Pasien Gagal Ginjal Kronik (GGK) memiliki keharusan untuk melakukan terapi sebagai upaya mengganti fungsi ginjal yang sudah rusak. Adapun beberapa terapi yang bisa menjadi pilihan adalah Hemodialisis (HD), Continuous Ambulatory Peritoneal Dialysis (CAPD), dan transplantasi ginjal.
Apa itu CAPD?
CAPD sendiri adalah proses cuci darah yaitu membuang zat sisa dan kelebihan cairan menggunakan membrane peritoneal sebagai saringan dialisis. Dialisis dengan CAPD berlangsung di dalam tubuh secara terus menerus selama 24 jam selama 7 hari seminggu. Sama seperti prosedur medis lainnya, manfaat dan resiko tetap ada, namun orang tua tidak perlu khawatir karena prosedur ini lebih banyak manfaatnya.
Beberapa manfaat CAPD menurut Pernefri (2023) adalah sebagai berikut:
1. Pasien gagal ginjal tidak perlu harus bolak-balik ke rumah sakit untuk menjalani hemodialisis. Pada metode CAPD, pasien telah dipasangi kateter sehingga memungkinkan untuk melakukan cuci darah di rumah ataupun di tempat lain.
2. Peralatan CAPD bersifat portable, sehingga mudah dibawa ke mana-mana. CAPD hanya terdiri dari kantong cairan dialisat, klip, dan kateter yang digunakan untuk mengalirkan cairan dialisat ke dalam rongga perut.
3. Jika dibandingkan dengan metode hemodialisis lainnya, CAPD dapat membantu mempertahankan fungsi ginjal lebih lama.
4. Larangan atau batasan makanan pada penderita gagal ginjal yang menggunakan metode CAPD lebih sedikit, sehingga penderita bisa lebih fleksibel dalam mengatur asupan makanan dan minumannya.
5. Dapat membantu mengurangi beban kerja jantung dan tekanan di pembuluh darah, serta mampu mengontrol jumlah cairan di dalam tubuh dengan lebih baik.
Siapa yang memerlukan CAPD?
Secara umum, dialisis atau cuci darah diperlukan ketika organ ginjal sudah tidak berfungsi dengan normal. Namun, terdapat beberapa pertimbangan yang membuat pasien disarankan untuk menggunakan metode CAPD.
Pertimbangan untuk penggunaan CAPD adalah sebagai berikut:
1. Tubuh pasien tidak dapat menoleransi perubahan keseimbangan cairan tubuh ketika melakukan hemodialisi
2. Beberapa fungsi ginjal masih bisa bekerja dengan baik
3. Ginjal tidak lagi bisa berfungsi secara optimal, namun pasien masih ingin melakukan aktivitas sehari-hari dengan normal, seperti pergi ke sekolah
Pada intinya, tidak semua orang bisa memilih metode CAPD. Bahkan, pasien yang rutin menjalani CAPD tetap bisa mengalami penurunan fungsi ginjal secara bertahap, sehingga tetap perlu melakukan prosedur hemodialisis di rumah sakit.
Apa yang harus dilakukan di rumah agar tidak terjadi infeksi?
Beberapa tindakan pencegahan infeksi yang harus dilakukan orang tua dirumah adalah sebagai berikut :
1. Menjaga kebersihan diri anak
2. Membersihkan tangan sebelum melakukan prosedur penggantian cairan atau menyentuh kateter
3. Menjaga lubang keluar kateter bersih dan merawat dengan kassa steril sesuai yang diajarkan nakes
4. Tidak mengkontaminasi peralatan
5. Tempat harus bersih, aman nyaman.
Kesehatan ginjal perlu dijaga dengan baik, mengingat bahwa fungsinya cukup vital bagi tubuh. Untuk itu, kita bisa melakukan pemeriksaan fungsi ginjal guna mendeteksi ataupun mencegah penyakit ginjal sejak dini. Selain itu, bila keluarga sedang mengalami keluhan yang mengarah pada kesehatan ginjal, segera lakukan konsultasi dengan dokter.
Referensi:
Shroff, R., Ledermann, S., & Schreuder, M. F. (2021). Peritoneal dialysis in children: State of the art. Pediatric Nephrology, 36(3), 653-671. https://doi.org/10.1007/s00467-020-04731-7
PERNEFRI. (2023). Konsensus Dialisis. Retrieved from pernefri.org
Ferris, M. E., Martin, K., & Kogon, A. J. (2022). Parental education and training in peritoneal dialysis: Enhancing care at home. Journal of Pediatric Nephrology, 37(5), 1112-1120. https://doi.org/10.1007/s00467-021-05041-5