Kamis, 24 Oktober 2024 09:41 WIB

Kelainan Gigi Langka: Gigi dalam Gigi dan Cara Menanganinya

Responsive image
14
drg. Emmy Hastuti, M.Kes - RSUP Fatmawati Jakarta

Anomali perkembangan gigi dikenal sebagai dens in dente, atau juga disebut dens invaginatus, merupakan kondisi di mana terjadi lipatan abnormal dari epitel email bagian dalam ke dalam papilla gigi. Hal ini menyebabkan kemungkinan terjadinya hubungan langsung antara pulpa dan lingkungan mulut, yang dapat meningkatkan risiko terjadinya karies, pulpitis, dan nekrosis pulpa. Oleh karena itu, penting untuk mendeteksi dan menangani kondisi ini sedini mungkin untuk mencegah komplikasi yang lebih serius.

Artikel ini mengungkapkan kasus langka double dens invaginatus yang terjadi pada gigi seri sentral rahang atas. Istilah lain yang sering digunakan untuk menggambarkan kondisi ini termasuk odontome komposit melebar, anomali gestant, dan teleskop dens, yang semuanya merujuk pada variasi dalam presentasi klinis dari dens invaginatus. Anomali ini ditemukan pada sekitar 0,25% hingga 5% populasi, dan lebih sering terjadi pada gigi seri lateral rahang atas dengan prevalensi 17% hingga 38,5%. Selain itu, dens invaginatus lebih umum ditemukan pada rahang atas dibandingkan rahang bawah, dan lebih sering dialami oleh orang-orang dari ras Kaukasia dan Asia. Walaupun sering kali tidak menunjukkan gejala, dens in dente juga telah dikaitkan dengan berbagai sindrom seperti Sindrom Ekman-Westborg-Julin, Sindrom Williams, dan Sindrom Nance Huran.

Hingga saat ini, etiologi atau penyebab pasti dari dens in dente masih belum sepenuhnya dipahami. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa faktor genetik dan tingkat pertumbuhan yang bervariasi bisa menjadi penyebab utama. Selain itu, faktor mekanis seperti tekanan pertumbuhan yang menyebabkan pembengkokan kuman gigi, trauma, infeksi, serta teori kembar yang mengusulkan peleburan dua kuman gigi juga dianggap berperan dalam perkembangan anomali ini.

Berdasarkan lokasi dan tingkat keparahannya, dens invaginatus dapat dibagi menjadi dua jenis utama: koronal dan radikuler. Kedalaman invaginasi dapat bervariasi, mulai dari sebuah lubang kecil pada permukaan lingual hingga kondisi di mana terdapat gigi dalam gigi lainnya. Klasifikasi ini memengaruhi prognosis dan pilihan pengobatan. Dalam artikel ini, dilaporkan bahwa kasus double dens invaginatus yang ditemukan pada gigi seri sentral rahang atas memerlukan penanganan yang hati-hati.

Dalam proses penatalaksanaannya, gigi dirawat dengan menggores permukaannya menggunakan asam fosfat 35% selama 20 detik, kemudian dibilas dan dikeringkan. Agen pengikat dentin diterapkan, diikuti dengan proses light curing selama 20 detik. Resin komposit flowable digunakan untuk merestorasi gigi, diikuti dengan lapisan penutup komposit mikro-hibrida untuk memberikan hasil akhir yang optimal.

Ada berbagai klasifikasi yang telah diajukan untuk menggambarkan dens invaginatus, namun yang paling umum diterima adalah klasifikasi yang diusulkan oleh Oehler, yang didasarkan pada kedalaman invaginasi dalam mahkota gigi. Klasifikasi ini terdiri dari tiga tipe utama:

  • Tipe I: Invaginasi kecil berlapis enamel yang terjadi dalam mahkota gigi dan tidak melampaui batas semento-enamel.
  • Tipe II: Invaginasi yang meluas hingga akar gigi sebagai kantung buta yang mungkin atau mungkin tidak berhubungan dengan pulpa.
  • Tipe III: Invaginasi yang lebih parah yang meluas hingga akar dan membuka ke dalam periodonsium, dibagi lagi menjadi dua subtipe: tipe (a) yang berhubungan secara lateral dengan ligamen periodontal tanpa keterlibatan pulpa, dan tipe (b) yang berhubungan dengan ligamen periodontal pada foramen apikal yang biasanya dilapisi oleh enamel atau jarang oleh sementum.

Kondisi double dens invaginatus adalah fenomena yang sangat jarang, dengan hanya beberapa laporan kasus yang tercatat di literatur. Meski jarang terjadi, kondisi ini dapat menyebabkan masalah klinis yang signifikan, terutama dalam hal keterlibatan pulpa. Email di area invaginasi seringkali mengalami hipomineralisasi, yang dapat memudahkan perkembangan mikroba dan menyebabkan karies subpermukaan tanpa terlihatnya kerusakan eksternal pada gigi.

Dalam penatalaksanaan kasus dens invaginatus yang sudah melibatkan pulpa, diperlukan teknik endodontik yang khusus karena kompleksitas anatomi yang ada. Oleh karena itu, pemeriksaan radiologis dan klinis yang cermat sangat diperlukan untuk mendeteksi dan mengelola kondisi ini dengan tepat. Dengan kemajuan dalam teknologi kedokteran gigi, penggunaan mikroskop operasi bedah sangat membantu dalam memvisualisasikan anatomi invaginasi, memungkinkan prosedur yang lebih konservatif dan mengurangi risiko paparan pulpa.

Sebagai kesimpulan, dens in dente adalah anomali perkembangan yang memerlukan deteksi dini dan intervensi tepat waktu untuk mencegah komplikasi serius seperti karies gigi dan nekrosis pulpa. Keterlambatan dalam deteksi atau penanganan bisa memerlukan intervensi endodontik yang lebih kompleks, yang menekankan pentingnya pemeriksaan menyeluruh dalam setiap kasus yang dicurigai.

 

Referensi :

N Sisodia; MK Manjunath. Double Dens In Dente : Sebuah anomali langka. S.Afr. lekuk. J. vol.71 n.9 Johannesburg Oktober 2016.

https://scielo-org-za.translate.goog/scielo.php?script=sci_arttext&pid=S0011-85162016000900007&_x_tr_sl=en&_x_tr_tl=id&_x_tr_hl=id&_x_tr_pto=tc

Sumber gambar :

Freepik (Model of a tooth at the dentist.Doctor shows the patient a tooth.Reception in the dentist's office) https://www.freepik.com/free-photo/model-tooth-dentist-doctor-shows-patient-tooth-reception-dentist-s-office_10706473.htm#fromView=search&page=1&position=34&uuid=d5992776-d406-4c3f-9d23-de1670ede1f5