Konsumsi makanan mempengaruhi kondisi gizi seseorang. Kondisi gizi yang baik atau optimal tercapai saat tubuh menerima cukup zat gizi dan menggunakannya secara efisien, memungkinkan pertumbuhan fisik, perkembangan otak, kemampuan kerja, dan kesehatan umum pada level yang optimal. Namun, mengonsumsi makanan secara berlebihan bisa berdampak toksik atau berbahaya. Penyusunan makanan yang tidak tepat, baik dari segi kuantitas maupun kualitasnya, yang disebabkan oleh masalah seperti kurangnya akses pangan, kurangnya pengetahuan, atau kebiasaan makan yang tidak sehat, adalah faktor utama dalam masalah gizi. Kurangnya asupan makanan baik dalam jumlah maupun kualitas dapat mengganggu berbagai proses seperti pertumbuhan, produksi energi, sistem kekebalan tubuh, perilaku, struktur, dan pola otak. Asupan makanan pada anak-anak harus memperhatikan kandungan zat gizi, terutama protein yang penting untuk pertumbuhan tinggi badan, serta dukungan untuk pertumbuhan otak dan kecerdasan. Protein adalah zat makanan vital yang tidak hanya berperan sebagai zat pembangun dan pengatur, tetapi juga menyediakan asam amino penting yang tidak terdapat dalam lemak atau karbohidrat. Anak-anak sering sulit makan, yang dapat menghambat pertumbuhan mereka. Kebiasaan tidak makan secara teratur, seperti tidak makan 3 (tiga) kali sehari, dapat menyebabkan perut kosong, penurunan kadar gula darah, kelesuan, kesulitan berkonsentrasi, dan penurunan motivasi belajar. Kurangnya asupan protein dapat menghambat pertumbuhan anak, yang dapat menyebabkan keterbelakangan pertumbuhan atau kekerdilan. Anak-anak yang kekurangan protein cenderung memiliki otot yang lemah dan rambut yang mudah rontok, karena protein berperan sebagai zat pembangun dalam tubuh. Anak-anak dari latar belakang sosial ekonomi yang lebih tinggi cenderung memiliki status gizi yang lebih baik, termasuk asupan protein yang mencukupi, dibandingkan dengan mereka yang berasal dari latar belakang ekonomi rendah. Untuk pertumbuhan dan perkembangan otot yang optimal, asam amino yang diperlukan harus tersedia dalam jumlah yang cukup. Oleh karena itu, penting bagi kita sebagai individu yang berpengetahuan di bidang olahraga untuk tidak meremehkan pentingnya nutrisi bagi anak-anak.
Fungsi dan Peranan Protein
1. Molekul-molekul kecil dan ion-ion diangkut oleh protein-protein khusus. Sebagai contoh, oksigen dibawa dalam sel darah merah oleh hemoglobin dan dalam otot oleh mioglobin.
2. Proteksi kekebalan tubuh melibatkan antibodi, protein yang sangat khusus dan peka, yang mampu mengidentifikasi serta berikatan dengan benda asing seperti virus, bakteri, dan sel dari organisme lain.
3. Koordinasi gerak terjadi melalui kontraksi otot yang disebabkan oleh pergeseran 2 (dua) filamen protein, seperti yang terlihat dalam pergerakan kromosom selama mitosis dan gerakan sperma yang didorong oleh flagela.
4. Penunjang mekanis. Ketegangan dan kekerasan dari kulit dan tulang disebabkan oleh kolagen, sebuah jenis protein serat yang penting.
5. Sebagian besar reaksi kimia dalam sistem biologi dijalankan dengan bantuan enzim, yang hampir semuanya terdiri dari protein.
6. Menghasilkan dan mengirimkan sinyal saraf. Respon terhadap rangsangan tertentu diatur oleh protein reseptor dalam sel saraf. Sebagai contoh, rodopsin adalah protein yang peka terhadap cahaya dan terdapat dalam sel batang di retina. Protein reseptor lainnya berperan penting dalam sinapsis saraf.
