Penggunaan kontrasepsi baik hormonal maupun non hormonal untuk mencegah kehamilan termasuk ke dalam program pemerintah yakni Keluarga Berencana. Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 87 Tahun 2014 tentang Perkembangan Kependudukan dan Sistem Informasi Keluarga pasal 1, Keluarga berencana adalah upaya mengatur kelahiran anak, jarak dan usia ideal melahirkan, mengatur kehamilan, melalui promosi, perlindungan, dan bantuan sesuai dengan hak reproduksi untuk mewujudkan keluarga yang berkualitas.
Seperti yang kita ketahui bahwa program Keluarga Berencana memiliki berbagai manfaat untuk pemerintah maupun kita sebagai masyarakat dan individu. Manfaat program Keluarga Berencana antara lain:
1. Menjaga kesehatan ibu dan bayi
Program kehamilan yang direncanakan dengan matang akan memberikan dampak baik bagi kesehatan ibu dan bayi. Selain itu, program Keluarga Berencana juga memberikan pengarahan mengenai langkah-langkah untuk menjaga kesehatan baik sebelum maupun setelah melahirkan.
2. Mendorong kecukupan ASI dan pola asuh yang baik bagi anak
Dengan program keluarga berencana, suami istri dapat merencanakan waktu kehamilan dengan tepat. Hal ini erat kaitannya dengan kecukupan ASI dan pola asuh anak. Idealnya, jarak anak pertama dan kedua antara 3-5 tahun. Dengan jarak waktu ini, anak pertama bisa mendapatkan manfaat ASI dengan maksimal, yaitu dari ASI eksklusif dan ASI hingga usia 2 tahun. Anak juga akan mendapatkan perhatian penuh dari orangtuanya selama masa perkembangannya.
3. Mencegah kehamilan yang tidak direncanakan
Suami dan istri yang tidak menjalankan program Keluarga Berencana beresiko mengalami kehamilan yang tidak direncanakan. Misalnya perempuan diatas, 35 tahun dan belum menopause yang melakukan hubungan intim tanpa alat kontrasepsi bisa saja hamil. Namun kehamilan ini beresiko tinggi dan bisa berdampak fatal pada ibu dan bayi
4. Mencegah penyakit menular seksual
Meski dilakukan antar suami istri, hubungan seksual tidak terlepas dari resiko terjadinya penyakit menular seksual, seperti sifilis gonorhoe hingga HIV/AIDS. Namun hal ini bisa dicegah dengan penggunaan alat kontrasepsi seperti kondom.
5. Menurunkan angka kematian ibu dan bayi
Angka kematian ibu dan bayi masih sering dijumpai pada kehamilan yang beresiko tinggi mengalami komplikasi, seperti pada wanita berusia lebih dari 35 tahun, wanita yang memiliki penyakit kronis tertentu, dan wanita yang baru saja melahirkan.
6. Membentuk keluarga yang berkualitas
Merencanakan kehamilan dan jumlah anak bukan cuma masalah waktu, tetapi juga soal ekonomi, pendidikan anak dan pola asuh. Jika terencana dengan baik, peluang menciptakan keluarga berkualitas pun akan semakin besar.
Beberapa pendapat tentang kontrasepsi hormonal beresiko kanker berkembang di tengah masyarakat. Penelitian – penelitian tentang hubungan antara penggunaan kontrasepsi hormonal dan penyakit kanker bermunculan. Masyarakat awam mungkin bertanya-tanya apakah benar kontrasepsi hormonal seperti pil KB, suntik KB, implan beresiko kanker. Untuk itu mari kita berkenalan dengan masing- masing kontrasepsi hormonal tersebut.
Berikut ini cara kerja, keuntungan dan keterbatasan kontrasepsi hormonal menurut Saifudin, Abdul Bari (2006) :
1. Pil KB
a. Cara kerja
Menekan ovulasi dan mencegah implantasi. Lendir serviks mengental sehingga sulit dilalui oleh sperma. Pergerakan tuba terganggu sehingga transportasi telur dengan sendirinya akan terganggu pula.
b. Keuntungan
Efektifitas yang tinggi ( hampir menyerupai efektifitas tubektomi), bila digunakan setiap hari (1 kehamilan per 1000 perempuan dalam tahun pertama penggunaan). Resiko terhadap kesehatan sangat kecil dan tidak mengganggu hubungan seksual.
