Jumat, 16 Agustus 2024 17:16 WIB

Mari Mencegah Bunuh Diri, Mulailah Bicara

Responsive image
181
dr. Lahargo Kembaren, Sp.KJ - RS Jiwa dr.H.Marzoeki Mahdi Bogor

Did you really want to die? No one commits suicide because they want to die. Then why do they do it? Because they want to stop the pain.

- Tiffanie DeBartolo -

 

"Tidak ada seorangpun yang melakukan bunuh diri karena mereka ingin mati, mereka melakukannya karena ingin mengakhiri kepedihan hidup ini."

 

"Dok, buat apa saya hidup?"

"Saya tidak berguna"

"Mati mungkin pilihan yang lebih baik"

"Ada suara yang menyuruh saya untuk bunuh diri"

 

Seperti itulah ungkapan beberapa pasien yang akhirnya memutuskan untuk mencari pertolongan dari keinginannya untuk mengakhiri hidup.

 

Bisakah mereka ditolong?

Yup... bunuh diri bisa dicegah!

Bahkan dengan sebuah langkah sederhana yaitu "berbicara"

 

Akhir-akhir ini kita dikejutkan dengan kasus bunuh diri yang sangat menyedihkan karena seolah tidak ada pertolongan dan pencegahan yang bisa dilakukan. Pencegahan bunuh diri merupakan masalah universal yang memerlukan kolaborasi dari kita semua. Setiap fenomena bunuh diri selalu meninggalkan perenungan bagi kita semua, perasaan kaget, sedih, kecewa, marah, takut, cemas, memunculkan pertanyaan mengapa hal itu bisa terjadi dan juga semangat untuk melakukan pencegahan agar hal itu tidak kembali terjadi.

Dampak yang disebabkan oleh fenomena bunuh diri ini juga bukanlah hal yang ringan, kehilangan orang yang dikasihi/dikagumi, perasaan traumatik akibat peristiwa tersebut bagi keluarga dan mereka yang menyaksikan kejadian bunuh diri ini dan juga untuk setiap satu kasus bunuh diri terdapat 135 orang yang terkena dampaknya.

Menurut World Health Organization (WHO), angka kejadian bunuh diri setiap tahun ada 800.000 orang, jadi dalam 40 detik ada 1 orang yang melakukan bunuh diri. Angka terbanyak kejadian bunuh diri berada pada rentang usia 15-29 tahun. Sebanyak 1,4% kematian di seluruh dunia disebabkan oleh bunuh diri.

Tanda Dan Gejala

Seorang yang melakukan bunuh diri ataupun masih mencoba bunuh diri sebenarnya tidak sungguh-sungguh ingin mengakhiri hidupnya. Mereka sebenarnya ingin penderitaan/konflik yang dialaminya cepat berakhir. Hanya sayangnya, bunuh diri yang menjadi pilihan karena seolah tidak ada bantuan lain yang bisa diharapkan.

Ada beberapa tanda dan gejala bunuh diri yang perlu diketahui agar bisa melakukan pencegahan,antara lain:

1.     Berbicara tentang keinginan untuk mati atau ingin bunuh diri

2.     Berbicara tentang perasaan kosong, hampa dan tidak punya alasan untuk hidup

3.     Membuat rencana untuk bunuh diri seperti melihat website mengenai cara bunuh diri, membeli senjata/alat untuk melakukannya, membeli obat-obatan dalam jumlah banyak

4.     Berbicara tentang perasaan bersalah dan malu yang sangat berat

5.     Berbicara tentang perasaan terjebak, tidak memiliki jalan keluar

6.     Merasa ‘sakit’ yang berkepanjangan dan tidak ada perbaikan, fisik/psikis

7.     Merasa menjadi beban yang berat bagi orang lain

8.     Menggunakan minuman keras atau Narkoba dan semakin sering

9.     Berprilaku cemas dan agitasi

10.  Menarik diri dari keluarga dan teman teman

11.  Perubahan pada pola tidur dan pola makan

12.  Menunjukkan perilaku marah atau keinginan balas dendam

13.  Melakukan perilaku berisiko seperti menyupir mobil kencang dan ugal ugalan

14.  Berbicara dan berpikir tentang kematian semakin sering

15.  Perubahan mood yang ekstrim, dari sangat sedih menjadi sangat tenang dan sangat gembira

16.  Melepaskan posisi yang penting dalam pekerjaan, berhenti kuliah/ bekerja

17.  Mengucapkan selamat tinggal pada teman teman dan keluarga

18.  Membuat surat wasiat

19.  Menuliskan di media sosial mengenai bunuh diri dan kematian

 

