Serat diet (DF) adalah kompleks polisakarida non-tepung yang berasal dari bagian tanaman, atau dapat disebut sebagai karbohidrat analog yang tahan terhadap enzim pencernaan manusia. Serat ini dapat terfermentasi sepenuhnya atau sebagian di dalam usus. Serat pangan adalah komponen dari tanaman atau karbohidrat sejenis yang dapat dikonsumsi, yang tidak dapat dicerna atau diserap di usus kecil manusia, tetapi dapat mengalami fermentasi secara keseluruhan atau sebagian di usus besar. Mencakup polisakarida, oligosakarida, lignin, dan zat-zat lain dari tanaman yang berhubungan. Definisi lain menggambarkan serat pangan (DF) sebagai komponen fungsional yang memberikan efek fisiologis yang bermanfaat, seperti meningkatkan pencernaan, menurunkan kadar kolesterol, dan mengatur kadar glukosa dalam darah. Serat makanan dapat dibagi menjadi 2 (dua) kategori utama berdasarkan kelarutannya : komponen yang larut, seperti pektin dan gum, serta komponen yang tidak larut, yang meliputi selulosa, lignin, dan hemiselulosa. Serat makanan memiliki peran yang krusial dalam kesehatan manusia. Beberapa penelitian menunjukkan adanya hubungan antara konsumsi serat dan kejadian penyakit seperti sembelit, obesitas, penyakit kardiovaskular, kanker usus besar, serta diabetes mellitus. Dietary fiber adalah komponen dari tanaman atau karbohidrat sejenis yang dapat dikonsumsi dan tidak dapat dicerna. Efek fisiologis dari serat ini kemungkinan berkaitan dengan sifat fisikokimianya, seperti kemampuan untuk menyerap air dan perilaku reologis, retensi lemak / minyak, luas permukaan dan porositas, ukuran partikel, volume bulk, serta kapasitas pertukaran ion.
Klasifikasi Dietary Fiber
1. Komponen serat makanan dapat dibedakan berdasarkan fungsi, jenis polisakarida, kelarutan dalam larutan gastrointestinal, lokasi pencernaan, dan jenis produk yang dihasilkan. Tidak ada yang sepenuhnya memuaskan, karena batasan tersebut tidak bisa ditetapkan secara mutlak. Klasifikasi serat makanan yang paling umum diterima adalah berdasarkan kelarutannya dalam buffer pada pH tertentu, dan/atau fermentabilitasnya dalam sistem in vitro menggunakan larutan enzim encer yang menyerupai enzim pencernaan manusia.
2. Serat makanan dapat dibagi menjadi dua kategori utama : serat yang tidak larut dalam air atau kurang terfermentasi, seperti selulosa, hemiselulosa, dan lignin; serta serat yang larut dalam air atau lebih mudah terfermentasi, seperti pektin, gusi, dan lendir. Masing-masing jenis serat memiliki struktur yang berbeda, sehingga dapat memberikan efek fisiologis yang beragam. Serat larut telah dihubungkan dengan pengurangan kadar kolesterol dalam darah dan penurunan penyerapan glukosa di usus, sedangkan serat tidak larut berperan dalam penyerapan air dan membantu regulasi fungsi usus.
Efek Kesehatan dari DF
Manfaat kesehatan dari serat pangan (DF) telah tercatat dengan baik dalam penelitian selama dua dekade terakhir. Kekurangan serat ini dapat mengakibatkan berbagai masalah kesehatan, seperti sembelit, hernia, radang usus buntu, diabetes, obesitas, penyakit jantung koroner, dan batu empedu. Serat dapat membantu mengurangi berat badan atau mencegah penambahan berat badan, terutama dengan cara memberikan rasa kenyang. Hingga saat ini, tidak ada keraguan bahwa klaim kesehatan DF yang signifikan dapat didukung oleh banyak data klinis. Namun, rincian mekanisme yang dapat menjelaskan efek positif tersebut masih sedang diteliti. Definisi dari DF adalah karbohidrat yang tidak dapat dicerna di bagian atas saluran pencernaan. Penelitian sebelumnya lebih terfokus pada fermentabilitasnya di usus besar dan interaksinya sebagai prebiotik dengan mikrobiota kolon. Namun, penelitian terbaru telah menghubungkan manfaat kesehatan DF dengan berbagai fungsinya di saluran pencernaan bagian atas. Peningkatan viskositas yang dihasilkan oleh biopolimer dengan berat molekul tinggi dalam serat larut dapat mempengaruhi proses pengosongan lambung, yang kemudian menimbulkan sensasi kenyang. Hal ini juga berhubungan dengan pelepasan nutrisi dan penginderaan di duodenum. Di sisi lain, interaksi antara serat tak larut dan mikrobiota kolon telah diteliti menggunakan teknologi sekuensing DNA terbaru.
Referensi :
Brownlee, I. A. 2011. The Physiological Roles of Dietary Fibre. Food Hydrocolloids.
Chawla, R., & Patil, G. R. 2010. Soluble Dietary Fiber. Comprehensive Reviews in Food Science and Food Safety.
Jones, J. M. 2013. Dietary Fiber Future Directions?: Integrating New De Fi Nitions and Findings to Inform Nutrition.
Li, Y. O., & Komarek, A. R. 2017. Dietary Fibre Basics : Health, Nutrition, Analysis, and Applications. Food Quality and Safety.