Senin, 26 Agustus 2024 23:09 WIB

Faktor Terjadinya Luka pada Pasien Diabetes Melitus

Responsive image
343
Promosi Kesehatan, Tim Hukum dan Humas - RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten

Orang yang menderita diabetes melitus memiliki risiko lebih tinggi mengalami komplikasi luka pada kaki. Beberapa faktor yang diduga dapat menyebabkan luka kaki diabetes termasuk durasi penyakit diabetes, tingkat HbA1c, kelebihan berat badan, neuropati sensorik, kalus, pola makan, tingkat aktivitas fisik, perawatan kaki, dan aspek spiritual. Tingginya insiden luka kaki diabetes mendorong perawat untuk berperan penting dalam pencegahan ulangan kondisi ini. Penting untuk mengenali dan mengidentifikasi faktor risiko yang dapat menyebabkan luka kaki diabetes kembali terjadi. Faktor-faktor yang diduga sebagai penyebab ulangan luka kaki diabetes meliputi durasi menderita diabetes, kelebihan berat badan, pola makan, perawatan kaki, kontrol kadar gula darah (HbA1c), tingkat aktivitas fisik, aspek spiritual, neuropati sensorik, dan keberadaan kalus. Penundaan dalam diagnosis awal dapat meningkatkan risiko komplikasi serius seperti kecacatan dan amputasi. Luka kaki diabetes memiliki dampak signifikan, dengan risiko amputasi ekstremitas bawah 15-45 kali lebih tinggi pada pasien diabetes. Pasien yang mengalami amputasi kaki memiliki tingkat kematian yang tinggi, dengan 14,3% meninggal dalam satu tahun setelah amputasi dan 37?lam tiga tahun.

Faktor Penyebab

1. Orang yang mengidap diabetes melitus lama rentan terhadap luka kaki diabetes karena kadar gula darah yang tidak terkontrol dapat menyebabkan komplikasi tersebut.

2. Kadar gula darah yang tidak terkendali karena pola makan yang tidak teratur dan kurangnya aktivitas fisik dapat menyebabkan hiperglikemia. Hal ini mengakibatkan peningkatan metabolisme glukosa melalui jalur sorbitol. Keadaan ini dapat menyebabkan arteriosklerosis di daerah kaki. Gangguan pada arteri di kaki dapat memengaruhi fungsi otot-otot kaki. Reduksi pasokan darah dapat menyebabkan kesemutan dan ketidaknyamanan yang berkelanjutan, bahkan bisa mengakibatkan kematian jaringan. Kondisi ini dapat menyebabkan penyumbatan pembuluh darah dan gangren pada bagian ekstremitas, yang pada akhirnya dapat menyebabkan luka pada kaki akibat diabetes.

3. Seseorang yang mengalami obesitas cenderung memiliki risiko tinggi terkena diabetes. Hal ini disebabkan oleh penurunan sensitivitas terhadap insulin, yang dikenal sebagai resistensi insulin, atau bisa juga disebabkan oleh berkurangnya produksi insulin. Keterbatasan dalam kemampuan sel beta di pulau Langerhans dalam memproduksi insulin, baik dari segi kuantitas maupun kualitasnya, menyebabkan peningkatan kadar gula darah pada orang yang mengalami obesitas.

4. Berdasarkan hasil pemeriksaan neuropati sensorik, kondisi ini menjadi faktor kunci yang menyebabkan luka pada kaki pada penderita diabetes. Dalam pengujian sensitivitas, mayoritas pasien melaporkan ketidakmampuan merasakan sensasi seperti kebas dan kehilangan kemampuan untuk membedakan rasa nyeri di kaki. Mereka juga mengungkapkan bahwa kebasan ini membuat mereka kurang waspada saat beraktivitas. Kondisi kebas di kaki juga dapat menghambat aliran darah ke area tersebut, sehingga meningkatkan risiko terjadinya trauma atau luka tanpa disadari oleh pasien. Trauma ini dapat secara signifikan mempengaruhi terjadinya luka pada kaki akibat diabetes.

5. Berdasarkan hasil pemeriksaan, kalus pada kaki dianggap sebagai faktor utama yang menyebabkan luka pada penderita diabetes. Kalus terjadi karena kulit menjadi tebal dan keras di bagian bantalan telapak kaki. Pasien merasa takut untuk mengatasi kalus sendiri. Jika tidak diatasi, kalus akan semakin tebal. Tekanan berulang pada area yang berkalus dapat memicu terbentuknya luka pada kaki dengan lebih mudah. Selain itu, banyak responden yang tidak menggunakan alas kaki atau menggunakan alas kaki yang terlalu sempit saat berjalan. Penggunaan yang tidak tepat dari alas kaki dapat meningkatkan risiko terjadinya luka. Kalus dapat diatasi dengan menipiskannya, karena jika tidak ditipiskan dapat meningkatkan risiko terjadinya luka pada kaki penderita diabetes.

6. Sebagian pasien masih tidak sering mengonsumsi buah-buahan dan sayur-sayuran. Mereka jarang makan buah karena kurang tahu jenis buah apa yang aman bagi penderita diabetes melitus. Pasien juga sering mengonsumsi makanan tinggi karbohidrat.

7. Jarang berolahraga karena malas, alasan fisik yang melemah, kesibukan pekerjaan, dan keyakinan bahwa aktivitas sehari-hari sudah cukup sebagai bentuk olahraga seperti menyapu atau mengepel. Namun, berolahraga secara teratur telah terbukti dapat meningkatkan aktivitas insulin dan mengontrol gula darah, mencegah dislipidemia, tekanan darah tinggi, nekrosis jaringan, serta mengurangi risiko kesemutan dan aterosklerosis.

 

Referensi :

Armstrong, D. G., Boulton, A. J., & Bus, S. A. Diabetic Foot Ulcers and Their Recurrence.

Sulistyowati, D. A. 2014. Efektivitas Elevasi Ekstremitas Bawah Terhadap Proses Penyembuhan Ulkus Diabetik.

Handayani, L. T. 2016. Studi Meta Analisis Perawatan Luka Kaki Diabetes dengan Modern Dressing.

Astrada, A. 2014. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Luka Kaki Diabetes tipe 2 pada Pasien Diabetes Mellitus di Balai Pengobatan dan Spesialis Perawatan Luka, Stoma, dan Inkontinenisia “Kitamura” Pontianak pada Tahun 2014.