Kamis, 31 Oktober 2024 15:23 WIB

Penanganan Nyeri dengan Pendekatan Non Farmakologi

Responsive image
796
Apt. Dra. Setianti Haryani, M.Farm - RSUP Fatmawati Jakarta

Nyeri merupakan pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan yang berhubungan dengan  adanya atau potensi terjadinya kerusakan jaringan atau tergambarkan seperti ada kerusakan. Nyeri melibatkan aspek persepsi subyektif  (dilaporkan oleh pasien).

Klasifikas Nyeri dibagi 2 yaitu :

  1. Nyeri akut : Proses fisiologis yang berfungsi sebagai tanda potensi penyakit/situasi yang membahayakan. Dimulai dengan rangsangan pada reseptor nyeri. Berlangsung singkat (<30>2)
  2. Nyeri Kronis : Nyeri berlangsung selama berbulan-bulan hingga bertahun-tahun. Umumnya berlanjut hingga melewati masa penyembuhan cedera atau berhubungan dengan penyakit kronis. Seringkali tidak ada penyebab yang dapat diidentifikasi dengan jelas.
  3. Nyeri Kanker : Nyeri yang terjadi pada pasien dengan keganasan / neoplastik. Nyeri ini dapat disebabkan oleh penyakit itu sendiri (misalnya: invasi tumor, obstruksi organ), dan pengobatan (misalnya: antikanker, radiasi, dan sayatan bedah),  serta prosedur diagnostik (misalnya, biopsi).

Penanganan nyeri dapat dilakukan secara farmakologi dengan menggunakan obat – obatan dan dapat dilakukan secara non farmakologi. Berikut cara penanganan nyeri secara non farmakologi, yaitu :

  1. Latihan Fisik : Dengan melakukan peregangan, penguatan dan latihan aerobik
  2. Intervensi Sederhana :Intervensi sederhana (misalnya, dengan cara edukasi penanganan nyeri . Diharapkan setelah intervensi tertentu mengurangi tekanan pasien dan membantu mengurangi nyeri pasca-prosedur) 
  3. Intervensi Psikologik : Dapat berupa manajemen diri (metode kognitif, relaksasi), terapi cognitive-behavioural, dan hipnosis. 
  4. Hidroterapi : Menggunakan air untuk tujuan terapeutik. Adapun efek fisiologis dan terapeutik didasari pada efek termal dan mekanik. 
  5. TENS (transcutaneus electrical nerve stimulation) : Terapi non invasif.  Prinsipnya meneruskan/menyampaikan arus listrik melalui perantara kulit.  Efek fisiologis berupa selektif depolarisasi saraf sensorik-motor-nosisepsi perifer pada lapisan kulit
  6. Cryotherapy : Terapi ini menggunakan ice pack, handuk dingin atau preparat gel pack yang diaplikasikan pada kulit dengan peringkat intensitas yang nyaman terhadap pasien. Diberikan selama 15 menit.

 

Referensi : 

DiPiro, J. T. et al. (2023) Pharmacoterapy: A Phatophysiologic Approach. 12th ed. McGraw Hill.

Kemenkes, R. I. (2020). Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK

MMIMS  Indonesia. Online. 2024

LEXICOMP.  Online. 2024

Sumber gambar :

Freepik (Front view of elder woman taking her pills) https://www.freepik.com/free-photo/front-view-elder-woman-taking-her-pills_7436221.htm#fromView=search&page=1&position=0&uuid=0f3fe02b-7055-450a-be2b-9debd42a4bd3

http://202.70.136.179/ http://103.88.229.68/pisang/ http://202.28.24.203/ http://202.70.136.90/toto/ http://203.162.246.123/ http://103.134.17.25/free/ https://www.canada-area.com/ https://arthistoryworlds.org/ https://usaidwildlifeasia.org/ https://lifeontwitter.com/ https://hipdroprecords.com/ https://donostikluba.com/ https://monicabelluccifan.com/ https://plantatuarbol.com/ https://www.bogaziciizleme.com.tr/ https://covid19.sucofindo.co.id/csgo/ judi bola https://ais.stikesmi.ac.id/