Kamis, 10 Oktober 2024 14:11 WIB

Tranfusi Darah pada Pasien Anemia dengan Kemoterapi

Responsive image
19
Rohayati Handayani, S.Kep.,Ns. - RSUP dr. Sardjito Yogyakarta

Kemoterapi merupakan pengobatan yang bertujuan untuk membunuh atau menghambat proliferasi sel kanker. Obat-obatan kemoterapi yang bersifat sitotoksik tidak hanya menyerang sel target namun juga menyerang sel yang normal. Peristiwa ini menghambat sintesis dari material genetik dan menyebabkan kerusakan luas pada DNA baik sel yang ganas maupun normal. Sehingga hal tersebut akan menyebabkan masalah lain salah satunya dari sistem hematologi, yaitu terganggunya hematopoiesis, terjadinya mielotoksisitas, neutropenia, trombositopenia dan anemia. Anemia merupakan efek samping yang paling sering terjadi pada pasien yang menjalani kemoterapi (Zaqyyah, dkk., 2023)

Anemia adalah kondisi dimana tubuh seseorang mengalami penurunan jumlah sel darah merah. Orang yang mengalami anemia secara klinis akan terlihat pucat, lemah, dan mudah lelah. Beberapa gejala lain dari anemia adalah nafas yang pendek dan toleransi aktivitas yang menurun. Meskipun kemoterapi memiliki banyak sekali efek samping, namun tidak semua pasien mengalami efek samping yang sama. Hal itu tergantung jenis obat yang digunakan pasien dan juga kondisi tubuh pasien dalam merespon obat yang digunakan. Efek samping ini akan hilang saat obat-obatan berhenti digunakan (Firmana, 2017). Selain itu obat-obatan yang digunakan memiliki efek samping mual muntah yang mana dapat mengganggu asupan nutrisi pasien selama menjalani kemoterapi. Asupan yang terganggu juga akan mempengaruhi status nutrisi pasien, akibatnya pasien bisa mengalami kekurangan zat besi dan anemia.

Klasifikasi anemia berdasarkan Hb yaitu derajat 1 Hb =10, derajat 2 Hb =8-10 g/dL, derajat 3 Hb =6,2-8 g/dL, derajat 4 Hb =4,9-6,2 d/dL (mengancam nyawa, indikasi tranfusi segera). Adapun indikasi melakukan transfusi PRC tidak hanya berdasarkan pada nilai Hb atau faktor pemicu anemia, namun harus didasarkan pada penilaian individual karakteristik pasien, derajat keparahan anemia, komorbid dan tingkat keparahannya, serta pengalaman klinis dokter. Ada tiga kategori yaitu:

1.      Asimtomatis tanpa komorbid signifikan (membutuhkan observasi dan reevaluasi periodik).

2.      Asimtomatis dengan komorbid dan risiko tinggi, perlu pertimbangan untuk transfusi.

3.      Simtomatik, pasien harus mendapat transfusi Packaged Red Cell (PRC). Satu unit PRC (300mL) memiliki hematokrit 50%-80?n mengandung 42,5 g – 80 g Hb (dengan 147-278 mg besi) atau 128 mL – 240 mL eritrosit murni.

Manfaat utama transfusi PRC adalah meningkatkan Hb dan hematokrit dengan cepat. Transfusi PRC adalah satu-satunya terapi untuk pasien kemoterapi yang membutuhkan koreksi anemia segera. Transfusi 1 unit PRC dapat meningkatkan Hb sekitar 1gr/dL atau hematokrit sebanyak 3% pada ukuran tubuh standar tanpa perdarahan. Tujuan transfusi secara umum adalah untuk mencegah defisit kapasitas hantaran oksigen ke jaringan. Transfusi jarang dibutuhkan bila kadar Hb lebih dari 10 g/dL (Febriani & Rahmawati, 2019). Selain itu dianjurkan untuk makan makanan memiliki kandungan zat besi yang tinggi yang membantu pembentukan hemoglobin dalam darah dan mineral yang tinggi untuk membentuk energi yang dapat mencegah letih dan lesu.  

 

Referensi:

Febriani, A. & Rahmawati, Y. (2019). Efek Samping Hematologi Akibat Kemoterapi Dan Tatalaksananya. Jurnal Respirasi, Volume 5 No.1, Pp. 22-28.

Firmana, D. (2017). Keperawatan Kemoterapi. Jakarta: Salemba Medika.

Zaqyyah, dkk. (2023). Hubungan Kejadian Anemia Pada Pasien Kemoterapi Dengan Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin. Universitas Muhammadiyah Banjarmasin. [MANUJU: MALAHAYATI NURSING JOURNAL, ISSN CETAK: 2655-2728 ISSN ONLINE: 2655-4712, VOLUME 5 NOMOR 2 FEBRUARI 2023] HAL 533-540.