Banyak orang tua yang khawatir saat anaknya didiagnosis dengan penyakit jantung bawaan (PJB). Salah satu pertanyaan yang sering muncul adalah: "Apakah anak saya benar-benar memiliki penyakit jantung bawaan meskipun dia tidak berwarna biru?" Ini adalah kekhawatiran umum, karena ada anggapan bahwa anak dengan PJB selalu menunjukkan tanda-tanda kebiruan pada kulit, bibir, atau kuku. Namun, tidak semua kasus PJB menunjukkan gejala ini.
Penyakit jantung bawaan adalah kelainan yang terjadi sejak lahir karena pembentukan jantung yang tidak sempurna selama perkembangan janin. PJB dapat dibagi menjadi dua jenis utama: PJB sianotik (dengan tanda biru) dan PJB asianotik (tanpa tanda biru). Pada PJB sianotik, anak memang menunjukkan tanda kebiruan akibat kurangnya oksigen dalam darah. Namun, pada PJB asianotik, anak mungkin tampak normal tanpa tanda kebiruan, meskipun tetap ada masalah pada jantungnya.
Lantas bagaimana caranya agar tidak terlambat dalam penegakan diagnosis PJB terutama PJB tidak biru? Jikalau ada anak yang mengalami batuk pilek berulang, berat badan sulit naik, pada bayi menetek terputus- putus, orangtua ada menderita PJB, Ibu menderita Diabetes Militus segera lakukan kunjungan ke faskes pelayanan untuk melakukan pemeriksaan lebih lanjut guna skrining pemeriksaan jantung. Jika tidak ada gejala salah satu di atas orangtua dapat membawa anaknya untuk dilakukan pemeriksaan skrining jantung, karena beberapa kasus PJB tidak menunjukkan gejala tetapi jika tidak mendapatkan penanganan segera akan mengakibatkan komplikasi.
Hal yang sangat mudah dilakukan oleh petugas kesehatan atau masyarakat yang mempunyai alatnya untuk mendeteksi lebih dini adanya kasus PJB atau tidak adalah dengan pemeriksaan saturasi oksigen. Jika pengukuran saturasi oksigen di bawah normal ( nilai normal diatas 95% ) bisa saja menunjukkan adanya kelainan jantung ataupun penyakit yang lain, dan tanda ini merupakan tanda awal yang perlu diwaspadai dan ditindak lanjuti.
Skrining awal PJB yang mudah selain dengan pengukuran saturasi bisa dengan pemeriksaan auskultasi jantung oleh tenaga kesehatan yaitu dengan mendengarkan suara jantung dengan stetoskop, karena kebanyakan pasien dengan PJB terdengar suara yang tidak normal yaitu adanya suara bising jantung. Jadi sangat penting bagi tenaga kesehatan Dokter, Perawat, dan Bidan harus bisa terlatih mendengarkan suara jantung yang tidak normal, sebagai langkah awal pendeteksian PJB. Jika telah ditemukan tanda- tanda yang tidak normal dari pemeriksaan tersebut dapat dilakukan pemeriksaan lanjut. Tenaga Kesehatan dari faskes pelayanan terdekat dapat merujuk ke fasyankes yang mempunyai layanan spesialis jantung anak untuk dapat dilakukan tindak lanjut yaitu pemeriksaan EKG ( rekam jantung), pemeriksaan rontgen dada dan pemeriksaan USG jantung atau ehocardiografi. Echocardiografi ini berfungsi untuk mengetahui ada tidaknya kelainan struktur dan fungsi jantung lebih jelas dibandingkan dengan pemeriksaan yang lainnya . Setelah tegak diagnosis, dokter akan menentukan tata laksana berikutnya, tergantung dari berat ringannya PJB.
Penanganan yang cepat dan tepat dapat memberikan prognosis yang lebih baik bagi anak dengan PJB. Sebaliknya, jika diagnosis dan penanganan terlambat, hal ini bisa mengakibatkan komplikasi serius yang mengancam nyawa.
Referensi:
Sudigdo Sastroasmoro, 2020. Buku Ajar Kardiologi Anak, Edisi ke-2. IDAI
Singampalli KL, Jui E, Shani K, et al. “Congenital Heart Disease: An Immunological Perspective.” Front Cardiovasc Med. 2021;8(August):1-11.
Tan CMJ, Lewandowski AJ. “The Transitional Heart: From Early Embryonic and Fetal Development to Neonatal Life.” Fetal Diagn Ther. 2020;47(5):373-386.