Kesuburan segera kembali setelah penggunan pil dihentikan. Membantu mencegah kehamilan ektopik, kanker ovarium, penyakit radang panggul, kelainan jinak pada payudara dan dismenorhea.
c. Keterbatasan
Dapat meningkatkan tekanan darah dan retensi cairan, sehingga resiko stroke, dan pembekuan darah pada vena dalam sedikit meningkat.Tidak mencegah Infeksi Menular Seksual, HBV, HIV/AIDS.
2. Suntikan kombinasi
a. Cara kerja
Menekan ovulasi, membuat lendir serviks menjadi kental sehingga penetrasi sperma terganggu. Perubahan pada endometrium (atrofi) sehingga implantasi terganggu. Menghambat transportasi gamet oleh tuba.
b. Keuntungan
Sangat efektif(0,1-0,4 kehamialn per 100 perempuan) selama tahun pertama penggunaan. Mengurangi nyeri haid, mencegah anemia. Khasiat pencegahan terhadap kanker ovarium dan kanker endometrium. Mengurangi penyakit payudara jinak dan kista ovarium. Mencegah kehamilan ektopik dan tidak mempengaruhi hubungan suami istri.
c. Keterbatasan
Kemungkinan terlambatnya pemulihan kesuburan setelah penghentian pemakaian, tidak menjamin perlindungan terhadap infeksi menular seksual. Dapat terjadi efek samping serius seperti serangan jantung, stroke pada kondisi tertentu.
3. Kontrasepsi Implan
a.Cara kerja
Lendir serviks menjadi kental, mengganggu proses pembentukan endometrium sehingga sulit terjadi implantasi, mengurangi transportasi sperma dan menekan ovulasi.
b. Keuntungan
Sangat efektif (kegagalan 0,2 -1 kehamilan per 100 perempuan. Daya guna tinggi, perlindungan jangka panjang, bebas pengaruh estrogen, tidak mengganggu ASI, mengurangi nyeri dan jumlah darah haid. Menurunkan angka kejadian kelainan jinak payudara dan endometriosis, melindungi diri dari beberapa penyebab penyakit radang panggul.
c. Keterbatasan
Peningkatan atau penurunan berat badan, nyeri kepala dan payudara, membutuhkan tindakan pembedahan minor untuk insersi dan pencabutan, efektifitas menurun bila menggunakan obat- obat tuberkulosis dan epilepsi, kehamilan ektopik sering terjadi (1,3 dari 100000 perempuan per tahun).
4. Kontrasepsi AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim) dengan progestin
a.Cara kerja
Endometrium mengalami transformasi yang ireguler, epitel atrofi sehingga mengganggu implantasi, mencegah terjadinya pembuahan dengan mengeblok bersatunya ovarium dengan sperma, mengatasi jumlah sperma yang mencapai tuba falopii, menginaktifkan sperma
b. Keuntungan
Sangat efektif, 0,5 - 1 kehamilan per 100 perempuan, efektif dengan proteksi jangka panjang (1 tahun), tidak berpengaruh terhadap ASI, efek samping sangat kecil, tidak mengganggu hubungan suami istri, kesuburan segera kembali setelah AKDR diangkat.
c. Keterbatasan
Diperlukan tenaga terlatih untuk pemasangan dan pencabutan AKDR, kejadian kehamilan ektopik relatif tinggi, ptogestin dapat memicu pertumbuhan mioma uterus, bertambahnya resiko mendapat penyakit radang panggul.
Setiap metode kontrasepsi memiliki kekurangan dan kelebihan masing- masing. Untuk itu konseling diperlukan sebelum pemilihan metode kontrasepsi yang tepat. Efek samping dapat terjadi dengan kondisi - kondisi tertentu seperti jenis kontrasepsi yang kontraindikasi dengan kesehatan kita namun karena kita merasa cocok dengan jenis kontrasepsi tersebut kita perpanjang penggunaannya padahal tenaga kesehatan sudah menyarankan untuk mengganti metode kontrasepsi yang lain.
