Dens Evaginatus: Sebuah Anomali Gigi Langka dan Tantangan Diagnostik
Dens evaginatus (DE) adalah kelainan perkembangan gigi yang jarang terjadi, pertama kali didokumentasikan pada tahun 1925. Kondisi ini umumnya ditemukan pada orang-orang keturunan Asia dan ditandai oleh tonjolan atau tuberkel yang muncul dari permukaan oklusal gigi posterior dan permukaan lingual gigi anterior. Tonjolan ini terdiri dari enamel, dentin, dan jaringan pulpa tipis, yang membuatnya rentan terhadap keausan dan patah, yang dapat menyebabkan nekrosis pulpa.
Etiologi dan Penyebab DE
Penyebab pasti DE masih belum diketahui. Namun, beberapa teori menyebutkan bahwa kelainan ini mungkin disebabkan oleh faktor multifaktorial, termasuk faktor genetik dan lingkungan, serta trauma pada tunas gigi yang sedang berkembang. Deteksi dini DE sangat penting untuk mencegah komplikasi seperti pulpitis dan peradangan periapikal, meskipun sayangnya, kelainan ini sering tidak terdeteksi hingga muncul komplikasi serius.
Kasus Klinis DE
Seorang pria berusia 18 tahun dilaporkan mengalami nyeri intermiten di daerah posterior rahang kanan bawah selama enam bulan, disertai pembengkakan selama empat hari terakhir dan keluarnya nanah intraoral. Pasien tidak memiliki riwayat trauma, penyakit sistemik, atau alergi obat. Pemeriksaan klinis menunjukkan adanya pembengkakan asimetris di sisi kanan wajah tanpa bukti klinis adanya karies atau perubahan warna pada gigi posterior kanan bawah.
Pemeriksaan radiografi menunjukkan adanya abses periapikal pada gigi premolar kedua kanan bawah dengan apeks terbuka, namun tidak ada bukti karies pada gigi tersebut. Selain itu, ditemukan pula odontoma majemuk pada gigi premolar kedua kiri bawah, serta indikasi dens invaginatus pada gigi seri kedua atas.
Komplikasi dan Penanganan DE
DE dapat menyebabkan komplikasi serius jika tidak segera ditangani. Puncak tuberkulasi yang menonjol rentan terhadap keausan dan patah, yang dapat membuka akses ke jaringan pulpa dan menyebabkan nekrosis. Kasus DE yang tidak terdeteksi dapat menyebabkan abses periapikal dan pulpitis, yang memerlukan intervensi medis segera.
Penanganan DE biasanya melibatkan pendekatan konservatif untuk melindungi jaringan pulpa yang terpapar dan mencegah kerusakan lebih lanjut. Dalam beberapa kasus, perawatan endodontik mungkin diperlukan untuk mengatasi infeksi atau nekrosis yang telah terjadi. Penggunaan restorasi gigi, seperti penutup atau tambalan, juga dapat membantu melindungi tuberkel yang rentan dari kerusakan lebih lanjut.
Dens evaginatus adalah kelainan gigi langka yang menimbulkan tantangan diagnostik dan terapeutik. Deteksi dini dan penanganan yang tepat sangat penting untuk mencegah komplikasi serius seperti nekrosis pulpa dan abses periapikal. Kasus DE yang dilaporkan pada pria berusia 18 tahun ini menunjukkan pentingnya pemeriksaan klinis dan radiografis yang teliti dalam mendiagnosis kondisi ini, terutama mengingat gejalanya yang sering kali tidak jelas dan mudah terlewatkan. Penanganan yang hati-hati dan tepat waktu dapat membantu menghindari konsekuensi serius bagi pasien dengan DE.
Referensi :
Arora, Preeti Chawla; Arora, Aman Kalair, Tanisha Kharbanda, Simranpreet Kaur. Dens evaginatus A diagnostic dilemma . SRM Journal of Research in Dental Sciences 11(1):p 46-49, Jan–Mar 2020. | DOI: 10.4103/srmjrds.srmjrds_84_19
https://journals.lww.com/srmj/fulltext/2020/11010/dens_evaginatus__a_diagnostic_dilemma.10.aspx
Priya M, Muthu MS, Jeevarathan J, Rathnaprabhu V. Unusual dens evaginatus on maxillary premolars: A case report. J Dent Child (Chic) 2011;78:71-5.
Hattab FN, Yassin OM, Al-Nimri KS. Signifikansi dan manajemen klinis titik puncak Talon: Laporan kasus. Intisari Int. Februari 1995; 26 (2):115–120.
Sumber gambar :
Freepik (Woman sticking her tongue out) https://www.freepik.com/free-photo/woman-sticking-her-tongue-out_5193030.htm#fromView=search&page=1&position=19&uuid=63f9c1af-dbd3-45c2-9709-7aa51beec7fd