7. Protein yang mengatur pertumbuhan dan diferensiasi mengontrol bagaimana organisme tingkat tinggi tumbuh dan berkembang. Sebagai contoh, faktor pertumbuhan saraf mengatur pertumbuhan jaringan saraf, sementara banyak hormon yang ada juga berupa protein.
Sumber Protein
1. Protein dapat diklasifikasikan berdasarkan asalnya menjadi protein hewani dan protein nabati. Protein hewani berasal dari sumber-sumber seperti daging serta organ dalam hewan seperti hati, pankreas, ginjal, paru-paru, jantung, serta babat dan iso (usus halus dan besar).
2. Susu dan telur juga termasuk dalam sumber protein hewani berkualitas tinggi. Ikan, kerang, dan udang adalah contoh sumber protein hewani lain yang mengandung sedikit lemak, meskipun beberapa orang mungkin alergi terhadap jenis-jenis ini. Sumber protein hewani umumnya rendah lemak, sehingga cocok untuk hidangan rendah lemak. Namun, kerang memiliki kandungan kolesterol tinggi sehingga tidak disarankan untuk diet rendah kolesterol.
3. Ayam, burung, dan telurnya juga merupakan sumber protein hewani yang baik. Telur bagian kuningnya mengandung tinggi kolesterol, sehingga perlu dihindari dalam diet rendah kolesterol. Ayam dan berbagai jenis burung serta telurnya adalah sumber protein hewani yang berkualitas tinggi. Perlu dicatat bahwa kuning telur mengandung banyak kolesterol, sehingga sebaiknya dihindari dalam diet rendah kolesterol.
4. Sementara itu, protein nabati berasal dari kacang-kacangan dan biji-bijian seperti kedelai, kacang tanah, kacang hijau, kacang koro, kelapa, dan lain-lain. Meskipun asam amino dalam protein nabati tidak sekomplit seperti pada protein hewani, kombinasi dua atau lebih sumber protein dengan jenis asam amino yang berbeda dapat saling melengkapi untuk meningkatkan kualitas nutrisinya. Misalnya, dengan mencampur tepung gandum dan kacang-kacangan, kekurangan asam amino lisin dalam tepung gandum dapat ditutupi oleh kelebihan asam amino belerang dalam kacang-kacangan, dan sebaliknya. Gabungan dua jenis protein yang memiliki jenis asam amino esensial pembatas yang berbeda bisa mendukung satu sama lain, sehingga mutu gizi dari campuran tersebut lebih baik daripada masing-masing protein secara terpisah. Contoh menu yang menggabungkan sumber protein nabati dan memperbaiki mutu proteinnya antara lain susu dengan sereal, nasi dengan tahu, kacang-kacangan dengan roti, atau bubur kacang hijau dengan ketan hitam. Kombinasi ini tidak hanya meningkatkan mutu protein, tetapi juga sangat baik untuk pertumbuhan dan perkembangan anak.
Referensi :
Azhar, M. 2016. Biomolekul Sel Karbohidrat, Protein dan Enzim. Journal of Chemical Information and Modeling.
Rismayanthi, Cerika. 2006. Konsumsi Protein untuk Peningkatan Prestasi. Medikora.
Das, S., Sanchez, J. J., Alam, A., Sc, M., Haque, A., Sc, M., Mahfuz, M., Ahmed, T., & Long, K. Z. 2020. Dietary Magnesium , Vitamin D , and Animal Protein Intake and Their Association to the Linear Growth Trajectory of Children from Birth to 24 Months of Age : Results From MAL-ED Birth Cohort Study Conducted in Dhaka, Bangladesh.
Herber, C., Bogler, L., Subramanian, S. V, & Vollmer, S. 2020. Association Between Milk Consumption and Child Growth for Children Aged 6 - 59 Months. Scientific Reports, 2-11.