Selasa, 20 Agustus 2024 13:11 WIB

Prebiotik dan Manfaat Kesehatan

Responsive image
20
Promosi Kesehatan, Tim Kerja Hukum dan Humas - RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten

Makanan harus dapat memenuhi kebutuhan gizi manusia. Seiring dengan kemajuan zaman, pandangan tentang makanan juga mengalami perubahan. Kini, makanan tidak hanya dituntut untuk mencukupi kebutuhan gizi, tetapi juga untuk mencegah penyakit serta meningkatkan kondisi fisik dan mental. Berbagai penelitian menunjukkan adanya hubungan antara kesehatan dan kondisi mikroflora usus. Oleh karena itu, konsep makanan fungsional kini berfokus pada pengembangan produk yang mendukung pertumbuhan mikroflora usus. Komponen makanan fungsional yang sering dibahas meliputi probiotik, prebiotik, serat larut, asam lemak omega-3, asam linoleat, antioksidan, vitamin dan mineral, protein, peptida dan asam amino, serta phospholipid. Probiotik dan prebiotik adalah jenis makanan fungsional yang bermanfaat untuk menjaga kesehatan usus dan keduanya aman untuk digunakan dalam makanan. Penggunaan probiotik dalam makanan memiliki batasan dan tidak cocok untuk semua jenis produk. Probiotik umumnya diterapkan pada produk susu karena mereka tidak tahan terhadap suhu tinggi dan tidak dapat bertahan lama dalam kondisi aktif. Sebaliknya, prebiotik lebih fleksibel dan dapat ditambahkan ke berbagai jenis makanan seperti produk patiseri, pemanis, yogurt, sereal, jus buah, minuman ringan, dan lainnya. Prebiotik adalah bahan makanan yang tidak dapat dicerna oleh sistem pencernaan manusia. Di dalam usus besar, prebiotik berfungsi sebagai substrat bagi bakteri baik, sehingga membantu meningkatkan pertumbuhan dan aktivitas bakteri tersebut. Agar dapat dikategorikan sebagai prebiotik, suatu bahan harus memenuhi beberapa kriteria, tidak terhidrolisis atau terserap di bagian atas saluran pencernaan, harus menjadi substrat bagi setidaknya satu jenis bakteri baik di usus besar, sehingga dapat merangsang pertumbuhan dan aktivitas bakteri tersebut, dan mampu menyeimbangkan komposisi mikroflora di usus besar. Dengan demikian, prebiotik membantu menyeimbangkan serta merangsang pertumbuhan dan aktivitas bakteri baik di usus besar tanpa menambah bakteri dari luar, berbeda dengan probiotik yang melibatkan penambahan bakteri langsung ke dalam sistem pencernaan. Fruktooligosakarida, inulin, oligofruktosa, laktulosa, dan galaktosakarida merupakan jenis komponen prebiotik. Mereka memiliki ketahanan terhadap keasaman lambung, tidak terpengaruh oleh enzim pencernaan, dan dapat difermentasi oleh mikroflora di usus besar. Penambahan prebiotik dalam makanan sehari-hari sangat dianjurkan. Upaya untuk menambahkan prebiotik ke dalam produk pangan telah dilakukan pada berbagai jenis makanan seperti susu formula, es krim, yogurt, sereal, kue kering, pemanis, jus buah, dan minuman ringan.

Manfaat Prebiotik bagi Kesehatan

Mikroflora di usus besar manusia memiliki peranan krusial dalam kesehatan. Penting untuk mengatur pola makan guna menjaga keseimbangan mikroflora usus, karena setiap jenis bakteri di usus besar memerlukan substrat yang berbeda. Menambahkan prebiotik pada makanan dipercaya dapat meningkatkan jumlah bakteri yang bermanfaat bagi kesehatan, seperti Bifidobacterium sp dan Lactobacillus sp.

