Perkembangan pesat teknologi saat ini mendorong perubahan dalam gaya hidup masyarakat, termasuk dalam penggunaan kacamata. Kacamata yang dulunya hanya berfungsi sebagai alat bantu penglihatan bagi mereka yang memiliki gangguan mata, kini juga dianggap sebagai bagian dari gaya hidup. Untuk memenuhi permintaan kacamata sebagai bagian dari gaya hidup, produsen kacamata didorong untuk berinovasi menciptakan desain yang lebih fashionable dengan harga yang terjangkau. Namun, seringkali upaya untuk merancang kacamata yang trendy dan ekonomis mengabaikan kualitasnya sebagai alat bantu penglihatan. Akibatnya, masyarakat sering memperoleh kacamata yang cocok untuk penampilan, tetapi tidak sesuai dengan kebutuhan kesehatan mata mereka. Salah satu keluhan umum dari pengguna kacamata adalah efek prisma. Hal ini sering terjadi karena produsen atau penjual kacamata tidak tepat dalam menentukan Distance Vitror (DV), yang seharusnya disesuaikan dengan pengukuran akurat Pupil Distance (PD) pengguna. Akibatnya, pengguna sering mengalami pergeseran fokus yang tidak teratur, yang dikenal sebagai efek prisma. Ketika seseorang melihat satu objek tetapi tampak seperti dua, itu bisa jadi tanda diplopia, atau penglihatan ganda. Diplopia adalah kondisi di mana seseorang melihat dua gambar dari objek yang sama, padahal seharusnya hanya satu. Dalam kondisi ini, objek dapat terlihat saling berdampingan, tumpang tindih, atau bahkan kedua-duanya.
Pentingnya Pengukuran Pupil Distance (PD) Secara Tepat untuk Menjaga Akurasi Distance Vitror (DV)
Refraksi optisien harus memiliki keterampilan dalam semua aspek yang berkaitan dengan refraksi dan pelayanan kesehatan mata, terutama dalam teknik pemilihan bingkai, pengukuran jarak pupil (PD), penandaan jarak vertikal (DV) pada lensa saat pembuatan layout, pemotongan lensa, pemasangan lensa ke bingkai kacamata, dan penyesuaian bingkai agar kacamata dapat berfungsi dengan baik untuk pengguna. Selain itu, mereka juga harus mampu memberikan informasi yang jelas kepada masyarakat tentang pentingnya mengikuti prosedur yang benar dalam produksi dan distribusi kacamata. PD adalah jarak antara titik fokus pada mata, yaitu jarak antara pupil mata kanan dan pupil mata kiri. Setiap orang memiliki PD yang berbeda-beda tergantung pada struktur wajahnya, sehingga titik fokus pada lensa kacamata (DV) harus disesuaikan dengan PD sesuai anatomi mata penggunanya.
Terkait dengan kesalahan pemasangan DV yang disebabkan oleh pengukuran PD yang tidak akurat, prosedur berikut harus dilaksanakan :
1. Lensa yang akan digunakan perlu dilenso terlebih dahulu untuk menentukan daya lensa dan titik fokusnya, yang dikenal sebagai Optical Center (OC).
2. Lensa yang telah ditentukan kekuatannya sesuai kebutuhan akan memiliki titik fokus yang disebut Optical Center (OC). Titik ini akan digunakan sebagai referensi untuk mengukur fitting kacamata Distance Vitror (DV) dan jarak pupil (PD) pengguna. Ini berfungsi sebagai acuan dalam proses pemotongan lensa (paset) selanjutnya.
3. Lensa yang telah ditentukan kekuatannya sesuai kebutuhan akan memiliki titik fokus yang disebut Optical Center (OC). Titik ini akan digunakan sebagai referensi untuk mengukur fitting kacamata Distance Vitror (DV) dan jarak pupil (PD) pengguna. Ini berfungsi sebagai acuan dalam proses pemotongan lensa (paset) selanjutnya.
4. Jika terjadi pergeseran pada Optical Center (OC) bersamaan dengan jarak antara vitur (DV) dan jarak pupil (PD) pengguna, hal ini dapat menyebabkan pengguna mengalami terapi yang salah. Alih-alih merasakan kenyamanan, mereka justru akan mengalami ketidaknyamanan.
5. Efek yang muncul akibat pergeseran Optical Center (OC) yang tidak sejalan antara Distance Vitror (DV) dan Pupil Distance (PD) pengguna, terutama jika digunakan dalam jangka waktu lama, dapat menyebabkan masalah baru bagi pemakai kacamata. Mereka mungkin melakukan terapi sendiri pada mata mereka berdasarkan optical center yang tidak tepat.
6. Dengan kebiasaan yang dilakukan dalam waktu yang lama, efek dari penggunaan kacamata yang tidak sesuai dapat menyebabkan pergeseran secara perlahan, sehingga pertumbuhan otot mata menjadi juling (strabismus).
7. Optic Center (OC) yang mengalami pergeseran dari Pupil Distance (PD) sebanyak satu milimeter dapat menyebabkan efek prisma.
Referensi :
Batool, Z., Mahmood, W., & Khan, U. W. 2017. Influence of Age and Gender on Interpupilary Distance and Comparison of PD Ruler and Auto Refractometer Values of Interpupillary Distance.
Butler, M. A., Jowell, M. E., & ClarkeFarr, P. C. 2016. Analysis of Readymade Readers and Nearinter-Pupillary Distance for Presbyopic Patients in Optometric Practice in Cape Town, South Africa. African Vision and Eye Health.
Fesharaki, H., Rezaei, L., Farrahi, F., Banihashem, T., & Jahanbakhshi, A. 2012. Normal Interpupillary Distance Values in an Iranian Population.
Saputra, D. 2018. Hubungan Derajat Miopia dengan Penglihatan Stereoskopis pada Anak Sekolah Menengah Pertama.