Selasa, 26 Juli 2022 09:18 WIB

Mengenal Narkolepsi

Responsive image
14640
Tim Promkes RSST - RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten

Narkolepsi merupakan kondisi yang mengganggu sistem saraf. Kondisi ini menyebabkan jam tidur tidak normal yang dapat memengaruhi kualitas hidup seseorang. Orang dengan narkolepsi merasa kesulitan untuk tetap terjaga untuk waktu yang lama, terlepas keadaannya. Narkolepsi merupakan kondisi kronis yang bersifat langka. Gangguan ini dapat memengaruhi sekitar 1 dari 2.000 orang. Gejala narkolepsi biasanya dapat bermula di antara usia 10 hingga 25 tahun. Namun, kondisi ini sering tidak segera dikenali dan terkenal misdiagnosis.

Narkolepsi adalah gangguan sistem saraf yang menyebabkan rasa kantuk berlebih pada siang hari serta tertidur secara tiba-tiba tanpa mengenal waktu dan tempat. Tidak hanya dapat mengganggu aktivitas sehari-hari, kondisi ini juga bisa membahayakan penderitanya. Narkolepsi dapat disertai dengan gejala lainnya, yang meliputi sleep paralysis, halusinasi, dan katapleksi, yaitu kelemahan atau kehilangan kendali pada otot wajah, leher, dan lutut. Narkolepsi yang disertai dengan katapleksi disebut dengan narkolepsi tipe 1, sedangkan yang tidak disertai dengan katapleksi, disebut dengan narkolepsi tipe 2.

Penyebab Narkolepsi

Penyebab narkolepsi belum diketahui secara pasti. Namun, sebagian besar penderita narkolepsi memiliki kadar hipokretin rendah. Hipokretin adalah zat kimia dalam otak yang mengendalikan waktu tidur. Narkolepsi juga diduga dapat disebabkan oleh penyakit yang merusak bagian otak penghasil hipokretin, seperti :

  •    Tumor otak
  •    Cedera kepala
  •    Ensefalitis
  •   Multiple sclerosis

Selain penyakit di atas, terdapat beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko terjadinya narkolepsi yaitu :

  •   Berusia 10-30 tahun
  •   Perubahan hormon, terutama pada masa pubertas atau menopause
  •   Stres
  •   Perubahan pola tidur secara tiba-tiba
  •   Infeksi, seperti infeksi bakteri streptokokus atau infeksi flu babi
  •   Kelainan genetik keturunan

Gejala Narkolepsi

Gejala narkolepsi dapat muncul dalam beberapa minggu atau berkembang secara perlahan selama bertahun-tahun. Berikut ini adalah gejala narkolepsi  yang umumnya terjadi :

  •     Rasa kantuk yang berlebihan pada siang hari.

Penderita narkolepsi selalu mengantuk pada siang hari, sulit untuk tetap terjaga, dan sulit berkonsentrasi.

  •     Serangan tidur

Serangan tidur yang menyebabkan penderita narkolepsi tertidur di mana saja dan kapan saja secara tiba-tiba. Jika narkolepsi tidak terkendali, serangan tidur bisa berlangsung selama beberapa kali dalam sehari.

  •     Katapleksi

Katapleksi atau melemahnya otot secara tiba-tiba ditandai dengan tungkai terasa lemas, penglihatan ganda, kepala lunglai dan rahang turun, serta bicara cadel. Kondisi ini dapat terjadi selama beberapa detik hingga beberapa menit dan biasanya dipicu oleh emosi tertentu, seperti terkejut, marah, senang, atau tertawa. Penderita biasanya mengalami serangan katapleksi 1-2 kali dalam setahun.

  •     Ketindihan atau sleep paralysis

Kondisi ini terjadi ketika penderita tidak mampu bergerak atau berbicara saat hendak terbangun atau mulai tertidur.

  •     Halusinasi

Penderita narkolepsi kadang dapat melihat atau mendengar sesuatu yang tidak nyata, terutama saat akan tidur atau bangun tidur.

Selain gejala umum tersebut, narkolepsi juga dapat disertai gejala lainnya, seperti :

  •   Gangguan ingatan
  •   Sakit kepala
  •   Depresi
  •   Keinginan untuk makan secara berlebihan
  •   Kelelahan ekstrem dan kekurangan energi yang terjadi secara terus-menerus

Fase tidur

Proses tidur penderita narkolepsi berbeda dengan orang normal. Terdapat 2 (dua) fase dalam proses tidur normal, yaitu fase REM (Rapid Eye Movement) dan fase non-REM. Berikut penjelasannya :

1.      Fase Non-REM

Fase non-REM terdiri dari tiga tahap yang masing-masing dapat berlangsung selama 5-15 menit. Berikut adalah tahapannya :

  • Tahap 1, di mana mata telah tertutup dan tidak mudah untuk dibangunkan.
  • Tahap 2, detak jantung melambat dan suhu tubuh menurun. Hal ini menandakan tubuh bersiap untuk tahap tidur yang lebih nyenyak.
  • Tahap 3, tahap di mana seseorang yang tertidur akan lebih sulit untuk dibangunkan. Jika bangun, ia akan merasa linglung selama beberapa menit.

2.      Fase REM

Fase REM terjadi setelah seseorang tertidur selama 90 menit. Pada fase ini, detak jatung dan napas akan bertambah cepat. Fase REM akan terjadi secara bergantian dengan fase non-REM.

Fase REM tahap pertama biasanya akan terjadi selama 10 menit, dan durasinya akan terus bertambah pada tahap berikutnya hingga tahap terakhir yang bisa berlangsung selama 1 jam.  

Pada penderita narkolepsi, proses tidur akan langsung memasuki fase REM, baik saat penderita sedang bersiap untuk tidur atau ketika sedang terbangun dan beraktivitas. Kondisi ini yang kemudian menyebabkan timbulnya gejala narkolepsi.

 

 

 

Referensi               :

1. Rizky Muliani, dkk. 2018. Hubungan Tingkat Stress dan Kejadian Sleep Paralisis pada Mahasiswa Sarjana Keperawatan Tingkat Akhir. Jurnal Kesehatan Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Bakti Kencana Indonesia.

2. National Institute of Health. 2020. U.S. National Library of Medicine. MedlinePlus. Narcolepsy.

3. National Institute of Health. 2019. U.S. National Library of Medicine. MedlinePlus. Narcolepsy.

4. Mayo Clinic. 2019. Diseases & Conditions. Narcolepsy.

5. John Hopkins Medicine. 2020. Conditions and Diseases. Narcolepsy.

6. Schwab, R.J. MSD Manual. 2020. Consumer Version. Narcolepsy.

7. Imm, N. Patient Info. 2016. Professional Articles. Narcolepsy and Cataplexy.

8. WebMD. 2019. Sleep Disorders. Narcolepsy.

9. WebMD. 2018. Sleep Disorders. What Are REM and Non-REM Sleep?