Rabu, 23 Oktober 2024 08:18 WIB

Pengomposan Dengan Aktivator Mol Dari Sampah Sayur Kol

Responsive image
131
Rini Triyaningsih, SKM, MPd - RS Ortopedi Prof.Dr.R.Soeharso Surakarta

Sampah merupakan material sisa yang sudah tidak dipakai, tidak disenangi atau sesuatu yang harus dibuang, yang umumnya berasal dari kegiatan yang dilakukan oleh manusia. Pada umumnya sampah sayuran hanya dibiarkan saja oleh masyarakat lalu menimbulkan aroma yang kurang sedap serta menjadi vektor penyakit sehingga sanitasi dan estetika lingkungan akan menurun. Oleh karena itu, perlunya menangani limbah tersebut dimana salah satu caranya melalui pengomposan yang merupakan salah satu cara efektif dalam menangani atau mengurangi jumlah timbunan sampah.<!--[if gte vml 1]> <![endif]-->

<!--[if gte vml 1]><![endif]-->Sayur ataupun limbah organik lainnya yang akan dijadikan sebagai bahan kompos dengan penambahan aktivator, telah banyak dilakukan. Dimana penambahan aktivator yang banyak digunakan biasanya berupa kotoran sapi dan larutan EM4. Selain itu terdapat pula penelitian yang menggunakan aktivator berupa larutan MOL yang berbahan dasar limbah sayur dengan hasil kompos yang sudah memenuhi standar kualitas kompos atau sesuai dengan SNI 19-7030-2004 tentang Spesifikasi Kompos dari Sampah Organik Domestik dimana kompos yang baik bertesktur halus, berwarna cokelat kehitam-hitaman dan berbau tanah.

MOL adalah bahan yang dimanfaatkan sebagai starter dalam pembuatan pupuk organik padat maupun pupuk cair. Bahan utama MOL terdiri dari beberapa komponen yaitu karbohidrat, glukosa, dan sumber mikroorganisme. Mikroorganisme lokal biasanya digunakan dalam bentuk larutan. Dalam pembuatan kompos pupuk organik bahan yang digunakan harus mengandung bahan organik yang mengandung unsur hara karena tujuan pembuatan kompos sendiri untuk mengurangi timbunan sampah organik yang masih banyak terdapat dengan memanfaatkan limbah tersebut menjadi pupuk kompos melalui pengomposan.

Pengomposan sendiri dapat dilakukan dengan beberapa cara/metode aerob atau anaerob. Metode aerob sendiri metode pengomposan yang dalam pelaksanaannya memerlukan oksigen, sedangkan metode anaerob pengomposan yang pelaksanaannya tidak memerlukan oksigen.Tetapi juga ada metode pengomposan semi anaerob, yaitu kombinasi antara metode aerob dan anaerob. Saat ini pengomposan dianggap sebagai teknologi berkelanjutan karena ramah lingkungan dan memiliki nilai ekonomi. Teknologi pengomposan saat ini menjadi sangat penting karena mampu menghasilkan pupuk organik. Penggunaan kompos sendiri juga untuk membantu memperbaiki struktur tanah maupun pemupukan tanaman sudah digunakan oleh masyarakat sejak dulu hingga sekarang. Dalam pembuatan kompos pupuk organik bahan yang digunakan harus mengandung bahan organik yang mengandung unsur hara.

 

Referensi:

Marjenah. “EFEKTIVITAS PENGGUNAAN AKTIVATOR MOL DARI SAMPAH SAYUR KOL DAN EM4 PADA PENGOMPOSAN KIRINYUH (Chromolaena odorata L) DENGAN METODE SEMI ANAEROB.” AGRIFOR, vol. 22, no. 1, Maret 2023, pp. 1-14. https://doi.org/10.31293/agrifor.v21i1.6186. Accessed 24 September 2024.

UKHFIYA DEWANTARI. “EFEKTIVITAS AKTIVATOR MIKROORGANISME LOKAL LIMBAH SAYUR, EM4, DAN KOTORAN SAPI DALAM PEMBUATAN KOMPOS DARI LIMBAH SAYUR DI PASAR FLAMBOYAN.” Reka Lingkungan, vol. 11, no. 2, Oktober 2023, pp. 117-129. DOI: http://dx.doi.org/10.26760/rekalingkungan.v11i2.117-129. Accessed 24 September 2024.

Sumber gambar:

https://www.bengkulutoday.com/sites/default/files/article/2021-04/sayur_0.jpg

https://encrypted-tbn0.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcScs4x1Q1mZVRrO9uXXBky8Hwo_8-h_2jJNSg&s

https://encrypted-tbn0.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcQUBUWtMqWZrE0UCgDOUM051f1IJ3q5omVyI396UmXlcHtVUgwddYoM4PnPrrkG4Hwagpk&usqp=CAU