Did you really want to die? No one commits suicide because they want to die. Then why do they do it? Because they want to stop the pain.
- Tiffanie DeBartolo -
"Tidak ada seorangpun yang melakukan bunuh diri karena mereka ingin mati, mereka melakukannya karena ingin mengakhiri kepedihan hidup ini."
"Dok, buat apa saya hidup?"
"Saya tidak berguna"
"Mati mungkin pilihan yang lebih baik"
"Ada suara yang menyuruh saya untuk bunuh diri"
Seperti itulah ungkapan beberapa pasien yang akhirnya memutuskan untuk mencari pertolongan dari keinginannya untuk mengakhiri hidup.
Bisakah mereka ditolong?
Yup... bunuh diri bisa dicegah!
Bahkan dengan sebuah langkah sederhana yaitu "berbicara"
Akhir-akhir ini kita dikejutkan dengan kasus bunuh diri yang sangat menyedihkan karena seolah tidak ada pertolongan dan pencegahan yang bisa dilakukan. Pencegahan bunuh diri merupakan masalah universal yang memerlukan kolaborasi dari kita semua. Setiap fenomena bunuh diri selalu meninggalkan perenungan bagi kita semua, perasaan kaget, sedih, kecewa, marah, takut, cemas, memunculkan pertanyaan mengapa hal itu bisa terjadi dan juga semangat untuk melakukan pencegahan agar hal itu tidak kembali terjadi.
Dampak yang disebabkan oleh fenomena bunuh diri ini juga bukanlah hal yang ringan, kehilangan orang yang dikasihi/dikagumi, perasaan traumatik akibat peristiwa tersebut bagi keluarga dan mereka yang menyaksikan kejadian bunuh diri ini dan juga untuk setiap satu kasus bunuh diri terdapat 135 orang yang terkena dampaknya.
Menurut World Health Organization (WHO), angka kejadian bunuh diri setiap tahun ada 800.000 orang, jadi dalam 40 detik ada 1 orang yang melakukan bunuh diri. Angka terbanyak kejadian bunuh diri berada pada rentang usia 15-29 tahun. Sebanyak 1,4% kematian di seluruh dunia disebabkan oleh bunuh diri.
Tanda Dan Gejala
Seorang yang melakukan bunuh diri ataupun masih mencoba bunuh diri sebenarnya tidak sungguh-sungguh ingin mengakhiri hidupnya. Mereka sebenarnya ingin penderitaan/konflik yang dialaminya cepat berakhir. Hanya sayangnya, bunuh diri yang menjadi pilihan karena seolah tidak ada bantuan lain yang bisa diharapkan.
Ada beberapa tanda dan gejala bunuh diri yang perlu diketahui agar bisa melakukan pencegahan,antara lain:
1. Berbicara tentang keinginan untuk mati atau ingin bunuh diri
2. Berbicara tentang perasaan kosong, hampa dan tidak punya alasan untuk hidup
3. Membuat rencana untuk bunuh diri seperti melihat website mengenai cara bunuh diri, membeli senjata/alat untuk melakukannya, membeli obat-obatan dalam jumlah banyak
4. Berbicara tentang perasaan bersalah dan malu yang sangat berat
5. Berbicara tentang perasaan terjebak, tidak memiliki jalan keluar
6. Merasa ‘sakit’ yang berkepanjangan dan tidak ada perbaikan, fisik/psikis
7. Merasa menjadi beban yang berat bagi orang lain
8. Menggunakan minuman keras atau Narkoba dan semakin sering
9. Berprilaku cemas dan agitasi
10. Menarik diri dari keluarga dan teman teman
11. Perubahan pada pola tidur dan pola makan
12. Menunjukkan perilaku marah atau keinginan balas dendam
13. Melakukan perilaku berisiko seperti menyupir mobil kencang dan ugal ugalan
14. Berbicara dan berpikir tentang kematian semakin sering
15. Perubahan mood yang ekstrim, dari sangat sedih menjadi sangat tenang dan sangat gembira
16. Melepaskan posisi yang penting dalam pekerjaan, berhenti kuliah/ bekerja
17. Mengucapkan selamat tinggal pada teman teman dan keluarga
18. Membuat surat wasiat
19. Menuliskan di media sosial mengenai bunuh diri dan kematian
Faktor Risiko
Setiap orang memiliki risiko untuk melakukan bunuh diri, jenis kelamin, suku budaya, latar belakang pendidikan dan pekerjaan. Perilaku bunuh diri disebabkan oleh berbagai faktor yang kompleks dan tidak ada penyebab tunggal. Ada beberapa faktor risiko yang membuat perilaku bunuh diri lebih mudah terjadi, yaitu:
1. Depresi, gangguan jiwa lain (skizofrenia, bipolar, ketergantungan zat)
2. Kondisi penyakit tertentu
3. Nyeri kronis
4. Riwayat perilaku bunuh diri sebelumnya
5. Riwayat anggota keluarga dengan bunuh diri, gangguan jiwa dan penyalahgunaan zat
6. Kekerasan dalam keluarga termasuk verbal, fisik dan seksual
7. Memiliki senjata yang berbahaya di rumah
8. Baru keluar dari penjara
9. Terekspos/ terpapar dengan perilaku bunuh diri yang dilakukan oleh orang lain seperti anggota keluarga, teman, bintang film/selebriti yang diidolakan
Banyak orang yang mengalami faktor risiko tersebut tetapi tidak melakukan bunuh diri, perlu diperhatikan bahwa perilaku bunuh diri adalah tanda adanya suatu stres yang berat yang dialami oleh orang tersebut. Setiap pikiran dan perilaku bunuh diri harus dianggap sebagai suatu hal yang serius dan segeralah mencari pertolongan.
