Makrodontia merupakan suatu kondisi di mana ukuran satu atau lebih gigi pada seseorang lebih besar dibandingkan dengan ukuran normal. Kondisi ini tidak hanya berdampak pada penampilan estetika, tetapi juga dapat mengganggu fungsi gigi, yang pada akhirnya memengaruhi kualitas hidup individu yang mengalaminya. Makrodontia seringkali dikaitkan dengan beberapa kelainan genetik dan gangguan endokrin. Salah satu kelainan genetik yang memiliki hubungan erat dengan makrodontia adalah sindrom KBG, yang dikenal dengan gangguan perkembangan dan kelainan pada struktur gigi. Artikel ini membahas secara singkat mengenai pentingnya memahami makrodontia dan melaporkan sebuah kasus sindrom KBG pada seorang perempuan berusia 16 tahun asal Afrika Selatan.
Makrodontia didefinisikan sebagai kondisi di mana ukuran gigi seseorang lebih besar dari dua standar deviasi di atas rata-rata ukuran gigi pada kelompok usia dan jenis kelamin yang sama. Meskipun makrodontia yang menyeluruh sangat jarang terjadi, kondisi ini sering terlihat pada kasus gigantisme hipofisis, yang merupakan hasil dari produksi hormon pertumbuhan yang berlebihan dalam tubuh.
Beberapa faktor penyebab makrodontia telah diidentifikasi, termasuk faktor genetik, lingkungan, serta gangguan endokrin. Penelitian menunjukkan bahwa makrodontia lebih umum terjadi pada populasi dengan latar belakang etnis tertentu, seperti orang keturunan Asia, penduduk asli Amerika, dan Alaska. Selain itu, kondisi langka seperti akromegali dan gigantisme hipofisis—yang disebabkan oleh produksi hormon pertumbuhan yang berlebihan—juga dapat memicu terjadinya makrodontia. Pada kondisi ini, kelebihan hormon pertumbuhan biasanya diakibatkan oleh adanya adenoma hipofisis, yakni sejenis tumor jinak yang berkembang di kelenjar hipofisis.
Selama dua dekade terakhir, pemahaman tentang penyebab molekuler dan genetik dari gigantisme dan akromegali hipofisis telah mengalami kemajuan yang signifikan. Beberapa penyebab genetik telah diidentifikasi, termasuk neoplasia endokrin multipel tipe 1 dan 4, sindrom McCune-Albright, kompleks Carney, dan adenoma hipofisis familial. Penyebab lain yang baru-baru ini ditemukan adalah akroganisme yang berkaitan dengan kromosom X. Secara umum, gigantisme hipofisis biasanya terjadi sebagai kondisi yang sporadis dan tidak berhubungan dengan faktor keturunan.
Sindrom-sindrom yang terkait dengan gigantisme, seperti sindrom McCune-Albright dan neoplasia endokrin multipel, memiliki ciri-ciri yang telah dikenal, termasuk perkembangan abnormal pada gigi. Kondisi ini sering terjadi bersamaan dengan kelainan lain seperti neurofibromatosis dan tumor pada saraf optik. Meskipun demikian, frekuensi gigantisme sering kali tidak didiagnosis dengan tepat karena gejalanya dapat bervariasi.
Menurut para peneliti, variasi genetik yang mengatur pertumbuhan gigi dapat mempengaruhi ukuran gigi. Variasi ini juga dapat menyebabkan gigi tumbuh lebih besar dari ukuran normal, yang pada akhirnya menyebabkan kondisi makrodontia.
Referensi :
ManogariChetty, Khaled Beshtawi, Imaan Roomaney, SalmaKabbashi, Casereport MACRODONTIA:AbriefoverviewandacasereportofKBG syndrome . https://core.ac.uk/reader/401881370
Ebru Canoglu,1 Harun Canoglu,2 Alper Aktas,3 and Zafer C. Cehreli1
Isolated bilateral macrodontia of mandibular second premolars: A case report. Eur J Dent. 2012 Jul; 6(3): 330–334. https://www-ncbi-nlm-nih-gov.translate.goog/pmc/articles/PMC3420842/?_x_tr_sl=en&_x_tr_tl=id&_x_tr_hl=id&_x_tr_pto=tc
Sumber gambar :
Freepik (A dentist hands working on young woman patient with dental tools.) https://www.freepik.com/free-photo/dentist-hands-working-young-woman-patient-with-dental-tools_25131035.htm#fromView=search&page=1&position=29&uuid=22b1b706-2ae3-44e3-91a9-f5a880e9ac4f