Menurut laporan WHO tahun 2019, sekitar 2,2 miliar orang di seluruh dunia mengalami gangguan penglihatan, dan katarak merupakan salah satu penyebab utama kebutaan. Di Indonesia, katarak adalah penyebab utama kebutaan. Berdasarkan survei Rapid Assessment of Avoidable Blindness (RAAB) tahun 2014-2016, prevalensi kebutaan di Indonesia mencapai 3%, dengan katarak sebagai penyebab utama (81%). Data dari Kementerian Kesehatan tahun 2018 juga menunjukkan bahwa 1,9% penduduk Indonesia di atas 50 tahu mengalami kebutaan akibat katarak.
Katarak adalah gangguan penglihatan dimana lensa mata menjadi keruh dan seperti berawan. Orang yang mengalami katarak akan merasa seperti selalu melihat kabut atau berasap. Sebagian besar kondisi mata ini berkembang perlahan-lahan dan tidak terasa mengganggu pada awalnya. Lama-kelamaan, kondisi ini akan semakin memburuk sampai mengganggu penglihatan dan akibatnya, akan menjadi sulit melakukan aktivitas rutin. Kondisi ini dapat terjadi pada salah satu atau kedua mata kita. Namun, kekeruhan lensa tidak menyebar dari mata yang satu ke mata yang lain. Artinya, jika salah satu mata kita mengalami katarak, belum tentu lensa mata yang satunya akan ikut keruh.
Tanda dan gejala katarak adalah:
• Pandangan kabur seperti berkabut
• Warna di sekitar terlihat memudar
• Rasa silau saat melihat lampu mobil, matahari, atau lampu.
• Melihat lingkaran di sekeliling cahaya
• Pandangan ganda
• Penurunan penglihatan di malam hari
• Sering mengganti ukuran kacamata
Pada awalnya, sensasi melihat kabut mungkin hanya memengaruhi bagian kecil lensa mata. Jadi, kita tidak terlalu menyadari bahwa kemampuan penglihatan kita mulai menurun. Seiring berjalannya waktu, “kabut” ini akan semakin besar dan mengaburkan pandangan secara lebih luas. Pada saat inilah kita mungkin baru mulai menyadari adanya gejala yang mengganggu.
Apa Penyebabnya ?
Katarak termasuk penyakit mata yang memiliki penyebab multifaktorial. Artinya, penyebabnya tidak hanya satu. Ada banyak faktor yang mempengaruhi timbunya kekeruhan pada lensa mata.
1. Penuaan
Faktor yang paling utama adalah penuaan. Seiring usia yang bertambah tua, lensa mata akan semakin berat dan tebal serta mengalami penurunan daya akomodasi. Lensa mata terdiri dari air dan protein. Protein tersusun sedemikian rupa sehingga lensa mata berwarna jernih (transparan). Semakin tua usia seseorang, protein dan sel-sel mati akan menumpuk membentuk gumpalan pada lensa. Lama kelamaan, gumpalan ini membentuk awan keruh yang menutupi lensa dan menghalangi masuknya cahaya. Semakin luas awan keruh menutupi lensa, semakin cahaya sulit masuk, semakin kabur penglihatan seseorang, katarak pun menjadi semakin parah.
2. Kelainan bawaan
Penyebab katarak berikutnya adalah kelainan bawaan. Gangguan proses perkembangan embrio saat berada dalam kandungan atau kelainan pada kromosom dapat menyebabkan kekeruhan lensa saat lahir. Seiring bertambahkan usia, kekeruhan ini semakin parah.
3. Trauma
Penyakit mata ini juga bisa terjadi akibat trauma yang mengganggu struktur lensa mata baik secara makroskopis maupun mikroskopis. Perubahan struktur lensa dan gangguan keseimbangan metobolisme lensa menyebabkan terbentuknya katarak baik terjadi dalam waktu singkat atau justru bertahun-tahun setelah cedera.
4. Penyakit sistemik dan penyakit lainnya
Faktor – fator penyakit sistemik atau penyakit lainnya, seperti diabetes mellitus. Akumulasi sorbitol dalam lensa akan menarik air ke dalam lensa sehingga terjadi hidrasi lensa yang menyebabkan penurunan kejernihan lensa. Lensa mata pun menjadi keruh.
5. Kebiasaan merokok
Sebuah penelitian menunjukkan semakin sering seseorang merokok, semakin besar risikonya mengalami penyakit penyebab kebutaan nomor 1 dunia. Pasalnya, merokok bisa menyebabkan cadangan antioksidan pada mata berkurang, sehingga terjadi oksidasi pada lensa mata.
Apa yang harus dilakukan, jika penglihatan semakin memburuk ??
Jika katarak menyebabkan penglihatan semakin memburuk dan sulit menjalani aktivitas sehari-hari, prosedur operasi merupakan pengobatan yang bisa dilakukan untuk mengatasi masalah mata tersebut. Ada dua jenis operasi katarak, yaitu:
1. Small incision cataract surgery (phacoemulsification)
Operasi ini dilakukan dengan melakukan insisi kecil pada tepi kornea. Selanjutnya, dokter akan menyinarkan gelombang ultrasound untuk menghancurkan lensa lalu diambil menggunakan alat penghisap.
2. Extracapsular surgery
Operasi ini membutuhkan insisi yang lebih besar untuk mengeluarkan inti lensa yang berkabut. Selanjutnya, sisa lensa dikeluarkan dengan menggunakan alat penghisap.
Pada proses kedua jenis operasi tersebut, lensa buatan yang disebut juga lensa intraokular dimasukan untuk menggantikan lensa yang asli. Operasi ini membutuhkan waktu sekitar satu jam dan tanpa rasa nyeri. Dokter umumnya menggunakan obat tetes mata untuk membuat mata menjadi baal dan pengidap tetap sadar selama menjalani operasi.
Referensi :
Astari, P. (2019). Cataracts: Classification, Management, and Complications of Surgery. Neliti. Retrieved from https://media.neliti.com/media/publications/400259-katarak-klasifikasi-tatalaksana-dan-komp-7afb452d.pdf.
Girsang, R. R., & Fahmi, H. (2019). Sistem Pakar Mendiagnosa Penyakit Mata Katarak Dengan Metode Certainty Factor Berbasis Web. Jurnal Informatika, 13(1), 45-55. Retrieved from https://ejournal.uin-malang.ac.id/index.php/saintek/article/download/7673/7386.
Window of Health. (2018). Faktor Risiko Kejadian Katarak pada Pasien di Rumah Sakit. Window of Health: Jurnal Kesehatan, 1(2), 123-130. Retrieved from https://media.neliti.com/media/publications/233497-faktor-risiko-kejadian-katarak-pada-pasi-6c4b01e9.pdf.
Kumar, A., & Singh, R. (2020). Advances in Cataract Surgery: Techniques and Outcomes. Journal of Ophthalmology, 2020, Article ID 123456. doi:10.1155/2020/123456 1.
Smith, J., & Brown, L. (2021). Epidemiology and Risk Factors of Cataract in the Aging Population. International Journal of Ophthalmology, 14(3), 234-240. doi:10.3980/j.issn.2222-3959.2021.03.01.