Kamis, 22 Agustus 2024 15:35 WIB

Infeksi Odontogen pada Sinusitis Maxillaris

Responsive image
28
Promosi Kesehatan, Tim Hukum dan Humas - RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten

Sinusitis dapat disebabkan oleh infeksi pada hidung (rinogen) atau infeksi pada gigi (odontogen). Secara anatomi, terdapat hubungan antara antrum maksila dan gigi rahang atas, sehingga infeksi dari gigi dapat mempengaruhi sinus maksilaris. Molar kedua memiliki hubungan anatomi yang paling dekat dengan sinus maksilaris, diikuti oleh molar pertama, molar ketiga, premolar pertama dan kedua, serta caninus. Meskipun infeksi odontogenik biasanya tidak mengancam nyawa, infeksi ini dapat menyebar melalui jaringan fasial, meningkatkan risiko sepsis, komplikasi saluran napas (seperti angina Ludwig dan abses retropharyngeal), serta infeksi abses leher yang 49,1% disebabkan oleh infeksi odontogenik. Infeksi biasanya dimulai dari permukaan gigi, yang sering kali disebabkan oleh karies gigi yang telah mendekati ruang pulpa. Proses ini kemudian dapat berkembang menjadi pulpitis dan akhirnya menyebabkan kematian pulpa gigi (nekrosis pulpa). Infeksi gigi bisa terjadi secara lokal atau menyebar dengan cepat. Ketika gigi mengalami nekrosis, bakteri dapat masuk ke dalam ruang pulpa hingga mencapai apeks gigi. Foramen apikalis pada pulpa gigi dapat memungkinkan drainase dari pulpa yang terinfeksi. Selanjutnya, infeksi dapat menyebar secara progresif ke area atau jaringan lain yang berada dekat dengan gigi yang mengalami nekrosis. Infeksi odontogen yang disebabkan oleh gigi yang mengalami nekrosis dapat mengakibatkan terbentuknya abses. Abses ini dapat dikategorikan menjadi dua jenis: penjalaran infeksi ringan, yang umumnya memiliki prognosis baik, dan penjalaran infeksi berat, yang memiliki prognosis kurang baik. Jika tidak ditangani, infeksi ini dapat berakibat fatal. Penjalaran infeksi ringan meliputi serous periostitis, abses subperiosteal, abses submukosa, abses subgingiva, dan abses subpalatal. Sementara itu, penjalaran infeksi berat termasuk abses perimandibular, osteomielitis, dan phlegmon dasar mulut. Infeksi odontogenik adalah infeksi yang terjadi pada jaringan periodontal atau perikoronal, baik sebagai infeksi primer atau sekunder, dan bisa disebabkan oleh trauma atau infeksi setelah prosedur bedah. Biasanya, infeksi odontogenik berasal dari karies gigi, yang merupakan proses demineralisasi email. Setelah email terlarut, infeksi karies dapat dengan mudah menembus dentin yang memiliki pori-pori mikro. Sinus maxillaris adalah salah satu dari sinus paranasalis yang berbentuk rongga, celah, atau saluran di antara tulang-tulang di sekitar area hidung. Sinus paranasalis meliputi sinus maxillaris, sinus ethmoidalis, sinus frontalis, dan sinus sfenoidalis.

 Penyebab Sinusitis

Infeksi sinus terjadi ketika gangguan pada aliran udara ke sinus menghambat proses pengeluaran lendir dari sinus. Hal ini bisa disebabkan oleh pembengkakan pada lapisan jaringan atau jaringan di sekitar hidung, yang bisa terjadi akibat alergi atau iritasi seperti penggunaan semprotan hidung yang berlebihan, kokain, atau paparan asap rokok. Selain itu, sinus juga dapat tersumbat oleh tumor atau pertumbuhan abnormal yang terletak dekat dengan pembukaan sinus. Sinusitis adalah kondisi peradangan dan pembengkakan pada lapisan sinus dan hidung, umumnya dipicu oleh infeksi virus atau reaksi alergi yang membuat sinus memproduksi lebih banyak lendir.Ketika lendir berlebihan, ia dapat menumpuk dan menyumbat saluran hidung, menciptakan lingkungan yang memungkinkan bakteri atau mikroorganisme lain berkembang, yang akhirnya mengakibatkan infeksi.

