Senin, 21 Oktober 2024 09:38 WIB

Peran Estrogen pada Remodeling Tulang

Responsive image
202
Promosi Kesehatan, Tim Kerja Hukum dan Humas - RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten

Tulang adalah jaringan yang terus-menerus memperbarui komponen ekstraseluler dengan cara menghancurkan bagian-bagian tulang yang sudah tua dan menggantinya dengan yang baru. Proses ini dikenal sebagai remodeling tulang, yang melibatkan sel-sel tulang tertentu. Sel-sel utama yang terlibat dalam pembentukan dan penguraian tulang adalah osteoblas, osteosit, dan osteoklas. Remodeling tulang dipengaruhi oleh hormon estrogen, yang mengurangi resorpsi tulang dan membantu mencegah kerapuhan tulang. Efek antiresorptif estrogen juga terjadi melalui pengaruhnya terhadap osteoblas, yang secara tidak langsung memengaruhi aktivitas osteoklas. Penelitian menunjukkan bahwa estrogen dapat memperlambat penurunan massa tulang dan mengurangi risiko fraktur pada wanita dengan osteoporosis. Terapi pengganti hormon untuk mengatasi defisiensi estrogen termasuk fitoestrogen, progesteron, serta suplementasi kalsium dan vitamin D. Tulang adalah jaringan yang dinamis dan memiliki sistem regenerasi sel yang rumit. Sel-sel yang sudah tua dihancurkan dan digantikan oleh sel-sel baru. Keseimbangan antara proses resorpsi dan pembentukan tulang ini menentukan kepadatannya dan berpengaruh pada risiko seseorang mengalami fraktur. Osteoporosis adalah salah satu jenis gangguan degeneratif yang ditandai dengan penurunan massa tulang akibat ketidakseimbangan antara proses resorpsi dan pembentukan tulang. Dua faktor utama yang berperan dalam kondisi ini adalah penuaan dan penurunan fungsi gonad. Bukti yang kuat menunjukkan bahwa penurunan fungsi gonad, terutama sekresi estrogen pada wanita menopause, menyebabkan peningkatan laju resorpsi tulang. Agen utama yang berperan dalam menjaga keseimbangan remodeling tulang adalah hormon estrogen. Estrogen telah dikenal sebagai agen yang mencegah resorpsi, terutama dengan cara menghambat aktivitas osteoklas. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa efek antiresorptif ini juga dapat diperoleh melalui pengaruhnya terhadap osteoblas, yang secara tidak langsung berdampak pada aktivitas osteoklast.

Peran Osteoblas dan Osteoklas dalam Remodeling Tulang

1.      Proses remodeling melibatkan dua tahap aktivitas seluler yang berlangsung secara siklik, yaitu penyerapan tulang lama oleh osteoklas dan pembentukan tulang baru oleh osteoblas.

2.      Osteoklas akan melakukan resorpsi dengan melalui proses pengasaman dan pencernaan protein. Setelah osteoklas meninggalkan area resorpsi, osteoblas akan memasuki lokasi tersebut dan memulai proses pembentukan dengan cara menyekresikan osteoid (matriks kolagen dan protein lainnya), yang kemudian akan mengalami mineralisasi.

3.      Umumnya, proses resorpsi dan pembentukan tulang terjadi dengan kecepatan yang seimbang, sehingga massa tulang tetap stabil.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Remodeling Tulang

1.      Aktivitas resorpsi dan pembentukan tulang diatur oleh berbagai faktor sistemik yang kompleks. Keseimbangan antara aktivitas osteoklas dan osteoblas dipertahankan oleh pasokan hormon steroid yang stabil di sel-sel tulang. Gangguan dalam regulasi ini terlihat dengan jelas pada proses penuaan dan pada kondisi kekurangan hormon estrogen.

2.      Selain itu, usia dan kondisi menopause juga merupakan faktor risiko yang dikenal dapat memengaruhi massa dan kepadatan tulang, termasuk kepadatan tulang awal yang dibawa sejak lahir serta ketersediaan kalsium.

3.      Faktor lain yang berkontribusi pada regulasi remodeling tulang adalah vitamin D, di mana suplementasi vitamin D terbukti dapat meningkatkan kepadatan tulang, termasuk pada wanita menopause.

4.      Hormon paratiroid dapat meningkatkan resorpsi tulang dengan melepaskan kalsium dari matriks tulang ke dalam aliran darah, sehingga menjaga kadar kalsium dalam darah tetap normal.

5.      Regulator lainnya meliputi hormon paratiroid serta berbagai sitokin dan enzim yang berfungsi sebagai koregulator dan koreseptor dalam diferensiasi dan aktivitas sel-sel tulang.

 

Referensi :

Cahyaningrum, F., & Setyanti, P. 2017. Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu tentang Vitamin A dengan Kepatuhan Ibu Memberikan Kapsul Vitamin A pada Balita Usia 12-59 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Rowosari Kota Semarang.

Fithriyana, R. 2018. Hubungan Pengetahuan Ibu tentang Vitamin A dengan Pemberian Vitamin A pada Balita di Desa Kuantan Sako Tahun 2016.

Riska, Haniarti & Muluki, M. 2020. Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu terhadap Pemberian vitamin A dalam Pencegahan Penyakit Xerropthalmia di Kelurahan Palanro. Jurnal Ilmiah Manusia dan Kesehatan.