Infeksi usus buntu atau disebut juga apendiksitis adalah infeksi yang terjadi pada apendiks atau biasa disebut peradangan usus buntu. Apa itu apendiks atau usus buntu?
Apendiks merupakan organ berbentuk selang kecil yang melekat pada usus besar tubuh manusia. Ujung dari selang ini buntu, alias tidak tersambung ke organ manapun lagi. Oleh karena itu, bagian dari usus ini populer dengan istilah usus buntu. Panjang dari usus buntu ini kira-kira 5 - 10 cm dengan diameter 0,5-1 cm dan berpangkal di sekum (bermulanya usus besar). Lumennya (rongga) sempit di bagian proksimal dan melebar di bagian distal. Apendiks menghasilkan lendir 1-2 ml per hari. Lendir tersebut secara normal dicurahkan ke rongga atau lumen dan selanjutnya mengalir menuju sekum. Apendiks mempunyai otot serta terdapat jaringan limfoid pada dindingnya, jaringan limfoid bekerja dalam sistem kekebalan. Jaringan limfoid bisa merangsang pertumbuhan beberapa jenis bakteri baik yang disimpan di usus buntu.
Saat usus buntu terinfeksi, bakteri berkembang dengan cepat sehingga membuat usus buntu meradang, bengkak, dan bernanah.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya infeksi usus buntu antara lain :
a. Benda asing pada usus buntu yang tertelan
b. Penyumbatan rongga usus buntu akibat pertumbuhan parasit di pencernaan, misalnya infeksi cacing kremi
c. Kebiasaan kurang makanan yang berserat sehingga feses mengeras yang dapat menyumbat saluran usus buntu
d. Kondisi medis tertentu, seperti tumor pada perut yang menekan saluran usus buntu
Bagaimana perjalanan penyakit Infeksi usus buntu?
Bila rongga atau lumen usus buntu terutama di daerah sekitar pangkal yang berdekatan dengan usus besar tersumbat, hal ini menyebabkan usus buntu kemudian menjadi penuh dengan lendir yang selalu dihasilkan oleh lapisan mukosa, lama-kelamaan appendix menjadi bengkak selain itu pertumbuhan bakteri dalam usus buntu pun meningkat. Pada kondisi yang demikian, tekanan di dalam rongga usus meninggi, demikian juga tekanan pada dinding usus buntu, sehingga terjadilah penyumbatan aliran darah dan aliran limfatik. Akibat penyumbatan aliran darah, jaringan usus buntu menjadi iskemik (kurang oksigen). Iskemik yang berkepanjangan akan membuat jaringan menjadi nekrotik (mati) dan rusak. Tekanan lumen yang tinggi ditambah dengan kondisi dinding usus buntu yang rapuh, maka usus buntu akan mudah pecah (perforasi). Pecahnya usus buntu akan mengeluarkan isinya yang berupa koloni bakteri beserta nanah ke dalam rongga perut dan dapat menyebabkan peritonitis (radang pada peritoneum yaitu selaput tipis yang membatasi dinding perut bagian dalam dan organ-organ perut) yang dapat menyebabkan septicemia (infeksi menyebar ke aliran darah) yang dapat mengancam nyawa.
Bagaiamana gejala usus buntu yang umum dialami? Gejala usus buntu yang biasanya dialami, antara lain:
a. Nyeri perut yang bermula di sekitar pusar, lalu berpindah ke perut kanan bawah
b. Mual dan muntah
d. Demam ringan
Tatalaksana pengobatan infeksi usus buntu adalah dengan pemberian antibiotik untuk eradikasi bakteri dan pembedahan. Terapi pembedahan merupakan tidakan utama. Pembedahan bertujuan untuk mengangkat apendiks yang bermasalah. Jika tidak segera diangkat, usus buntu yang bengkak atau terinfeksi bisa pecah dan menyebabkan komplikasi yang lebih parah.Tanpa adanya intervensi bedah, radang usus buntu pecah sangat berisiko menyebabkan perforasi (perlubangan) usus. Perforasi usus adalah kondisi yang dapat mengancam nyawa.
Infeksi usus buntu bisa terjadi pada siapa pun dan kapan saja. Namun, ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mencegah terkena penyakit usus buntu, di antaranya:
• Diet tinggi serat akan sangat membantu melancarkan aliran pergerakan makanan dalam saluran cerna sehingga tidak tertumpuk lama dan mengeras
• Minum air putih minimal 8 gelas sehari
• Tidak menunda buang air besar juga akan membantu kelancaran pergerakan saluran cerna secara keseluruhan
Sumber :
Penyuluhan Kesehatan di Poli Bedah oleh dr. Muhammad Widan Zain KSM Bedah Anak