Faktor Risiko

Setiap orang memiliki risiko untuk melakukan bunuh diri, jenis kelamin, suku budaya, latar belakang pendidikan dan pekerjaan. Perilaku bunuh diri disebabkan oleh berbagai faktor yang kompleks dan tidak ada penyebab tunggal. Ada beberapa faktor risiko yang membuat perilaku bunuh diri lebih mudah terjadi, yaitu:

1.     Depresi, gangguan jiwa lain (skizofrenia, bipolar, ketergantungan zat)

2.     Kondisi penyakit tertentu

3.     Nyeri kronis

4.     Riwayat perilaku bunuh diri sebelumnya

5.     Riwayat anggota keluarga dengan bunuh diri, gangguan jiwa dan penyalahgunaan zat

6.     Kekerasan dalam keluarga termasuk verbal, fisik dan seksual

7.     Memiliki senjata yang berbahaya di rumah

8.     Baru keluar dari penjara

9.     Terekspos/ terpapar dengan perilaku bunuh diri yang dilakukan oleh orang lain seperti anggota keluarga, teman, bintang film/selebriti yang diidolakan

Banyak orang yang mengalami faktor risiko tersebut tetapi tidak melakukan bunuh diri, perlu diperhatikan bahwa perilaku bunuh diri adalah tanda adanya suatu stres yang berat yang dialami oleh orang tersebut. Setiap pikiran dan perilaku bunuh diri harus dianggap sebagai suatu hal yang serius dan segeralah mencari pertolongan.

Penanganan

Apabila terdapat tanda, gejala dan faktor risiko mengenai perilaku bunuh diri maka perlu segera dilakukan penanganan. Hal-hal yang bisa dilakukan antara lain adalah:

1.     Lakukan komunikasi dan pendampingan yang intensif untuk memastikan apa yang dikhawatirkan tidak benar

2.     Katakan bahwa dia tidak sendirian, ada banyak yang mau dan bersedia membantu

3.     Memberikan respons krisis dengan segera sesuai dengan tingkatan level risiko bunuh diri

  • Rendah : ada pikiran bunuh diri, tidak ada rencana, tidak mau melakukannya
  • Sedang : beberapa kali muncul pikiran bunuh diri, sedikit rencana, tidak mau

melakukannya

  • Tinggi : sering muncul pikiran bunuh diri, rencana yang jelas, tidak mau

melakukannya

  • Berat : selalu muncul pikiran bunuh diri, rencana yang jelas dan terus

menerus berniat melakukannya

4.     Tawarkan bantuan dan bawa konsultasi ke profesional kesehatan jiwa yang akan memeriksa dan memberikan penatalaksanaan yang sesuai.

5.     Berusaha untuk proaktif untuk menawarkan bantuan ketika muncul ide-ide bunuh diri lagi dengan meninggalkan nomor telepon

6.     Pindahkan benda-benda yang berbahaya yang bisa menjadi alat untuk melakukan bunuh diri.

 

Terapi

Saat dibawa ke profesional kesehatan jiwa maka orang yang melakukan perilaku bunuh diri akan mendapatkan terapi yang sesuai dengan kondisi kejiwaan yang dialaminya.

