Tulang adalah komponen gerak pasif pada manusia. Selain itu, tulang juga berfungsi sebagai penyangga tubuh, melindungi organ-organ vital, membentuk postur tubuh, serta menjadi tempat untuk metabolisme kalsium dan mineral, serta berperan dalam proses pembentukan darah. Untuk memiliki tulang yang sehat dan kuat, kepadatan tulang harus baik. Massa tulang yang normal akan menjaga kepadatan tersebut. Tulang adalah organ utama penyusun tubuh yang dapat tumbuh dan berkembang. Namun, tulang cenderung kehilangan massa secara bertahap setelah seseorang mencapai usia 30 tahun. Kehilangan massa tulang ini meningkatkan risiko terjadinya masalah kesehatan seperti osteopenia dan osteoporosis. Gangguan tersebut dapat muncul lebih awal sebelum memasuki usia lanjut, tergantung pada asupan nutrisi dan jenis kelamin, di mana perempuan memiliki risiko lebih tinggi mengalami penurunan massa tulang dibandingkan laki-laki. Osteoporosis dapat ditemukan di seluruh dunia dan hingga kini tetap menjadi masalah kesehatan masyarakat, khususnya di negara-negara berkembang. Latihan tahanan atau resistensi telah dianjurkan sebagai salah satu strategi pengobatan yang umum digunakan untuk mengatasi kehilangan massa tulang. Efek osteogenik yang dapat meningkatkan massa tulang dapat dipicu dengan memberikan beban mekanis yang melebihi yang biasa dialami dalam aktivitas sehari-hari. Beberapa program latihan, seperti latihan resistensi (Resistance Exercise / RE), terbukti sangat efektif dalam menjaga massa tulang.
Latihan Resisten pada Pasien Diabetes Melitus (DM) Tipe 2
Latihan resistensi yang dapat dilakukan oleh pasien dengan diabetes melitus tipe 2 mencakup angkat beban. Program latihan ini dimulai dengan pemanasan selama lima menit, dilanjutkan dengan 20 menit latihan aerobik, 30 menit latihan ketahanan, serta 20 menit untuk stabilitas, keseimbangan, dan fleksibilitas, diakhiri dengan lima menit gerakan relaksasi. Disarankan agar latihan resistensi ini dilakukan setidaknya dua kali seminggu. Penelitian menunjukkan bahwa latihan ini dapat meningkatkan kepadatan massa tulang pada penderita diabetes tipe 2.
Perbandingan Jenis Olahraga Step up dengan Senam Zumba
Menunjukkan bahwa antara olahraga step up dan senam zumba, step up memiliki dampak yang lebih signifikan terhadap kepadatan tulang. Ini terjadi karena step up memberikan beban mekanik pada tulang, yang mendorong proses remodeling. Sementara itu, senam zumba tidak memberikan beban mekanik yang cukup pada tulang, sehingga peningkatan kepadatan massa tulang yang dihasilkan tidak terlalu berarti. Aktivitas fisik yang dilakukan secara teratur dan konsisten terbukti dapat meningkatkan kepadatan massa tulang. Dengan rutin berolahraga, kesehatan tulang dapat terjaga dan risiko penurunan kepadatan tulang dini dapat diminimalisir. Jenis aktivitas fisik yang paling efektif untuk meningkatkan kepadatan massa tulang adalah latihan anaerobik, seperti melompat, berlari, dan mengangkat beban. Penelitian menunjukkan bahwa kelompok lansia dengan osteoporosis yang menjalani program latihan fisik secara resisten mengalami peningkatan kepadatan massa tulang. Selain itu, latihan resisten juga diperkirakan dapat membantu meningkatkan kepadatan massa tulang pada individu yang menderita diabetes mellitus tipe dua.
Referensi :
Kemmler W, von Stengel S, Kohl M. Exercise Frequency and Bone Mineral Density Development in Exercising Postmenopausal Osteopenic Women. Is There a Critical Dose of Exercise for Affecting Bone? Results of the Erlangen Fitness and Osteoporosis Prevention Study.
Triandini E, Jayanatha S, Indrawan A, Werla Putra G, Iswara B. Metode Systematic Literature Review untuk Identifikasi Platform dan Metode Pengembangan Sistem Informasi di Indonesia.
Rungkat TA, Lintong F, Moningka MEW. 2020. Pengaruh Olahraga Step-up Terhadap Massa Otot pada Wanita Dewasa Muda.
Wang H, Yu B, Chen W, Lu Y, Yu D. 2015. Simplified Tai Chi Resistance Training Versus Traditional Tai Chi in Slowing Bone Loss in Postmenopausal Women. Evid Based Complement Alternat Med.