Kamis, 22 Agustus 2024 15:40 WIB

Diagnosis Faringitis

Responsive image
531
Promosi Kesehatan, Tim Hukum dan Humas - RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten

Faringitis merupakan infeksi atau peradangan yang terjadi di daerah tenggorokan. Tenggorokan adalah saluran yang menghubungkan hidung dan mulut dengan paru-paru. Faringitis termasuk dalam kategori Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA). ISPA mencakup infeksi pada saluran pernapasan yang melibatkan tenggorokan, hidung, dan paru-paru, dengan durasi gejala tidak melebihi 14 hari. Pada musim dingin atau musim hujan, kasus faringitis biasanya meningkat. Penyakit ini dapat menular melalui sekret pernapasan dan memerlukan waktu inkubasi antara 2 hingga 5 hari. Penularan infeksi paling tinggi terjadi selama fase akut. Faktor-faktor yang dapat meningkatkan risiko terkena faringitis meliputi kontak langsung dengan penderita, paparan terhadap asap rokok dan polusi, serta adanya riwayat alergi terhadap suhu dingin, bulu binatang, dan debu. Selain itu, sering berada di ruangan yang kering dan memiliki riwayat sinusitis juga dapat memicu timbulnya faringitis. Faringitis akut umumnya disebabkan oleh virus dan menampilkan gejala mirip flu biasa. Penyakit ini sering muncul dalam bentuk wabah epidemi dengan gejala seperti hidung tersumbat, demam ringan, batuk, perubahan suara, sakit kepala, dan nyeri otot. Sebaliknya, faringitis bakterial biasanya ditandai dengan demam tinggi yang tiba-tiba disertai menggigil, nyeri saat menelan yang parah, dan kesulitan menelan, serta jarang menunjukkan gejala virus yang umum. Faringitis umumnya bersifat self-limiting, yang berarti dapat sembuh dengan sendirinya. Namun, jika gejala bertahan lebih dari satu minggu dan disertai demam, pembengkakan kelenjar getah bening, atau ruam kulit, mungkin sudah terjadi komplikasi. Komplikasi yang dapat timbul dari faringitis termasuk demam rematik (yang ditandai dengan peradangan sendi dan kerusakan pada katup jantung) serta peradangan ginjal (seperti glomerulonephritis setelah infeksi streptokokus). Faringitis bisa dicegah dengan cara menghindari faktor penyebab dan pemicunya. Menjalani gaya hidup bersih dan sehat sangat penting sebagai langkah pencegahan. Beberapa tips yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari termasuk mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir sebelum dan setelah makan, setelah batuk atau bersin, dan setelah menggunakan toilet. Selain itu, penting untuk tidak menyentuh wajah dengan tangan yang kotor, menutup mulut dan hidung dengan tangan atau tisu saat batuk, tidak berbagi peralatan makan atau minum dengan penderita faringitis, menghindari merokok, serta menjauhi polusi dan asap rokok.

Diagnosis dan Pemeriksaan Faringitis

1. Untuk mendiagnosis suatu penyakit, prosesnya dimulai dengan anamnesis, diikuti dengan pemeriksaan fisik, dan kemudian dilanjutkan dengan pemeriksaan penunjang. Selama anamnesis dan pemeriksaan fisik, berbagai gejala dapat terdeteksi, seperti sakit tenggorokan, pusing, demam, limfadenitis, serta kadang-kadang mual, kelelahan, kemerahan pada kulit (ruam), dan nyeri perut. Selain itu, bisa juga ditemukan kemerahan pada dinding saluran pernapasan dan demam yang mungkin melebihi 38,5°C.

2. Rasa sakit saat menelan, batuk, suara serak bila peradangan sudah mencapai pita suara, serta pembengkakan pada kelenjar getah bening di leher.

3. Pemeriksaan THT (Telinga, Hidung, Tenggorokan) bertujuan untuk mengevaluasi kondisi tenggorokan, khususnya untuk mendeteksi adanya kemerahan atau pembengkakan pada faring. Hal ini penting untuk memastikan apakah seseorang mengalami faringitis atau tidak.

4. Pemeriksaan standar untuk memastikan gejala klinis dan diagnosis infeksi bakteri GAS adalah kultur swab. Kultur swab memiliki sensitivitas antara 90-95?n spesifisitas antara 97-100?lam mendeteksi bakteri GAS, dengan catatan bahwa pemeriksaan kultur dilakukan sesuai prosedur yang benar.

5. Pengujian Deteksi Antigen Cepat (RADT) memerlukan waktu yang cukup lama, yakni sekitar satu hari atau lebih, untuk memperoleh hasil. Metode RADT dirancang untuk mendeteksi antigen dari virus atau bakteri di tenggorokan dengan menggunakan alat dipstick yang mengambil sampel dari eksudat atau sekret di tonsil atau orofaring bagian belakang.

6. Titer antistreptolysin O adalah tes yang digunakan untuk pasien yang diduga mengalami komplikasi supuratif akibat infeksi oleh streptococcus grup A.

7. Skoring McIsaac adalah metode sederhana untuk mendiagnosis faringitis yang disebabkan oleh streptococcus grup A. Metode ini melibatkan penilaian beberapa tanda dan gejala klinis, seperti suhu tubuh di atas 38°C, adanya pembengkakan atau eksudat pada tonsil, pembesaran kelenjar getah bening di leher bagian depan, serta adanya atau tidaknya batuk. Selain itu, skoring ini juga menambahkan satu nilai berdasarkan kelompok usia pasien.

 

Referensi :

Amber Randel. 2013. Practice Guidelines IDSA Updates Guideline for Managing Group A. American Academy of Family Physicians.

Damayanti, E., Iriani, Y., & Yuwono, Y. 2016. Ketepatan Skoring McIsaac untuk Mengidentifikasi Faringitis Group A Streptococcus pada Anak. Sari Pediatri.

Dhrik, M., Prasetya, A. A. N. P. R., & Errawan, G. A. P. E. 2021. Pola Penggunaan Obat pada Pasien Faringitis Dewasa di Praktek Dokter Bersama Apotek Kimia Farma Teuku Umar. Acta Holist. Pharm, 3(August), 10.

Tombeng, J. A., & Cjg, Z. 2022. Diagnostik Holistik Pasien Faringitis Fengan Hipertensi di Puskesmas Bahu. Jurnal Kedokteran Komunitas dan Tropik.