  1. Pengobatan/medikasi : Clozapin adalah obat pilihan untuk mengurangi risiko bunuh diri, obat obatan yang dapat diberikan lainnya adalah : antipsikotik, antidepresan, anticemas/ansietas dan mood stabilizer
  2. Psikoterapi : terapi bicara untuk menguatkan kondisi mental dan merubah persepsi orang yang melakukan bunuh diri, Terapi Pikiran dan Perilaku (CBT=cognitive behaviour therapy ) akan sangat membantu.
  3. Terapi stimulasi / modulasi dengan TMS (Transcranial Magnetic Stimulation) pemberian stimulasi gelombang elektromagnetik ke otak biasanya di area DLPFC (dorso lateral pre frontal cortex), Neurofeedback,  dan ECT (electro convulsive therapy)
  4. Pemberian Esketamine lewat hidung yang akan mengurangi dengan cepat gejala depresi dan tendensi bunuh diri

Are You OK? (Apakah kamu baik baik saja?)

Pertanyaan tersebut sederhana tetapi dapat mengubah hidup seseorang. Hidup di zaman sekarang banyak sekali stresornya, belum lagi trauma psikologis di masa lalu dan overthinking terhadap masa depan. Hal ini menyebabkan setiap orang sedang tidak baik-baik saja hidupnya.

“Are You OK?” menunjukkan kepedulian kita kepada teman, sahabat, keluarga, rekan kerja atau siapapun yang kita temui sehari-hari. Kadang kita ingin menanyakannya tapi tidak jadi karena merasa sungkan, aneh, tidak cocok, berlebihan, dll. Padahal sebenarnya pertanyaan ini adalah pertanyaan kunci yang dapat mengubah kehidupan seseorang.

Kapan kita menanyakan “Are You OK?” Yaitu ketika kita melihat dan memperhatikan terdapat hal-hal ini pada rekan kita:

  • Perubahan pada mood seseorang menjadi lebih murung, sedih, menangis
  • Emosi yang berlebihan, marah, mudah tersinggung
  • Ada perubahan pada pola tidur yang kurang atau berlebihan
  • Kecemasan yang berlebihan, khawatir terhadap banyak hal yang sebelumnya tidak ada
  • Kesulitan mengerjakan pekerjaan yang sebelumnya mudah dikerjakan, kehilangan fokus, konsentrasi dan memori
  • Banyak diam, menarik diri, tidak mau bergaul
  • Kurang minat terhadap sesuatu yang sebelumnya menjadi hobi dan kesenangan
  • Perilaku perilaku yang tidak wajar seperti bicara,senyum, ketawa sendiri, ketakutan, dll.

Apabila kita menemukan tanda tanda seperti di atas, kemudian lakukanlah 4 langkah ini :

1.     Tanyakan “Apakah kamu baik baik saja?”

2.     Mendengar tanpa menghakimi

3.     Mendorong untuk mencari solusi, pilihan pilihan, berkonsultasi dengan profesional

4.     Memastikan bahwa keadaannya sudah lebih baik.

Setiap saat kita menunjukkan kepedulian kita kepada seseorang maka dunia ini menjadi lebih indah, cerah dan menyenangkan. Dan bagi kita yang menerima pertanyaan itu, It's OK to say YOU'RE NOT OK, tidak apa bila kita bilang saya tidak baik-baik saja saat ini dan mulailah bercerita agar beban menjadi lebih ringan.

Setiap dari kita, siapapun kita, apapun profesi dan jabatan kita punya peranan penting untuk memberikan suatu perubahan. Mari bersama mencegah bunuh diri.

"Bunuh diri tidak mengakhiri  hidup menjadi lebih buruk, tapi bunuh diri menyudahi kemungkinan hidup untuk lebih baik. "

"Buluh yang terkulai tak kan dipatahkan-Nya, sumbu yang t'lah pudar tak kan dipadamkan-Nya"

Salam SEJI-GO

(Sehat Jiwa Bersama Lahargo)

 

Referensi:

Linbo Li & Hui Yang. (2023) Heterogeneity in Adolescents’ Non-Suicidal Self-Injury Behaviour Trajectories Based on the Group-Based Trajectory Model and a Decision Tree Analysis of Family-Related Determinants. Psychology Research and Behavior Management 16, pages 3359-3371.

Sarah Kim & Ju Hee Park. (2022) Does Parental Psychological Control Affect Non-Suicidal Self-Injury of Adolescents via Depression?. Family and Environment Research 60:4, pages 535-547.

https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/suicide