Rheumatoid Arthritis (RA) adalah penyakit autoimun yang menyebabkan peradangan pada sendi (arthritis) pada orang dewasa. Nyeri pada penderita RA dapat terjadi pada area sinovial sendi, sarung tendon, dan bursa, yang mengalami penebalan akibat peradangan. Proses ini kemudian dapat menyebabkan erosi dan kerusakan pada tulang di sekitar sendi, yang pada akhirnya berpotensi mengakibatkan kecacatan. Namun, sebagian besar penyakit rematik bersifat kronis, yang berarti penyakit tersebut sembuh namun dapat kambuh secara berulang, yang akhirnya menyebabkan kerusakan sendi yang permanen pada penderita RA. Pengobatan saat ini menunjukkan bahwa terapi yang ada kurang efisien, menghasilkan efek samping yang signifikan, dan memiliki biaya yang relatif tinggi. Oleh karena itu, diperlukan alternatif pengobatan yang dapat menjadi pilihan dalam penanganan Rheumatoid Arthritis (RA). Alternatif tersebut bisa berasal dari bahan alam atau senyawa turunan dari bahan alam, salah satunya adalah tanaman kunyit yang banyak diteliti dan mengandung senyawa kurkumin. Obat yang digunakan tidak hanya berfokus pada sifat kimiawi, tetapi juga harus memiliki kemampuan fisik untuk mencapai sasaran terapi. Sistem nano-partikel banyak dimanfaatkan untuk mengubah sifat fisik suatu senyawa. Selain itu, nano-partikel juga dapat meningkatkan efektivitas pengobatan, khususnya dalam penanganan RA. Rheumatoid Arthritis (RA) merupakan kondisi autoimun yang menyebabkan peradangan jangka panjang pada sendi. Penyakit autoimun terjadi ketika sistem kekebalan tubuh secara keliru menyerang jaringan tubuhnya sendiri. Arthritis Rheumatoid (RA) disebabkan oleh reaksi autoimun yang memengaruhi jaringan sinovial, melibatkan proses fagositosis. Selama proses ini, enzim-enzim dalam sendi diproduksi. Enzim-enzim tersebut kemudian mengurai kolagen, yang mengakibatkan terjadinya pembengkakan, proliferasi membran sinovial, dan akhirnya terbentuknya pannus. Pannus ini kemudian merusak tulang rawan dan menyebabkan erosi tulang. Akibatnya, permukaan sendi hilang, yang mengganggu gerakan sendi. Otot juga akan mengalami rasa sakit akibat perubahan degeneratif pada serabut otot, yang mengurangi elastisitas dan kekuatan kontraksi otot.
Manisfestasi Klinis Rheumatoid Arthritis (RA)
1. Rheumatoid Arthritis (RA) umumnya memengaruhi sendi-sendi seperti tangan, siku, kaki, pergelangan kaki, dan lutut. Nyeri serta pembengkakan pada sendi bisa berlangsung secara terus-menerus, dan gejalanya cenderung semakin parah seiring waktu. Namun, dalam beberapa kasus, gejala dapat hilang setelah beberapa hari dengan perawatan yang tepat.
2. Nyeri pada sendi yang disertai dengan pembengkakan, rasa panas, kemerahan, dan gangguan fungsi merupakan tanda klinis khas dari Rheumatoid Arthritis (RA). Sendi yang terpengaruh bisa terasa hangat, bengkak, dan kaku di pagi hari, dengan durasi lebih dari 30 menit. Pola khas yang muncul biasanya dimulai pada sendi-sendi kecil di tangan, pergelangan tangan, dan kaki. Seiring berjalannya waktu, kondisi ini dapat menyebar ke sendi-sendi lain seperti lutut, bahu, pinggul, siku, pergelangan kaki, tulang belakang bagian leher (serviks), dan sendi temporomandibular.
3. Berikut ini adalah tanda dan gejala yang umum ditemukan atau dapat berkembang menjadi sangat serius pada usia lanjut, yaitu : pada pagi hari, sendi terasa kaku, terutama di daerah lutut, bahu, siku, pergelangan tangan, kaki, dan jari-jari. Setelah beberapa bulan, sendi-sendi tersebut mulai membengkak dan jika diraba terasa hangat. Gejala lainnya termasuk kemerahan dan rasa nyeri, yang jika sudah tidak tertahankan dapat menyebabkan demam, dan kondisi ini bisa terjadi berulang kali.
Terapi Rheumatoid Arthritis (RA)
Tujuan dari terapi Rheumatoid Arthritis (RA) adalah untuk mengurangi nyeri dan pembengkakan sendi, menghilangkan kekakuan sendi, serta mencegah kerusakan sendi yang lebih lanjut. Jika RA menunjukkan gejala yang agresif meskipun sudah diobati dengan NSAID, terapi lini kedua dapat diberikan dalam waktu 3 hingga 6 bulan. Methotrexate dapat digunakan untuk pasien RA dengan gejala klinis yang jelas, seperti erosi, keterlibatan banyak sendi, atau manifestasi ekstraartikuler, dan dapat dikombinasikan dengan hydroxychloroquine atau sulfasalazine. Penggunaan prednison (kortikosteroid) diduga dapat mencegah kerusakan sendi lebih lanjut, dengan penurunan dosis secara bertahap. Dalam lima tahun terakhir, terapi kombinasi beberapa obat lini kedua mulai dikenal. Pemberian methotrexate, sulfasalazine, dan hydroxychloroquine bersama-sama dianggap lebih efektif dibandingkan dengan penggunaan salah satu obat tersebut secara terpisah. Namun, penggunaan obat-obat lini kedua ini perlu mempertimbangkan potensi toksisitas terhadap hati dan gangguan fungsi ginjal. Pengobatan terbaru menggunakan inhibitor TNF-? telah menunjukkan hasil yang cukup baik, dengan perbaikan pada manifestasi klinis RA.
Referensi :
Solomon. L. Apley’s. 2017. System of Orthopaedics and Fractures. 8th edition. Arnold. Great Britain.
Klippel JH; Stone JH; Crofford LJ; White PH. 2018. Primer on the Rheumatic Disease. 13th ed. New York : Arthritis Foundation, Springer, USA.
Darmawan J; Muirden K D; Valkenburg H A; Wigley R D. 2022. The Epidemiology of Rheumatoid Arthritis in Indonesia. Semarang, Indonesia.