Autis merupakan suatu gangguan perkembangan pervasive pada masa kanak-kanak yang dapat dilihat dari adanya gangguan pada kemampuan interaksi sosial dan komunikasi. Autisme termasuk dalam kelainan spectrum autis atau ASD (Autistic Spectrum Disorder). Kelainan ini sering didiagnosis pada anak umur 18 sampai 30 bulan, hal tersebut biasanya dibuktikan dengan adanya keterlambatan bicara yang disertai oleh gangguan perilaku dan interaksi sosial.
Interaksi sosial adalah suatu proses dimana seseorang memperoleh kemampuan sosial untuk dapat menyesuaikan diri dengan tuntutan sosial, hal tersebut berkaitan dengan perkembangan sosial pada anak. Anak autis tidak menunjukkan ketertarikan pada interaksi sosial, ciri-ciri yang biasa ditemukan adalah:
1. Kontak mata yang kurang,
2. Ekspresi wajah yang tidak ada,
3. Perilaku dan emosi yang tidak terkontrol dan mudah berubah, seperti tiba-tiba marah atau menangis.
Autis sejauh ini belum bisa sembuh, akan tetapi masih bisa diatasi dengan pemberian terapi. Oleh karena itu, terapi pada anak autis sangat diperlukan dalam rangka membangun kondisi yang lebih baik. Tujuan dari terapi pada anak autis mempunyai tujuan:
1. Mengurangi masalah perilaku,
2. Meningkatkan kemampuan dan perkembangan belajar anak dalam penguasaan bahasa,
3. Membantu anak autis agar mampu bersosialisasi dan beradaptasi dengan lingkungan.
Permainan memiliki peran penting dalam mengembangkan dan memperhalus berbagai kemampuan gerak dasar, jika dalam permainan dilakukan secara tepat dimainkan ke dalam program pengembangan gerak. Beberapa permainan dan alat permainan sederhana dibuktikan dapat mengembangkan aspek motorik anak. Dengan bermain, otot-otot anak akan bekerja maksimal, metabolisme tubuh meningkat, serta pengembangan otot akan lebih bagus. Dalam bermain, anak autis dapat mencakup perkembangan lainnya. Salah satunya adalah bermain assosiatif. Permainan ini termasuk mainan edukasi yang membantu gerak motoric anak agar berkembang dengan baik serta mampu merangsang daya imajinasi dan kreatifitas anak.
Bermain asosiatif merupakan suatu aktifitas bermain yang sama tapi masih belum terorganisir, tidak ada pembagian tugas, mereka bermain sesuai dengan keinginan sehingga anak autis mampu mengikuti terapi dengan gembira tanpa ada aturan yang mengikat. Terapi bermain asosiatif merupakan suatu permainan dimana dilakukan dengan adanya interaksi anak saat bermain. Terapi bermain merupakan terapi yang sering dilakukan pada anak autis, karena terapi ini merupakan cara paling alamiah bagi anak untuk mengungkapkan konflik yang tidak disadari. Tujuan terapi bermain antara lain:
1. Mengatasi masalah interaksi sosial,
2. Mampu menjadi cara untuk mengembangkan sosialisasi pada anak,
3. Belajar untuk mengatasi persoalan yang timbul,
4. Mengenal nilai moral dan etika,
5. Belajar mengenal apa yang salah dan yang benar,
6. Bertanggung jawab terhadap sesuatu yang dibuatnya.
Upaya melakukan terapi bermain secara berkelanjutan dipertimbangkan sebagai terapi tambahan untuk meningkatkan interaksi pada anak autis. Menurut beberapa penelitian, semakin lama terapi diterapkan pada anak maka interaksi sosial akan semakin baik. Jika terapi dilakukan secara terus menerus dan dengan teknik yang bervariasi maka akan meningkatkan interaksi anak terhadap lingkungan dan secara tidak langsung melatih kemampuan motorik dan kreatifitas anak sehingga membuat anak lebih mandiri.
Referensi:
Iskandar, S., & Indaryani, I. (2020). Peningkatan Kemampuan Interaksi Sosial pada Anak Autis Melalui Terapi Bermain Assosiatif. JHeS (Journal of Health Studies), 4(2), 12-18.
Suryati, S., & Rahmawati, R. (2017). Pengaruh terapi bermain terhadap interaksi sosial anak autis di SDLB Prof. Dr. Sri Soedewi Masjchun Sofwan, SH Jambi tahun 2014. Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi, 16(1), 142-147.
Wahyuni, F., & Azizah, S. M. (2020). Bermain dan Belajar pada Anak Usia Dini. Al-Adabiya: Jurnal Kebudayaan dan Keagamaan, 15(01), 159-176.
Sumber Foto: