Senin, 20 Juni 2022 14:10 WIB

Internalisasi Budaya Kaizen Dalam Pemberian Layanan Kepada Pasien

Responsive image
1413
Ardiansyah, SKM, MM - RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang

Jepang adalah sebuah negara Kepulauan yang terletak di Benua Asia bagian Timur (Asia Timur). Serangan bom atom yang dijatuhkan oleh Amerika pada perang dunia kedua membuat kedua kota itu hancur dan lumpuh. Namun sejarah mencatat Hiroshima dan Nagasaki dapat bangkit dalam waktu yang sangat singkat. Bangkitnya kedua kota ini dari keterpurukan tidak lepas dari semangat kerja dan etos kerja serta disiplin yang mereka miliki. Salah satunya adalah budaya Kaizen

Ya, selain Bushido, etos kerja yang dimiliki oleh bangsa jepang adalah Kaizen. Kaizen merupakan suatu cara berpikir untuk perbaikan dan kemajuan secara terus menerus dalam kehidupan, baik individu, keluarga, masyarakat maupun pekerjaan. Kaizen berasal dari bahasa Jepang yaitu Kai yang artinya perubahan dan Zen yang berarti baik. Kaizen menekankan pada perubahan kearah perbaikan yang terus menerus atau yang lebih dikenal dengan continuous improvement

Salah satu konsep budaya kaizen adalah 5S, yaitu Seiri (Ringkas), Seiton (Rapi), Seiso (Resik), Seiketsu (Rawat), dan Shitsuke (Rajin).

1. Seiri (Ringkas), yaitu memilah antara yang diperlukan dengan yang tidak diperlukan. Membuang yang tidak diperlukan dan mencari penyebab-penyebabnya serta menghilangkan penyebabnya sehingga tidak menimbulkan masalah.

2. Seiton (Rapi), yaitu merapikan segala sesuatu pada tempat yang tepat dan tertata serta ergonomis, sehingga dapat dipergunakan dalam keadaan mendesak. Hal ini juga akan menghemat waktu dalam proses pencarian..

3. Seiso (Resik) yaitu memelihara kebersihan, termasuk pembersihan dan perawatan peralatan dan fasilitas, yang akan berdampak baik untuk kesehatan pribadi, keluarga, masyarakat, termasuk juga karyawan.

4. Seiketsu (Rawat), yaitu merawat tiga langkah yang telah dilaksanakan sebelumnya. Pada langkah ini, harus dipastikan bahwa tiga langkah sebelumnya sudah berjalan secara konsisten dengan menetapkan standar-standar. Misalnya dengan membuat prosedur kegiatan yang dilakukan, siapa yang bertanggung jawab dan seberapa sering kegiatan tersebut, sehingga berbagai masalah dapat dicegah sedini mungkin.

5. Shitsuke (Rajin). Shitsuke adalah metode yang digunakan untuk memotivasi pribadi, keluarga, masyarakat agar terus menerus melakukan dan ikut serta dalam kegiatan perawatan dan aktivitas perbaikan serta membuat pekerja terbiasa menaati aturan (rajin).

Kaizen sebenarnya lebih berfokus untuk diterapkan dalam dunia kerja untuk meningkatkan kualitas perusahaan dan karyawannya tapi metode ini juga bisa menjadi landasan untuk semua orang agar dapat bekerja lebih giat dan baik disemua bidang terutama bagi seorang tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan di Rumah sakit.

Internalisasi budaya Kaizen, dalam upaya memberikan layanan yang optimal kepada pasien, salah satunya dapat diterapkan diruang perawatan dengan melakukan perbaikan yang mengarah kepada peningkatan mutu tanpa harus membutuhkan biaya tinggi dengan melakukan optimalisasi sumber daya yang ada, peningkatan kualitas SDM dengan sertifikasi kompetensi khusus dan mengeliminasi pemborosan, misalnya dengan melakukan penataan ruangan kerja dan ruangan perawatan, membuat manajemen tempat tidur (bed management) yang terintegrasi, optimalisasi penggunaan e-rekam medik, memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga pasien tentang aturan rumah sakit beserta Hak dan kewajiban Pasien dan Keluarga, pengaturan jam besuk demi keamanan dan kenyamanan pasien, serta melayani pasien dengan standar mutu dan keselamatan yang tinggi sesuai dengan standar akreditasi.

Penerapan budaya kaizen harus didukung oleh semua pihak disemua lini,  ketika ada masalah-masalah atau kendala yang dihadapi di masing-masing, untuk segera dicarikan solusinya, baik melalui diskusi internal, atau melibat jajaran manajemen di Rumah Sakit.

Budaya kaizen yang menerapkan perbaikan terus-menerus tentu memerlukan komitmen jangka panjang yang perlu dilakukan. Suksesnya kaizen terletak pada sejauh mana kita mampu  menerapkan 5S tersebut menjadi kebiasaan, bukan karena paksaan melainkan muncul dengan sendirinya sebagai inisiatif untuk memperbaiki diri sehingga apa yang menjadi ekspektasi dari pasien sebagai pengguna jasa layanan sebuah Rumah Sakit dapat terpenuhi.

 

Referensi :

https://terbitkanbukugratis.id/ardi-azzam/09/2021/budaya-kaizen/, diakses tanggal 20 Desember 2021