Selasa, 29 Oktober 2024 10:41 WIB

Cegah Obesitas untuk Hindari Penyakit Degeneratif

Responsive image
39
Dr. dr. Tri Juli Edi Tarigan, SpPD-KEMD - RSUP dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta

Berdasarkan survei di Amerika, separuh dari orang dengan obesitas tidak mengetahui dampak negatifnya terhadap kesehatan. Bahkan, masih banyak diantara mereka yang tidak mengetahui bahwa ia mengalami obesitas. Kesadaran masyarakat perlu ditingkatkan agar obesitas tidak hanya dikenal sebagai masalah kosmetik semata, namun merupakan penyakit serius dengan dampak kesehatan yang signifikan, dampak pada produktivitas, beban finansial, dan berisiko mengakibatkan kematian.

Obesitas merupakan permasalahan kesehatan global, yang kejadiannya terus meningkat secara signifikan di berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia. Pada tahun 2020, diperkirakan terdapat 764 juta orang dewasa, yaitu sekitar 15% orang dewasa di dunia mengalami obesitas. Di Indonesia, sejak tahun 1999 hingga 2016 kasus overweight dan obes di Indonesia meningkat dari 15,8% menjadi 28,2%. Data Riset Kesehatan Dasar tahun 2018 bahkan menunjukkan bahwa 1 dari 3 orang dewasa di Indonesia mengalami overweight atau obes.

Orang dengan obesitas berisiko mengalami penyakit kronis degeneratif dari ujung kepala hingga ujung kaki, seperti stroke, demensia, penyakit jantung dan pembuluh darah, obstructive sleep apnea (OSA), penyakit ginjal kronis, kanker, osteoarthritis, bahkan hingga penyakit kulit seperti dermatitis atopi dan psoriasis. Obesitas pada wanita juga berdampak pada keselamatan ibu dan anak saat persalinan. Obesitas juga meningkatkan risiko kematian. Data tahun 2019 menunjukkan bahwa obesitas merupakan faktor risiko ke-5 terbesar atas kematian setelah darah tinggi, merokok, polusi udara dan gula darah tinggi. Dampak obesitas pada luaran penyakit dapat dilihat pada masa pandemi. Terbukti bahwa pasien COVID-19 dengan obesitas memiliki risiko 4 kali lebih besar untuk mengalami COVID-19 yang berat, seperti dirawat di ICU dan  menggunakan alat bantu pernapasan berupa ventilasi.

Untungnya, obesitas dapat dicegah dan diobati. Obesitas terjadi karena adanya energi atau kalori berlebih di tubuh sehingga tersimpan sebagai lemak. Untuk mencegah obesitas, kondisi kalori berlebih harus dihindari dengan keseimbangan antara asupan kalori dan aktivitas fisik. Gaya hidup sehat dan aktif seperti yang diingatkan oleh pemerintah melalui slogan "CERDIK" - Cek kesehatan secara berkala, Enyahkan asap rokok, Rajin aktivitas fisik, Diet sehat dan seimbang, Istirahat cukup, dan Kelola stres - dapat mengurangi risiko obesitas.

Bagi mereka yang telah mengalami obesitas, penurunan berat badan menjadi tujuan utama dalam penanganan. Tahap pertama penanganan adalah intervensi gaya hidup yang terdiri dari diet sehat dan aktivitas fisik yang teratur untuk mencapai defisit kalori. Intervensi dengan obat anti-obesitas (OAO) dipertimbangkan pada beberapa kondisi namun harus selalu diberikan sebagai terapi pendamping intervensi gaya hidup. Beberapa terapi obat yang bisa digunakan adalah orlistat, phentermine-topiramate, naltrexone-bupropion, liraglutide dan semaglutide. Syarat dimulai terapi OAO adalah IMT ? 30 kg/m2 atau IMT ? 27 kg/m2 dengan minimal satu penyakit penyerta seperti diabetes, hipertensi maupun gangguan lipid.  Pada kondisi obesitas berat, yaitu IMT ? 40 kg/m2 atau IMT ? 35 kg/m2  dengan penyakit penyerta yang berat, intervensi bedah seperti bariatric surgery perlu dipertimbangkan. Karena tingginya risiko relaps pada obesitas, penanganan tidak berhenti saat target berat badan tercapai, namun berkelanjutan dengan pemantauan dan manajemen berkala.

 

Referensi:

Kaplan LM, Golden A, Jinnett K, Kolotkin RL, Kyle TK, Look M, et al. Perceptions of Barriers to Effective Obesity Care: Results from the National ACTION Study. Obesity [Internet]. 2018 Jan 1 [cited 2024 Feb 28];26(1):61–9. Available from: https://onlinelibrary.wiley.com/doi/full/10.1002/oby.22054.

The Obesity Policy Engagement Network Southeast Asia (OPEN SEA). 2022.

Ritchie H, Roser M. Obesity: When did obesity increase? How do rates vary across the world? What is the health impact? Our World in Data. 2024.

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Hasil Utama RISKESDAS 2018. 2018.

Lam BCC, Lim AYL, Chan SL, Yum MPS, Koh NSY, Finkelstein EA. The impact of obesity: a narrative review. Singapore Med J [Internet]. 2023 Mar 1 [cited 2024 Feb 28];64(3):163. Available from: /pmc/articles/PMC10071857/

Kompaniyets L, Goodman AB, Belay B, Freedman DS, Sucosky MS, Lange SJ, et al. Body Mass Index and Risk for COVID-19-Related Hospitalization, Intensive Care Unit Admission, Invasive Mechanical Ventilation, and Death - United States, March-December 2020. MMWR Morb Mortal Wkly Rep [Internet]. 2021 [cited 2024 Feb 28];70(10):355–61. Available from: https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/33705371/

Cornier MA. A review of current guidelines for the treatment of obesity. Am J Manag Care [Internet]. 2022 Dec 1 [cited 2024 Feb 28];28(15 Suppl):S288–96. Available from: https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/36525676/

Bray GA, Kim KK, Wilding JPH. Obesity: a chronic relapsing progressive disease process. A position statement of the World Obesity Federation. Obesity Reviews [Internet]. 2017 Jul 1 [cited 2024 Feb 28];18(7):715–23. Available from: https://onlinelibrary.wiley.com/doi/full/10.1111/obr.12551

Sumber Gambar:

https://www.freepik.com/free-photo/happy-asian-fat-woman-enjoy-eating-delicious-sweet-donut-fast-food-living-room_28006683.htm#fromView=search&page=1&position=8&uuid=33757f34-bc4d-42aa-9549-7c049c315a21