Selasa, 02 Agustus 2022 08:44 WIB

Perlunya Mengetahui Penyakit gondok

Responsive image
24284
dr. L. Pt. Iin Indrayani M, Sp.PA (K) / dr. Harry - RSUP Prof. dr. I.G.N.G. Ngoerah

Penyakit gondok adalah kondisi ketika terdapat benjolan di leher akibat kelenjar tiroid yang membesar. Kelenjar tiroid dimiliki oleh pria maupun wanita. Pada kondisi normal, kelenjar tiroid tidak tampak menonjol. Fungsi kelenjar ini adalah untuk menghasilkan hormon tiroid, yang mengatur berbagai fungsi normal tubuh, seperti denyut jantung, suhu tubuh, dan kekuatan otot. Gejala yang dialami oleh penderita penyakit gondok dapat berbeda-beda, tergantung dari pengaruhnya terhadap hormon tiroid dalam tubuh, apakah meningkat, menurun, atau tetap normal.

Kelenjar tiroid adalah kelenjar yang terletak di leher dan berfungsi untuk menghasilkan hormon tiroid. Gangguan pada kelenjar tiroid dan hormon tiroid akan menimbulkan gejala penyakit tiroid yang berbeda-beda, tergantung jenis dan penyebabnya. Kelenjar tiroid yang membesar dijuluki gondok (struma/goiter, yang merupakan benjolan di permukaan, terlihat, mengganggu penampilan dan dapat mengakibatkan rasa rendah diri (minder). Disamping itu, gondok menggelisahkan sebagian penderitanya karena ketakutan akan tumor ganas. Fungsi kelenjar tiroid adalah untuk menghasilkan hormon tiroid, yang mengatur berbagai fungsi normal tubuh, seperti denyut jantung, suhu tubuh, dan kekuatan otot. Pembesaran tiroid atau gondok (goiter) disebabkan oleh gangguan sintesis hormon tiroid, yang paling sering disebabkan karena defisiensi yodium dalam makanan.

Penyebab gondok beraneka ragam :

1.    Autoimun – Pada penyakit ini tubuh mempunyai zat yang menolak keberadaan kelenjar tiroid dengan cara mengganggu/merusak kelenjar ini. Pada penyakit Basedow (Graves) zat anti ini merangsang produksi tiroid berlebihan tanpa menghiraukan pengaturan umpanbalik (autonom) sehingga kadar tiroid darah tinggi (hipertiroid). Sebaliknya pada penyakit Hashimoto, zat anti merusak sel-sel tiroid sehingga kadar tiroid darah turun (hipotiroidi).

2.    Infeksi – Penyebab tiroiditis infeksiosa dapat bakteri/virus. Gondok dalam hal ini karena mengalami peradangan, maka pada perabaan terasa nyeri. Suhu tubuh naik.

3.    Degenerasi – Yaitu penurunan mutu jaringan tiroid sehingga bentuk dan/kinerjanya abnormal (disfungsi).

4.    Neoplasia – Regresi proliferatif noduler menyebabkan neoplasma jinak (benign)/ ganas(maligna).

5.    Goitrogen – Goitrin, tioglikosida, tiosianat, disulfide, yodium berlebih, Isoflavon dapat pula memicu gondok.

6.    Defisiensi nutrisi –  Kekurangan yodium atau mineral tertentu menyebabkan kinerja tiroid tidak efisien sehingga memicu gondok.

7.    Dishormonogenesis – Defek enzim pada tahapan tertentu, biasanya sejak lahir/turunan.

8.    Resistensi tubuh – Kekebalan sel-sel tubuh terhadap pengaruh hormon tiroid meningkatkan produksi sehingga memicu gondok kompensasi.

