Kamis, 10 Oktober 2024 14:10 WIB

Sinergi Profesi Kesehatan untuk Keselamatan Pasien Bedah Jantung

Responsive image
40
Ika Wijayanti, S.Ftr., Ftr - RSUP dr. Sardjito Yogyakarta

Patient-Centered Care (PCC) adalah pendekatan pelayanan kesehatan yang berfokus pada kebutuhan, keinginan, dan nilai-nilai pasien. Dalam PCC, pasien tidak hanya menjadi objek perawatan, tetapi juga sebagai mitra aktif dalam proses pengambilan keputusan yang berhubungan dengan kesehatannya. Keselamatan pasien (patient safety) menjadi prioritas utama dalam prosedur bedah jantung. Dengan menggunakan PCC, risiko kesalahan medis dan komplikasi pasca-operasi dapat diminimalisir. Pendekatan ini juga berperan penting dalam meningkatkan kepuasan pasien, hasil klinis, dan menurunkan tingkat morbiditas dan mortalitas.

Kolaborasi Terintegrasi dalam Proses Bedah Jantung

Kasus bedah jantung memerlukan keterlibatan berbagai profesi kesehatan secara kolaboratif untuk memastikan hasil yang optimal dan menjamin keselamatan pasien pada kasus bedah jantung di rumah sakit antara lain:

  1. Dokter Spesialis Bedah Jantung dan Kardiologi memimpin proses bedah dan penanganan kardiovaskular dengan fokus pada tindakan bedah dan pengelolaan pasca-operasi.
  2. Anestesiologis menjamin manajemen nyeri yang efektif dan meminimalisir risiko komplikasi anestesi selama dan setelah operasi.
  3. Dokter spesialis bedah vaskuler berfokus pada pembuluh darah yang terkait erat dengan kesehatan jantung (manajemen dan intervensi pembuluh darah)
  4. Dokter spesialis penyakit dalam (internis) berperan dalam memastikan kondisi keseluruhan pasien berada pada keadaan yang optimal sebelum, selama, dan setelah operasi jantung
  5. Perawat memantau kondisi pasien sebelum, selama, dan setelah operasi. Perawat juga memberikan edukasi pra-operasi dan pasca-operasi kepada pasien dan keluarganya.
  6. Fisioterapis membantu proses rehabilitasi fisik setelah operasi untuk memulihkan fungsi jantung dan fisik pasien secara optimal.
  7. Apoteker dibantu oleh tenaga teknis kefarmasian berperan dalam manajemen obat, memastikan pemberian obat-obatan yang tepat sebelum, selama, dan pasca-operasi untuk menghindari interaksi obat yang berbahaya.
  8. Perekam Medis  berperan membuat dan mengelola basis data rekam medis termasuk riwayat pemeriksaan kesehatan pasien kemudian memproses informasi basis data tersebut hingga merangkum statistik medis dan penyakit pasien.
  9. Psikolog Klinis menyediakan dukungan psikososial bagi pasien dan keluarga selama proses perawatan, membantu dalam pengambilan keputusan berdasarkan informasi yang lengkap.
  10. Ahli Gizi mengatur diet yang sesuai dengan kondisi pasien, baik sebelum maupun setelah operasi untuk mendukung pemulihan optimal.
  11. Teknisi kardiovaskuler memainkan peran dalam memantau dan menganalisis fungsi jantung pasien selama proses diagnosis, pra-operasi, dan pasca-operasi
  12. Tenaga laboratorium klinis berperan penting dalam memberikan informasi diagnostik (analisis darah, cairan tubuh, dan biomarker kardiak) yang membantu tim medis dalam menentukan keputusan klinis
  13. Radiografer bertanggung jawab atas pengambilan gambar diagnostik (Rontgen,CT-Scan, dan angiografi koroner) yang penting untuk memvisualisasikan anatomi jantung dan pembuluh darah.
  14. Elektromedik memiliki peran vital dalam memastikan bahwa semua perangkat medis yang digunakan selama operasi jantung berfungsi dengan baik.

 

Implementasi Kolaborasi Berbasis Patient-Centered Care

Kolaborasi interprofesional ini tidak hanya bersifat teknis, tetapi juga harus mempertimbangkan pendekatan holistik yang mencakup aspek fisik, emosional, dan psikologis pasien. Implementasi kolaborasi Patient-Centered Care dalam bentuk komunikasi efektif, pengambilan keputusan bersama, koordinasi perawatan, dan edukasi pasien/keluarga merupakan kunci dalam menjamin keselamatan pasien pada prosedur bedah jantung. Melalui komunikasi yang efektif, pengambilan keputusan bersama, serta koordinasi yang baik antar tenaga medis dan tenaga kesehatan, kualitas perawatan dapat ditingkatkan, risiko komplikasi berkurang, dan hasil klinis yang lebih baik dapat dicapai. Selain itu, pendekatan ini juga memastikan bahwa setiap pasien mendapatkan perawatan yang personal dan sesuai dengan kebutuhan serta preferensinya. Kolaborasi interprofesional berbasis PCC ini harus terus didukung oleh pelatihan berkelanjutan dan peningkatan fasilitas kesehatan, sehingga tujuan utama dari keselamatan pasien dapat terpenuhi secara maksimal.

 

Referensi:

Fathya, N. A., Efendy, C., & Prabandari, Y. S. (2021). Implementation of Interprofessional Collaboration Practices in Type B Teaching General Hospitals: A Mixed Methods Study. Jurnal Pendidikan Kedokteran Indonesia, 10(2), 162-176. doi:10.22146/jpki.60093.

Rosa, E. M. (2018). Patient Centered Care di Rumah Sakit: Konsep dan Implementasi. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Kalista Ita. (2021). Implementasi Interprofesional Kolaborasi Antar Tenaga Kesehatan di Rumah Sakit. Literatur Review. Pro Ners. Vol 6 No 1

Jurnal Universitas Prima Indonesia. (2023). Implikasi Kolaborasi Interprofesional terhadap Layanan Keperawatan.