Penanganan
Apabila terdapat tanda, gejala dan faktor risiko mengenai perilaku bunuh diri maka perlu segera dilakukan penanganan. Hal-hal yang bisa dilakukan antara lain adalah:
1. Lakukan komunikasi dan pendampingan yang intensif untuk memastikan apa yang dikhawatirkan tidak benar
2. Katakan bahwa dia tidak sendirian, ada banyak yang mau dan bersedia membantu
3. Memberikan respons krisis dengan segera sesuai dengan tingkatan level risiko bunuh diri
melakukannya
melakukannya
menerus berniat melakukannya
4. Tawarkan bantuan dan bawa konsultasi ke profesional kesehatan jiwa yang akan memeriksa dan memberikan penatalaksanaan yang sesuai.
5. Berusaha untuk proaktif untuk menawarkan bantuan ketika muncul ide-ide bunuh diri lagi dengan meninggalkan nomor telepon
6. Pindahkan benda-benda yang berbahaya yang bisa menjadi alat untuk melakukan bunuh diri.
Terapi
Saat dibawa ke profesional kesehatan jiwa maka orang yang melakukan perilaku bunuh diri akan mendapatkan terapi yang sesuai dengan kondisi kejiwaan yang dialaminya.
Are You OK? (Apakah kamu baik baik saja?)
Pertanyaan tersebut sederhana tetapi dapat mengubah hidup seseorang. Hidup di zaman sekarang banyak sekali stresornya, belum lagi trauma psikologis di masa lalu dan overthinking terhadap masa depan. Hal ini menyebabkan setiap orang sedang tidak baik-baik saja hidupnya.
“Are You OK?” menunjukkan kepedulian kita kepada teman, sahabat, keluarga, rekan kerja atau siapapun yang kita temui sehari-hari. Kadang kita ingin menanyakannya tapi tidak jadi karena merasa sungkan, aneh, tidak cocok, berlebihan, dll. Padahal sebenarnya pertanyaan ini adalah pertanyaan kunci yang dapat mengubah kehidupan seseorang.
Kapan kita menanyakan “Are You OK?” Yaitu ketika kita melihat dan memperhatikan terdapat hal-hal ini pada rekan kita:
Apabila kita menemukan tanda tanda seperti di atas, kemudian lakukanlah 4 langkah ini :
1. Tanyakan “Apakah kamu baik baik saja?”
2. Mendengar tanpa menghakimi
3. Mendorong untuk mencari solusi, pilihan pilihan, berkonsultasi dengan profesional
4. Memastikan bahwa keadaannya sudah lebih baik.
Setiap saat kita menunjukkan kepedulian kita kepada seseorang maka dunia ini menjadi lebih indah, cerah dan menyenangkan. Dan bagi kita yang menerima pertanyaan itu, It's OK to say YOU'RE NOT OK, tidak apa bila kita bilang saya tidak baik-baik saja saat ini dan mulailah bercerita agar beban menjadi lebih ringan.
Setiap dari kita, siapapun kita, apapun profesi dan jabatan kita punya peranan penting untuk memberikan suatu perubahan. Mari bersama mencegah bunuh diri.
"Bunuh diri tidak mengakhiri hidup menjadi lebih buruk, tapi bunuh diri menyudahi kemungkinan hidup untuk lebih baik. "
"Buluh yang terkulai tak kan dipatahkan-Nya, sumbu yang t'lah pudar tak kan dipadamkan-Nya"
Salam SEJI-GO
(Sehat Jiwa Bersama Lahargo)
Referensi:
Linbo Li & Hui Yang. (2023) Heterogeneity in Adolescents’ Non-Suicidal Self-Injury Behaviour Trajectories Based on the Group-Based Trajectory Model and a Decision Tree Analysis of Family-Related Determinants. Psychology Research and Behavior Management 16, pages 3359-3371.
Sarah Kim & Ju Hee Park. (2022) Does Parental Psychological Control Affect Non-Suicidal Self-Injury of Adolescents via Depression?. Family and Environment Research 60:4, pages 535-547.
https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/suicide