9.    Pubertas/hamil – Karena kebutuhan tiroid meningkat (struma kompensasi). HCG pada trimester I dapat keliru dianggap TSH, sehingga ditanggapi oleh kelenjar tiroid (struma toksik)

10.  Psikologi – Akibat dari tekanan jiwa (distress).

11.  Causa ignota – Gondok pada ibu pasca melahirkan, gondok Riedel belum diketahui penyebabnya.

Berdasarkan survei Riset Kesehatan Dasar 2007 tersebut, proporsi rumah tangga yang mengkonsumsi garam iodium secara cukup di Indonesia hanya 62,3%. Dari 33 provinsi di Indonesia, baru 6 provinsi yang sudah mencapai proporsi rumah tangga yang mengkonsumsi garam beriodium di atas 90%, meliputi Provinsi Sumatra Barat, Jambi, Sumatra Selatan, Bangka Belitung, Gorontalo, dan Papua Barat. Berdasarkan data Kementerian Kesehatan pada 2013, 15 – 25 % anak usia sekolah (6-12 tahun), wanita usia subur, ibu hamil dan ibu menyusui berisiko kekurangan iodium. Padahal semenjak 2009, penanggulangan GAKI ( Gangguan Akibat Kekurangan Iodium ) hanya bergantung pada garam beriodium

Gondok endemik terjadi di area geografis dimana tanah, air, dan persediaan makanan mengandung kadar yodium yang rendah. Istilah endemik digunakan ketika ditemukan gondok lebih dari 10% populasi di wilayah tertentu. Kondisi seperti itu sangat sering terjadi di daerah pegunungan di dunia termasuk Andes dan Himalaya, dimana kekurangan yodium tersebar luas. Kurangnya yodium menyebabkan penurunan sintesis hormon tiroid dan kompensasinya terjadi peningkatan TSH, menyebabkan hipertrofi dan hiperplasia sel folikel dan pembesaran gondok. Dengan meningkatkan suplementasi yodium dalam makanan, frekuensi dan tingkat keparahan gondok endemik telah menurun secara signifikan meskipun sebanyak 200 jutaan orang di seluruh dunia tetap berisiko menderita defisiensi yodium berat. Gondok endemik bukan masalah baru bagi masyarakat Indonesia, tetapi sosialisasi yang kurang menimbulkan ketidaktahuan masyarakat tentang masalah GAKI) dan penanggulangannya.

Pemeriksaan Patologi Anatomi yang biasanya dilakukan pada nodul tiroid dapat berupa pemeriksaan FNAB dan atau pemeriksaan histopatologi dari bahan operasi. Yang tak kalah penting adalah menyebarkan pengetahuan tentang gondok kepada masyarakat sekitar terutama pada penderita. Usahakan mengkonsumsi makanan sehat alami. Pada masa puber / hamil perlu asupan cukup nutrisi yang dibutuhkan kelenjar tiroid, untuk mencegah gondok sebagai kompensasi. Beberapa saran untuk program penanggulangan GAKI di masa depan meliputi: kerja sama lintas sektoral yang kuat; komitmen terhadap konsumsi garam beriodium, baik dari sisi industri, perdagangan, sosialisasi, pemantauan, maupun evaluasi

 

 

 

Referensi :

Gangguan akibat kekurangan iodium di indonesia, diunduh dari : https://media.neliti.com/media/publications/39792-ID-gangguan-akibat-kekurangan-iodium-di-indonesia-tinjauan-epidemiologis-dan-kebijakan. Pada 18 Oktober 2009

Mengenal penyakit gondok. 2011, diunduh dari : http://www.rspaw.or.id/artikel/mengenal-penyakit-gondok.htm

Kumar V, Abbas AK, Aster JC. 2015. Robbins ; Sistem Endokrin. Elsevier, Ed.9, P.716-718

Djokomoeljanto R. Gangguan akibat kekurangan iodium (GAKI) dan kelebihan iodium (EKSES). Tiroidologi Klinik. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro; 2007.Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2013,

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Riset kesehatan dasar 2007. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia; 2008.

Kekurangan Iodium Masih Saja Menjadi Masalah Kesehatan, diunduh dari : https://www.litbang.kemkes.go.id/kekurangan-iodium-masih-saja-menjadi-masalah-kesehatan/