Rabu, 03 Agustus 2022 15:34 WIB

Mengenal Obat-Obatan pada ADHD

Responsive image
22136
Mengenal Obat-Obatan pada ADHD - RS Jiwa Dr. Radjiman Wediodiningrat Lawang

Attention deficit hyperactivity disorder atau ADHD merupakan gangguan psikiatrik yang umum dialami anak-anak dan remaja. Gejala yang tampak meliputi gangguan memfokuskan perhatian secara berlebihan dan hiperaktivitas. Gejala tersebut mengganggu kehidupan sehari-hari dan biasa terjadi sebelum usia 7 atau 12 tahun. Pengobatan ADHD melalui terapi pengobatan (farmakologi) maupun tanpa pengobatan (nonfarmakologi). Terapi farmakologi dengan menggunakan obat stimulan methylphenidate dan amphetamine sulphate dan obat nonstimulan seperti atomoxetine.Terapi nonfarmakologi dengan neurofeedback merupakan terapi kognitif dan perilaku untuk melatih fungsi otak.

 Methylphenidate merupakan terapi lini pertama pasien ADHD yang telah terbukti mengatasi hiperkinetik dan gangguan kognitif. Obat ini telah digunakan dalam mengatasi ADHD selama lebih dari 60 tahun. Methylphenidate diberikan pada anak usia di atas 6 tahun. Cara kerja obat ini menghambat reuptake ambilan neurotransmitter dopamine, norepinephrine, dan katekolamin yang merupakan penyebab ADHD. Melalui mekanisme ini, norepinephrine dan dopamin akan meningkat sehingga memperbaiki fungsi kognitif dan mengurangi hiperaktivitas.

Tablet methylphenidate yang tersedia di Indonesia merupakan tablet sediaan lepas lambat. Tablet sediaan lepas lambat diminum setelah makan sesuai dosis yang diinstruksikan dokter. Tablet sediaan lepas lambat diminum secara utuh tidak boleh digerus maupun dibagi. Obat dapat diminum sebelum atau sesudah makan dengan waktu minum obat yang sama setiap harinya. Jika pasien lupa minum obat, maka obat dapat diminum kecuali waktu sudah hampir mendekati dosis berikutnya. Mengingat pasien ADHD adalah anak-anak dan remaja, peran keluarga sangat diperlukan dalam mendukung keberhasilan terapi. Jika obat habis, maka perlu kunjungan kembali ke dokter untuk mendapatkan obat. Methylphenidate tidak bisa dibeli tanpa resep dokter.

Dosis methylphenidate dimulai dari dosis efektif minimal kemudian ditingkatkan hingga tercapai respon terapi optimal. Perlu diwaspadai obat ini juga menimbulkan efek samping sulit tidur, cemas, penurunan berat badan, mual, nyeri perut, dan nafsu makan menurun. Meskipun menimbulkan efek samping, obat ini perlu diberikan pada pasien ADHD. Dengan pertimbangan manfaat lebih besar daripada resiko, obat ini perlu dikonsumsi rutin hingga jangka waktu yang ditentukan oleh dokter. Ada kalanya pada kondisi tertentu obat ini perlu dihentikan pemberiannya, seperti pasien yang tidak ada perbaikan respon dan timbul efek samping berbahaya.

Obat stimulant lain seperti dexamphetamine, levoamphetamine, dan dextroamphetamine juga aman dan efektif pada ADHD. Mekanisme kerja obat ini meningkatkan kadar neurotransmitter dopamine. Dexamphetamine dapat diberikan pada usia mulai 3 tahun. Levoamphetamine dan dextroamphetamine memiliki durasi kerja yang panjang. Efek samping yang sering muncul meliputi penurunan nafsu makan, insomnia, dan nyeri perut. Pengaturan dosis mempertimbangkan kondisi penyakit yang menyertai, efek samping obat, dan kepatuhan. Namun, obat ini belum tersedia di Indonesia.

Obat ADHD nonstimulan seperti atomoxetine dapat diberikan pada anak-anak dan usia dewasa.  Obat ini bekerja dengan menghambat ambilan norepinephrine dan meningkatkan kadar dopamine. Aturan pemberian obat ini satu kali atau dua kali dalam sehari. Obat ini dapat dihentikan secara langsung tanpa memerlukan penurunan dosis bertahap. Efek samping yang sering muncul nyeri perut, nyeri kepala, penurunan nafsu makan, dan mengantuk. Namun, atomoxetine belum tersedia di Indonesia.

Penyimpanan obat juga perlu diperhatikan untuk menjaga kestabilan obat. Apoteker juga perlu menjelaskan kepada pasien dan keluarga tentang penyimpanan obat agar efektivitas dan keamanan tetap baik. Obat-obatan ADHD disimpan dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari panas, cahaya, dan kelembaban. Obat-obatan ADHD ditempatkan pada suhu ruangan. Selain itu, obat perlu dijauhkan dari jangkauan anak-anak. Obat-obatan ADHD golongan stimulant perlu disimpan di tempat tertutup agar tidak disalahgunakan.

Peran apoteker dalam pelayanan kefarmasian pasien ADHD meliputi konseling obat, monitoring efektivitas, dan efek samping. Konseling diperlukan berkaitan obat dikonsumsi jangka panjang dan pasien mayoritas anak-anak. Melalui konseling, setiap permasalahan terkait pengobatan dapat diatasi sehingga mengoptimalkan terapi. Apoteker juga melakukan monitoring efektivitas terapi dan efek samping obat. Setiap efek samping yang muncul dilaporkan kepada dokter dan ditindaklanjuti.

 

Sumber Foto: https://images.app.goo.gl/EzhqJzbAo87zhftp9

Referensi:

Direktorat Pelayanan Kefarmasian. 2021.Pedoman Pelayanan Kefarmasian Pada Gangguan JIwa. Kementerian  Kesehatan

Ribeiro, Johanne Pereira et al. 2021. Does Methylphenidate Work in Children and Adolescents with Attention Deficit Hyperactivity Disorder?. MDPI

Thirumoorthy, Amaravathi. 2019. Attention Deficit Hyperactivity Disorder.`Madurai

Storebo, Ole Jacob et al. 2018. Methylphenidate for Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) in Children and Adolescents-Assesment of Adverse Events in Nonrandomised Studies. Cochrane Database