalah pada sistem pernapasan, yang ditandai dengan kesulitan bernapas hingga henti napas, serta penurunan kemampuan untuk menelan dan batuk.

Pengobatan Guillain Barre Syndrome (GBS)

Pengobatan GBS (Guillain Barre Syndrome) dilakukan dengan memberikan imunoglobulin secara intravena dan plasmapharesis, yaitu prosedur untuk mengambil antibodi yang merusak sistem saraf tepi dengan mengganti plasma darah. Selain terapi utama ini, pengobatan juga mencakup fisioterapi, perawatan dengan terapi khusus, serta pemberian obat untuk mengurangi rasa sakit. Meskipun GBS adalah penyakit akut, jika ditangani dengan tepat, kualitas hidup pasien dapat membaik.

Pencegahan GBS dapat dilakukan dengan menjaga kesehatan agar tidak terinfeksi serta memantau keamanan vaksin. Vaccine Adverse Event Reporting System (VAERS) adalah sistem yang dikelola oleh CDC dan FDA untuk mengumpulkan laporan sukarela mengenai potensi efek samping setelah vaksinasi. Di Indonesia, kita bisa melaporkan efek samping vaksin di Puskesmas setempat, yang kemudian diteruskan ke Kementerian Kesehatan untuk ditindaklanjuti. Dengan adanya tindak lanjut ini, diharapkan risiko GBS terkait vaksinasi dapat terdeteksi lebih awal, sehingga tindakan pencegahan yang tepat dapat segera diambil.

 

Referensi :

Mikail, B. 2012. Penderita Guillain Barre Syndrome (GBS) Meningkat di Kalangan Usia Produktif Syndrome (GBS) Meningkat di Kalangan Usia Produktif.

Center for Disease Control (CDC). 2012. Guillain Barre Syndrome (GBS).

Anonim. 2016. Pengenalan Penyakit Guillain Barre Syndrome (GBS).