Gangguan jiwa merupakan suatu ketidakberesan kesehatan dengan manifestasi psikologis atau perilaku dengan penderita yang nyata dan kinerja yang buruk dan disebabkan oleh gangguan biologis, sosial, psikologis, genetic, fisis, atau kimiawi. Orang dengan gangguan jiwa akan menunjukkan gangguan pada poses kognitif dan menerima stimulus. Termasuk gangguan memori jangka panjang untuk merespon rasa bahagia, belajar, proses berpikirm dan membuat keputusan. Keadaan ini dapat menyebabkan penderita menjadi tidak nyaman dan berpotensi menyebabkan kekambuhan. Metode pengobatan yang digunakan dalam perawatan pasien dengan gangguan jiwa meliputi, farmakologi dan non farmakologi. Namun, kombinasi antara keduanya lebih efektif untuk merawat pasien gangguan jiwa kronik.
Terapi ditujukan untuk meningkatkan kemampuan adaptasi pasien dimasyarakat dan mencegah kekambuhan, salah satunya adalah dengan Holticultural Therapy. Kata holtikultural (holticultural) berasal dari bahasa latin, yakni hortus yang berarti kebun dan colore yang berarti menumbuhkan (terutama sekali mikroorganisme) pada suatu mediun buatan. Secara harfiah holticultural berarti ilmu yang mempelajari pembudidayaan tanaman. Holticultural therapy adalah proses dimana tanaman, kegiatan berkebun, dan kedekatan dengan alam lingkungan digunakan sebagai sarana terapi dan rehabilitasi
Holticultural therapy dibuktikan efektif dalam mengurangi stress. Pengurangan stress, efek restoratif dihasilkan dari berbagai jenis lingkungan alam. Holticultural therapy berpengaruh pada penurunan aktivitas saraf simpatis dan peningkatan aktifitas saraf parasimpatis yang berpengaruh pada penurunan neurotransmitter norepineprin dan epineprin. Sistem noreprineprin dan epineprin menimbulkan dorongan bagi system limbik untuk meningkatkan perasaan seseorang terhadap rasa nyaman, menciptakan bahagia, rasa puas, dan napsu makan yang baik. Oleh karena itu, holticultural therapy akan membuat keluarnya neurotransmitter terutama norepineprin dan epineprin sehingga membuat individu merasa rileks, senang, dan sejahtera. Orang dengan gangguan jiwa bisa mendapatkan banyak keuntungan dari keikutsertaan dalam kegiatan holticultural therapy, antara lain:
1. Pengurangan tingkat stress dan kelelahan mental
2. Stabilisasi mood
3. Pengentasan gejala kejiwaan
4. Peningkatan keterbukaan untuk refleksi
5. Memperoleh ketenangan dan kenikmatan
Kegiatan yang dapat dilakukan dalam holticultural therapy, antara lain:
1. Melihat foto atau video pertumbuhan tanaman, kemudian berdiskusi mengenai bercocok tanam dan pengalaman sebelumnya tentang bercocok tanam
2. Memulai bercocok tanam, menyiapkan lahan dan mengolah tanah
3. Mulai menanam, yaitu menyiapkan benih, menghitung jumlahnya, membuat garit atau lubang untuk menanam, dan menyesuaikan jaraknya
4. Menyirami tanaman dan memonitor pertumbuhan tanaman, serta berdiskusi menyenai pertumbuhan tanaman
5. Melakukan penyiangan, pemupukan, menyiram tanaman dan memonitor pertumbuhan tanaman
6. Menyiram tanaman dan memonitor petumbuhan
7. Memanen tanaman apabila sudah dapat dipanen
8. Petik buah dan berdiskusi tentang pengolahan hasil panen
Holticultural therapy bisa melibatkan orang dalam berbagai jenis kegiatan, seperti berkebun, mencangkul, menabur benih, dan menyiram tanaman. Orang-orang dari berbagai tingkatan usia anak-anak, orang dewasa (pasien ganggan psikologis), dan berkebun dirumah (berkebun sayur). Kegiatan ini dapat dilakukan secara mandiri maupun berkelompok, dan dibuktikan dapat membuat lebih efektif, kreatif, pemikir yang tajam.
Referensi:
Pertiwi, M. (2021). Penerapan Horticultural Therapy Untuk Meningkatkan Subjective Well-Being Lansia Di Panti Werdha X. Syntax Literate; Jurnal Ilmiah Indonesia, 6(1), 334-361.
PUTRI, M. N., ASTAWA, N. G., & UTAMI, N. (2013). Perancangan Taman Terapi Hortikultura Bagi Penderita Gangguan Jiwa Pada Rumah Sakit Jiwa Provinsi Bali. Jurnal Agroekoteknologi Tropika (Journal of Tropical Agroecotechnology).
Subagyo, W., Wahyuningsih, D., & Mukhadiono, M. (2020). Peningkatan Kemampuan Ketrampilan Sosial Pasien Gangguan Jiwa di Masyarakat dengan Terapi Hortikultura. Jurnal Keperawatan Silampari, 4(1), 77-82.
Sumber foto: