Selasa, 26 Juli 2022 12:57 WIB

Mengenal Cystitis

Responsive image
36076
Tim Promkes RSST - RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten

Cystitis adalah istilah medis untuk menggambarkan adanya peradangan atau proses inflamasi yang terjadi pada kandung kemih yang salah satu tandanya adalah adanya rasa nyeri sewaktu buang air kecil. Kandung kemih sendiri merupakan salah satu bagian dari saluran kemih yang berfungsi sebagai tempat penampungan air kencing sebelum dikeluarkan dari dalam tubuh. Organ-organ yang termasuk dalam sistem saluran kemih antara lain : ginjal, ureter, kandung kemih, dan uretra. Baik pria dan wanita, sama-sama berisiko untuk terkena cystitis. Akan tetapi pada wanita memiliki risiko yang lebih tinggi karena dari bentuk anatomi uretra wanita yang jauh lebih pendek dari uretra pria, sehingga kemungkinan terjadinya penjalaran infeksi dari saluran kemih bagian bawah ke atas dapat terjadi lebih mudah dan cepat. Karena proses peradangan ini paling sering disebabkan oleh adanya infeksi bakteri, maka gangguan ini sering juga disebut sebagai infeksi kandung kemih. Perlu diketahui bahwa Infeksi Saluran Kemih (ISK) dapat terjadi pada organ manapun dan saling menjalar.

Penyebab Cystitis

Cystitis adalah istilah yang menggambarkan adanya peradangan pada kandung kemih. Kondisi ini bisa disebabkan oleh infeksi dan non-infeksi. Cystitis yang disebabkan oleh infeksi atau disebut dengan infeksi kandung kemih paling sering disebabkan oleh E. coli. Bakteri ini sebenarnya normal dan tidak berbahaya jika ada di usus, namun ketika masuk ke kandung kemih, bakteri ini bisa menyebabkan peradangan. Cystitis non-infeksi umumnya disebabkan oleh kerusakan atau iritasi pada kandung kemih. Hal ini dapat dipicu oleh bahan kimia yang mengiritasi, penggunaan kateter urine dalam jangka waktu yang lama, aktivitas seksual, serta efek samping radioterapi atau kemoterapi. Selain itu, salah satu jenis cystitis non-infeksi yang belum diketahui penyebab pastinya adalah interstitial cystitis. Radang kandung kemih ini bisa menyebabkan nyeri kandung kemih dalam jangka waktu yang lama.

Faktor Risiko Cystitis

Radang kandung kemih paling sering dialami oleh perempuan yang aktif secara seksual, menggunakan alat kontrasepsi diafragma atau spermisida, sedang hamil, atau sudah menopause.

Selain itu, beberapa faktor berikut juga bisa meningkatkan risiko terjadinya cystitis :

  • Kebiasaan membersihkan area intim dengan arah dari anus ke arah kelamin (dari belakang ke depan).
  • Menderita penyakit yang menghambat aliran urine, seperti penyakit batu kandung kemih, infeksi saluran kemih, atau pembesaran prostat.
  • Menderita diabetes
  • Menggunakan sabun yang dapat mengiritasi organ intim, seperti sabun berparfum.
  • Menggunakan kateter urine dalam jangka panjang.
  • Memiliki sistem kekebalan tubuh yang lemah akibat infeksi HIV.
  • Menjalani radioterapi atau kemoterapi pada area panggul.

Gejala Cystitis

Gejala cystitis dapat bervariasi dan berbeda-beda pada tiap penderitanya. Namun, secara umum, radang kandung kemih pada orang dewasa akan menyebabkan gejala berupa :

  • Frekuensi buang air kecil meningkat, namun jumlah urine yang dikeluarkan sedikit-sedikit.
  • Rasa sakit atau perih (seperti terbakar) saat buang air kecil.
  • Kram pada perut bagian bawah.
  • Nyeri saat berhubungan seksual.
  • Urine berwarna keruh atau berbau menyengat.
  • Urine berdarah
  • Lemas
  • Demam

Sementara itu, cystitis pada anak dapat ditandai dengan gejala-gejala berikut :

  • Demam
  • Sering mengompol atau buang air kecil
  • Sakit perut
  • Tubuh terasa lemas
  • Lebih rewel dari biasanya
  • Selera makan berkurang
  • Muntah

Pemeriksaan Cystitis

Dokter akan menanyakan keluhan yang dialami berserta riwayat penyakit pasien. Kemudian dokter akan melakukan pemeriksaan fisik, termasuk pada area perut, punggung, dan pinggang. Untuk memastikan diagnosis, dokter akan melakukan sejumlah pemeriksaan penunjang berikut :

  • Tes urine, untuk memeriksa adanya darah, sel darah putih, bakteri, atau nitrit di dalam urine, yang bisa menandakan infeksi.
  • Kultur urine, untuk mendeteksi jenis bakteri atau mikroorganisme yang menjadi penyebab cystitis.
  • Sistoskopi, untuk mengetahui kondisi dari kandung kemih dan mendeteksi ada tidaknya radang kandung kemih.
  • USG, untuk melihat struktur kandung kemih dan menyingkirkan penyebab lain, seperti tumor pada kandung kemih.

Pencegahan Cystitis

Cystitis dapat dicegah dengan melakukan beberapa hal berikutn :

  • Jangan menahan buang air kecil.
  • Jangan membersihkan organ intim dengan sabun berpewangi.
  • Jangan menggunakan bedak pada organ intim.
  • Gunakan alat kontrasepsi sesuai kebutuhan, jika sudah pernah mengalami cystitis sebisa mungkin batasi penggunaan diafragma dan spermisida.
  • Biasakan buang air kecil setelah berhubungan seks.
  • Biasakan membersihkan area kelamin dari arah depan ke belakang.
  • Kenakan celana dalam berbahan katun, jangan mengenakan yang ketat, dan ganti setiap hari.
  • Minum air putih dalam jumlah yang cukup, minimal 8 gelas per hari.

 

 

 

 

 

Referensi               :

1.   Reno Nofriati. 2010. Evaluasi Penggunaan Antibiotic pada Pasien Cystitis di Instalasi Rawat Inap RSUD Moewardi Surakarta. Jurnal Farmasi Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta.

2. Santi Herlina, dkk. 2015. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Cystitis pada Pasien Dewasa di RSUD Kota Bekasi. Jurnal Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta.

3.   Douglas-Moore, J.L. & Goddard, J. 2018. Current Best Practice in The Management of Cystitis and Pelvic Pain. Ther Adv Urol., 10(1), pp. 17-22.

4.    Tan, C.W. & Chlebicki, M.P. 2016. Urinary Tract Infections in Adults. Singapore Med J., 57(9), pp. 485-90.

5.     National Institutes of Health. 2018. MedlinePlus. Cytitis - Acute.

6.     Brusch, J.L. Medscape. Urinary Tract Infection (UTI) and Cystitis (Bladder Infection) in Females.