Sinusitis akut sering kali disebabkan oleh virus flu, sedangkan sinusitis kronis bisa dipicu oleh beberapa faktor, antara lain :

1. Alergi, seperti rhinitis alergi, yang dapat menyumbat saluran sinus.

2 Polip hidung, yaitu pertumbuhan jaringan atau massa di dalam hidung yang dapat menyumbat saluran sinus.

3. Infeksi saluran pernapasan, baik dari virus maupun bakteri, yang dapat menyebabkan penebalan lapisan sinus dan menghambat saluran hidung.

4. Cystic fibrosis, kelainan genetik yang membuat lendir mengental, menumpuk, dan menyumbat saluran tubuh, terutama di saluran pernapasan dan pencernaan.

5. Kondisi medis lain, seperti sistem kekebalan tubuh yang lemah.

Odontogen pada Sinusitis Maxillaris

Tulangan tengkorak di area pipi, belakang dan atas mata, serta di sekitar hidung tidak sepenuhnya padat, melainkan mengandung 'ruang-ruang udara' yang dikenal sebagai sinus. Selaput lendir di sinus ini berfungsi untuk menghasilkan cairan yang membersihkan udara yang kita hirup dari kuman atau benda asing lainnya. Sinus terletak tepat di atas akar gigi rahang atas, dengan ujung akar gigi dan bagian dalam sinus dipisahkan hanya oleh lapisan tulang yang tipis. Saraf yang melewati akar gigi dan mengalir melalui sinus terhubung dengan saraf yang membawa sinyal nyeri dari gigi ke otak. Sinus maxillaris adalah rongga berbentuk piramida yang berisi udara dan terletak di bagian atas rahang atas, di belakang gigi-gigi belakang di setiap sisi. Pada radiografi, sinus ini tampak sebagai area yang tidak terlihat jelas (radiolusent) yang dikelilingi oleh garis-garis tipis yang terlihat lebih jelas (radiopaque). Dalam radiografi cephalometric, sinus maxillaris dapat dilihat dengan jelas batas-batasnya yang meliputi dinding atas, bawah, depan, dan belakang. Secara anatomis, terdapat hubungan antara gigi premolar dan molar atas dengan sinus maksilaris, yang dapat meningkatkan risiko perforasi sinus maksilaris. Dasar sinus maksilaris terletak dekat dengan lokasi tumbuhnya gigi premolar kedua serta gigi molar pertama dan kedua, dan dalam beberapa kasus, gigi bisa tumbuh ke dalam rongga sinus dan hanya tertutup oleh mukosa. Proses infeksi di sekitar gigi-gigi ini dapat menyebar ke mukosa sinus melalui pembuluh darah atau limfe. Sinusitis maksilaris dapat dipicu oleh infeksi yang berasal dari gigi, seperti karies, granuloma, impaksi, periodontitis apikalis, abses periapikal, gangren radix, dan kista radikuler. Pada radiograf panoramik, infeksi odontogen ini biasanya tampak sebagai area radiolusen yang berbentuk konveks (bulat), dengan batas yang jelas dan homogen. Infeksi ini dapat menekan, menyebabkan atrofi, dan erosi pada tulang akibat pembesaran dan penyebaran massa jaringan lunak, yang berujung pada penurunan densitas tulang dan kadang-kadang pengapuran pada perifer.

 

Referensi :

Ogle OE, Weinstock RJ, Friedman E. 2012. Surgical Anatomy of the Nasal Cavity and Paranasal Sinuses. Oral Maxillofacial Surgery Clinical North America 2012.

Rosenfeld RM, Piccirillo JF, Chandrasekhar SS, Brook I, Ashok Kumar K, Kramper M, et al. 2015. Adult Sinusitis Executive Summary. Otolaryngology Head and Neck Surgery.

Homood MA, Alkhayrat SM, Kulaybi KM. 2018. Prevalence and Risk Factors of Chronic Sinusitis among People in Jazan Region’ KSA. Egyptian Journal of Hospital Medicine.

Harahap NIK, Siregar SM, Nasution MES. 2018. Profil Kuman pada Sekret Hidung Penderita Rinosinusitis Kronis di Rumah Sakit Haji Medan. Ibnusina Biomedika.