Bau badan atau dalam istilah medis disebut bromhidrosis merupakan keadaan kronis yang ditandai dengan keluarnya bau tidak sedap secara berlebihan. Bau badan ini dideskripsikan dengan bau tengik, apek, dan asam. Kelainan ini dapat terjadi pada ketiak, telapak tangan dan kaki. Namun yang paling sering ditemukan adalah pada ketiak.
Penyebab penyakit ini sangat kompleks dan dipengaruhi oleh banyak faktor seperti adanya keringat berlebih dan bakteri di badan. Pada beberapa penderita juga dapat disebabkan oleh kegemukan, penyakit gula darah, benjolan pada ketiak, pengaruh makanan, dan obat-obatan tertentu. Makanan yang dianggap dapat mempengaruhi bau badan adalah bawang-bawangan, rempah-rempah dan produk kare serta minuman beralkohol. Pengaruh genetik juga dilaporkan mempengaruhi kondisi bau badan seseorang. Kondisi ini dapat mengganggu kualitas hidup, rasa percaya diri, hubungan sosial, pekerjaan dan psikologis penderita. Bau badan tidak sedap ini lebih sering ditemukan pada laki-laki setelah usia pubertas. Hal ini dapat disebabkan karena aktivitas fisik yang lebih banyak pada laki-laki.
Keluhan bau badan ini umumnya dapat ditegakkan melalui riwayat keluhan dan pemeriksaan oleh dokter. Tidak ada pemeriksaan laboratorium khusus yang diperlukan untuk menentukan suatu gangguan pada bau badan kecuali pada kasus yang memiliki faktor penyakit yang mendasari. Namun, pada pemeriksaan mikroskopis dengan pengambilan contoh jaringan kulit dapat ditemukan peningkatan jumlah dan ukuran kelenjar keringat.
Penderita dengan gangguan bau badan dapat melakukan perawatan di rumah seperti sering mencuci ketiak, telapak tangan maupun telapak kaki dan kemudian mengeringkannya, menggunakan deodorant dan antiperspirant, parfum, serta mengganti pakaian yang sudah basah oleh keringat. Menghilangkan rambut ketiak dapat mengurangi bau badan karena mencegah berkumpulnya bakteri dan keringat. Sabun antiseptik juga dapat digunakan untuk mengurangi keluhan tersebut. Pendekatan spesifik seperti menghindari makanan yang menyebabkan bau badan, obat-obatan, mengobati infeksi kulit, serta modifikasi gaya hidup pada penderita dengan penyakit metabolik juga dapat mengurangi keluhan.
Pengobatan lebih lanjut dibutuhkan bila perawatan di rumah dianggap kurang memberikan hasil. Penderita dapat berkonsultasi pada Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin untuk mendiskusikan kondisi tersebut. Antibiotik yang sesuai baik topikal maupun sistemik, suntikan toksin botulinum A, dan laser merupakan pilihan terapi yang dilaporkan dapat mengurangi keluhan pasien. Tindakan pembedahan, walaupun dengan risiko, merupakan pilihan terakhir yang dapat dilakukan untuk kasus-kasus yang berat dan tidak berespon dengan terapi lainnya.
Referensi :
Zouboulis CC and Tsatsou,F. Disorders of The Apocrine Sweat Glands. In: Kang S, Amagai M, Bruckner AL, Enk AH, Margolis DH, McMichael AJ, Orringer JS, editors. Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine. Edisi ke-9. New York: McGraw-Hill. 2019.h.947-959.
Siskawati Y, Bernadette I, Menaldi SL. Bau Badan: Patogenesis Penatalaksanaan. MDVI. 2014;71:32-41.