Selasa, 26 Juli 2022 13:06 WIB

Teknik Nonfarmakologis: Menarik Napas Dalam Untuk Mengurangi Nyeri

Responsive image
27100
Novita Agustina, Ns, M.Kep, Sp.Kep. A - RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang

Nyeri… Apakah nyeri itu?

Nyeri adalah sensasi tidak menyenangkan yang terjadi bila kita mengalami cedera atau kerusakan pada tubuh kita. Nyeri dapat terasa sakit, panas, gemetar, kesemutan seperti terbakar, tertusuk, atau ditikam. Definisi Nyeri adalah suatu kondisi dimana seseorang merasakan perasaan yang tidak nyaman atau tidak menyenangkan yang disebabkan oleh kerusakan jaringan yang telah rusak atau yang berpotensi untuk rusak. Sedangkan definisi saraf adalah serat serat yang menghubungkan  organ tubuh dengan sistem saraf pusat (otak dan sumsum tulang belakang).

Nyeri berhubungan dengan banyak penyakit. Banyak penyakit yang dapat menimbulkan rasa nyeri di persarafan, seperti infeksi HIV, herpes, cedera, kanker, diabetes, penyakit autoimun,penekanan akar saraf di tulang belakang, diabetes, kekurangan vitamin B6, B12, dsb.

Metode teknik pengurangan nyeri pada dasarnya dikategorikan menjadi dua yaitu farmakologi dan nonfarmakologi. Farmakologi termasuk program terapi obat-obatan yang dapat mengurangi nyeri, sedangkan nonfarmakologi meliputi bimbingan  atisipasi, relaksasi, distraksi, biofeedback, hypnosis diri, menguransi persepsi nyeri, stimulasi kutaneus. Sekarang telah banyak dikembangkan intervensi keperawatan yang dilakukan untuk mengurangi intensitas nyeri seperti teknik relaksasi.  Teknik relaksasi bertujuan untuk memberikan rasa nyaman dan rileks pada pasien, dapat mengurangi intensitas nyeri, serta dapat dan meningkatkan ventilasi paru serta meningkatkan oksigen darah.

Terapi non farmakologi yang sering digunakan yaitu hipnotis, distraksi dan teknik  relaksasi nafas dalam. Terapi relaksasi merupakan suatu teknik yang berkaitan dengan tingkah laku manusia dan efektif dalam mengatasi nyeri akut terutama rasa nyeri akibat prosedur diagnostik dan pembedahan. Biasanya membutuhkan waktu 5-10 menit pelatihan sebelum pasien dapt meminimalkan nyeri secara efektif. Dimana tujuan pokok dari relaksasi adalah membantu pasien menjadi rileks dan memperbaiki berbagai aspek kesehatan fisik. Periode relaksasi yang teratur dapat membantu untuk melawan keletihan dan ketegangan otot yang terjadi dengan nyeri dan yang meningkatkan nyeri. Manajemen  nyeri  non  farmakologi yang sering digunakan yaitu teknik relaksasi nafas  dalam. Teknik  relaksasi  nafas  dalam merupakan   teknik   untuk   mengurangi ketegangan  nyeri  dengan  merelaksasikan otot. 

Langkah-langkah teknik relaksasi nafas dalam adalah sebagai berikut :

1.      Atur posisi yang nyaman dan lingkungan yang tenang,

2.      Usahakan rileks dan tenang, menarik nafas dalam memalui hidung dengan hitungan 1,2,3 kemudian tahan sekitar 5-10 detik,

3.      Hembuskan nafas melalui mulut secara perlahan-lahan sambil membiarkan tubuh menjadi kendor dan merasakan betapa nyaman hal tersebut. sedangkan latihan  nafas  dalam  adalah  bernafas  dengan  perlahan  dan  menggunakan diafragma, sehingga memungkinkan abdomen terangkat perlahan dan dada mengembang penuh. 

Berdasarkan   penelitian   Widieati tahun 2015  teknik  relaksasi  nafas  dalam  sangat efektif  untuk  menurunkan  intensitas  nyeri. Penurunan  intensitas  nyeri  pada  responden dikarenanakn  peningkatan  fokus  terhadap nyeri  yang  beralih  pada  relaksasi  nafas, sehingga suplai oksigen dalam jaringan akan meningkat  dan  otak  bisa  berelaksasi.  Otak yang  berelaksasi  akan  merangsang  tubuh untuk  menghasilkan  hormon  endorpin  yang menghambat  transmisi  inpuls  nyeri  ke  otak yang   dapat   menurunkan   sensasi   nyeri sehingga menyebabkan intensitas nyeri yang dialami responden berkurang.

Pengaruh teknik relaksasi napas dalam yang di tambahkan dengan penambahan unsur keyakinan dalam bentuk kata-kata terhadap skala nyeri pada pasien post operasi apendiksitis di RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou dan RS Tk. III R.W. Mongonsidi Teling Manado yang hasilnya didapatkan teknik relaksasi ini dapat menurunkan skala nyeri pada pasien post operasi appendiks.

Berdasarkan studi tentang teknik relaksasi napas dalam dapat disimpulkan teknik ini dapat digunakan untuk pasien anak dengan gangguan nyeri. Hasilnya akan lebih baik bila di tambahkan dengan memberikan kata-kata yang menyakinkan atau memberikan sugesti positif kepada anak.

-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

DAFTAR REFERENSI

Hastomo, M. T., & Suryadi, B. (2018). Teknik relaksasi nafas dalam terhadap skala nyeri pada saat pemasangan infus di instalasi gawat darurat. Jurnal Ilmiah Ilmu Keperawatan Indonesia, 8(2), 436–442.

Rasubala, G. F., & Kumaat, L. T. (2017). Pengaruh teknik relaksasi Benson terhadap skala nyeri pada pasien post operasi di RSUP Prof. DR. R.D. Kandou dan RS TK.III R.W. Monginsidi Teling Manado. E-Journal Keperawatan (e-Kp), 5(1), 1–10.

Smeltzer, C. S., & Bare, B. G. (2010).Buku Ajar Keperawatan Medikal BedahBrunner & Suddart. Jakarta: EGC

Utami, S. (2016). Efektifitas relaksasi napas dalam dan distraksi dengan latihan 5 jari terhadap nyeri post laparatomi. Jurnal Keperawatan Jiwa, 4(1), 61–73.

Widieati,  W.  (2015).  Pengaruh  teknik relaksasi    nafas    dalam    terhadap penurunan  intensitas  nyeri  pada  ibu postseksio  sesarea  di  rumah  sakit unipdu  medika  Jombang. Jurnal  Edu Health, 2

  DOC, PROMKES, RSMH