1.    Meningkatkan daya tahan fisik balita ASI merupakan makanan yang paling sesuai untuk bayi baru lahir. Selain memperkuat ikatan antara ibu dan bayi, ASI juga berfungsi melindungi bayi dari berbagai infeksi. ASI mengandung berbagai macam nutrisi, termasuk zat gizi semi-esensial, asam amino bebas, enzim, hormon, poliamina, nukleotida, dan oligosakarida. Kandungan oligosakarida dalam ASI mencapai 10-12 g/l. Oligosakarida dalam ASI memainkan peran penting dalam mendukung pertumbuhan bakteri Bifidobacterium sp di usus besar. Ada lebih dari 130 struktur oligosakarida yang berbeda dalam ASI, seperti monofucosillaktosa, difucosillaktosa, lacto-N-tetraosa, turunan monofucosillaktosa, turunan difucosillaktosa, fucosilat lacto-N-heksaosa, dan lacto-N-oktaosa.

2.    Mengurangi kadar kolesterol dengan mengkaji efek penambahan inulin dari akar chicory pada kadar kolesterol. Mengonsumsi 20 gram inulin setiap hari selama 3 minggu dapat menurunkan kadar trigliserida dalam darah.menunjukkan bahwa mengonsumsi 50 gram beras yang mengandung 18% inulin selama 12 minggu dapat menurunkan kadar kolesterol dan triacilgliserol dalam plasma masing-masing sebesar 7,9?n 21,2%. Walaupun prebiotik dapat memperbaiki profil lemak darah, dosis minimal prebiotik yang efektif untuk menurunkan kadar kolesterol masih belum diketahui.

3.    Untuk mencegah kanker usus, penting untuk diketahui bahwa tingkat kematian akibat kanker usus mencapai 50%. Bakteri usus besar, seperti Bifidobacterium sp, memiliki kemampuan untuk memetabolisme inulin dan menghasilkan asam lemak rantai pendek, termasuk asam asetat, asam propionat, dan asam butirat. Keberadaan asam-asam ini di dalam usus besar dapat berfungsi sebagai pencegah kanker usus. Khususnya, asam butirat berperan dalam menghambat pertumbuhan sel kanker di usus besar.

4.    Meningkatkan penyerapan kalsium untuk kekuatan tulang Kalsium dan vitamin D sangat penting bagi kekuatan tulang. Kalsium yang telah dikonsumsi perlu dapat diserap dengan baik oleh tubuh. Jika asupan dan penyerapan kalsium tidak mencukupi, ini dapat menyebabkan penurunan kepadatan tulang dan risiko osteoporosis. Prebiotik dapat membantu meningkatkan penyerapan kalsium.

5.    Untuk mengatasi diare, langkah awal yang perlu diambil adalah mencegah dehidrasi. Jika diare terus berlanjut, dokter mungkin merekomendasikan penggunaan antibiotik sebagai bagian dari pengobatan. Namun, penggunaan antibiotik dapat menimbulkan risiko resistensi. Sebagai alternatif, penggunaan prebiotik dapat menjadi solusi untuk menyembuhkan diare dengan risiko yang lebih rendah.

6.    Inulin bisa menjadi alternatif gula bagi pasien diabetes karena tidak diserap oleh sistem pencernaan dan tidak mempengaruhi kadar gula darah. Namun, pasien diabetes tetap perlu memperhatikan bahwa makanan yang mengandung inulin mungkin juga memiliki kandungan karbohidrat lain yang cukup tinggi.

 

Referensi :

Holscher H.D., Faust K.L., Czerkies L.A., Litov R., Ziegler E.E., Lessin H., Hatch T., Sun S., Tappenden K.A. 2012. Effects of Prebiotic-Containing Infant Formula on Gastrointestinal Tolerance and Fecal Microbiota in a Randomized Controlled Trial. J Parenter Enteral Nutr.

Baradero, mary. 2008. Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Hati. Penerbit buku kedokteran EGC : Jakarta.

Husadha, Y. 1996. Fisiologi dan Pemeriksaan Hati. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Balai Penerbit FKUI, Jakarta.

Mustafa S, Kurniawaty E. 2013. Manajemen Gangguan Saluran Cerna Panduan Bagi Dokter Umum. Lampung : Anugrah Utama Raharja (Aura).

Widoyono. 2011. Penyakit Tropis : Epidemiologi, Penularan, Pencegahan dan Pemberantasannya. Jakarta : Erlangga.

Widjaja. N.A., Hidayati.N.S., Irwan. R. 2013. Pengaruh Penyakit Infeksi Terhadap Kadar Albumin Anak Gizi Buruk.