Berkenaan dengan kontrasepsi hormonal yang dipandang sebagai faktor resiko kanker, tidak semua penelitian tentang kontrasepsi hormonal menyimpulkan bahwa kontrasepsi tersebut menyebabkan kanker. Menurut hasil penelitian Nirmala dan Vivi (2019), ibu yang menggunakan kontrasepsi oral lebih banyak ditemukan pada ibu perimenopause yang menderita kanker payudara (58,8%) dibandingkan ibu yang tidak menderita kanker payudara (41,2%). Dan kesimpulan penelitian, tidak terdapat hubungan antara penggunaan kontrasepsi oral dengan kejadian kanker payudara pada ibu perimenopause ( p=0,1).
Menurutnya lagi faktor- faktor reproduksi yang terkait dengan paparan yang terlalu lama terhadap estrogen andogen seperti menarche dini, menopause terlambat, usia lanjut pada persalinan pertama adalah beberapa faktor resiko terpenting untuk kanker payudara.
Faktor resiko hormonal yang memiliki pengaruh terhadap kanker payudara yaitu usia menstruasi pertama (menarche) dan lama penggunaan kontrasepsi oral.
Kanker payudara merupakan salah satu jenis kanker yang paling sering terjadi pada wanita di Indonesia. Kanker payudara ini berkaitan dengan banyak faktor resiko ( multi faktor) salah satunya adalah pengaruh hormon estrogen. Hasnita, dkk (2019)
Menurut hemat penulis, semua perempuan beresiko terkena kanker payudara. Paparan hormon estrogen sudah terjadi sejak menstruasi pertama, hamil, melahirkan, menyusui hingga peri menopause. Tidak dapat dihindari karena merupakan proses mutlak yang dialami perempuan. Kanker payudara dipengaruhi oleh berbagai faktor, tidak bijak rasanya hanya memandang penggunaan kontrasepsi hormonal sebagai faktor resiko terpenting
Begitupun penggunaan kontrasepsi dalam kehidupan rumah tangga, sudah menjadi kebutuhan dalam mewujudkan keluarga kecil sehat dan berkualitas dengan berbagai manfaatnya. Dapat dibayangkan kehidupan rumah tangga kita tanpa alat kontrasepsi, jumlah anak yang banyak, disertai beban kerja rumah tangga yang berlebih, pola pengasuhan anak yang kurang diperhatikan, gizi anak pun terkena imbas dan pada akhirnya ibu atau perempuan yang sangat merasakan beratnya beban hidup. Kontrasepsi non hormonal juga dapat dipilih sebagai jenis kontrasepsi yang dipandang aman dari resiko kesehatan, namun kembali lagi kepada prinsip pokok kontrasepsi yakni bahwa setiap metode kontrasepsi memiliki kekurangan dan kelebihan masing - masing.
Bijak dalam memilih jenis kontrasepsi yang sesuai dengan kondisi kesehatan dan kebutuhan kita adalah hal utama. Maka dari itu konsultasikan kebutuhan kontrasepsi anda kepada dokter dan bidan yang telah terstandar. Diskusikan kecemasan anda akan pengaruh kesehatan yang timbul akibat penggunaan kontrasepsi hormonal. Dengan demikian kontrasepsi hormonal tidak akan menimbulkan kecemasan bagi anda.
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Referensi:
https://jdih.kemenkeu.go.id/fulltext/2014/87tahun2014pp.htm. Diakses Pada 2021. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia.
https://dukcapil.kemendagri.go.id/berita/baca/809/distribusi-penduduk-indonesia-per-juni-2021-jabar-terbanyak-kaltara-paling-sedikit?keyword=Angka%20kelahiran. Diakses pada 2021.
https://ejurnal.ung.ac.id/index.php/jnj/article/view/6860. Diakses pada 2021.
https://journals.umkt.ac.id/index.php/bsr/article/download/974/242. Diakses pada 2021.
DOC, PROMKES, RSM