Rabu, 07 Agustus 2024 15:40 WIB

Dentin Hipersensitif

Responsive image
208
Promosi Kesehatan, Tim Hukum dan Humas - RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten

Dentin hipersensitif adalah masalah umum yang bisa terjadi pada siapa saja, baik pria maupun wanita, terutama pada mereka yang sudah berusia lanjut. Sensasi nyeri atau gatal ini tidak hanya muncul ketika gigi terkena makanan atau minuman dingin, tetapi juga bisa disebabkan oleh hal-hal yang tampaknya tidak berkaitan, seperti udara atau angin saat membuka mulut. Terkadang sulit untuk mendeskripsikan rasa nyeri yang dirasakan, namun umumnya dilaporkan sebagai rasa tajam yang hanya berlangsung sebentar. Nyeri atau ketidaknyamanan pada gigi bisa disebabkan oleh adanya dentin yang terpapar langsung ke lingkungan luar. Hal ini bisa disebabkan oleh beberapa faktor seperti karies, sindrom gigi retak, atau kondisi lain yang tidak melibatkan karies, seperti abrasi, erosi, atrisi, atau abfraksi. Gangguan ini dapat dikategorikan sebagai nyeri dengan atau tanpa kavitas. Oleh karena itu, penting bagi seorang klinisi untuk mengidentifikasi penyebab nyeri dengan tepat agar dapat memberikan perawatan yang sesuai. Dokter gigi harus dengan teliti membedakan apakah nyeri tersebut disebabkan oleh peradangan pulpa akibat karies, terutama jika karies tersebut tersembunyi, atau oleh faktor lain. Ciri utama dari dentin hipersensitif adalah nyeri yang terasa tajam, akut, dan singkat pada dentin yang tidak terlindungi oleh email. Nyeri ini adalah respons pulpa terhadap rangsangan termal, taktil, osmotik, atau kimia, tanpa adanya infeksi bakteri. Beberapa pasien melaporkan nyeri yang tajam dan singkat, sementara yang lain mengalami sensasi berbeda. Nyeri yang dirasakan hanya menunjukkan gejala yang tidak jelas. Rasa sakit ini mungkin dirasakan pada satu atau lebih gigi. Makalah ini akan membahas penyebab dentin hipersensitif, cara rangsangan menyebar, dan penanganan perawatan dentin hipersensitif.

Deteksi pasien dentin hipersensitif

Dalam mendiagnosis dentin hipersensitif, penting untuk memperhatikan adanya dentin yang tidak terlindungi serta tubulus dentinalis yang terbuka. Dua aspek utama yang harus diperhatikan adalah lesi, yaitu apakah dentin terbuka karena hilangnya enamel atau jaringan periodontal, dan aktivasi lesi, yaitu apakah tubulus dentin terbuka dan memengaruhi pulpa.

Untuk mempermudah deteksi dentin hipersensitif, dapat dilakukan dengan cara menghembuskan air atau udara ringan menggunakan syringe tiga arah, serta menyentuh area dengan sonde atau alat logam. Pada kasus dentin hipersensitif, ketidaknyamanan biasanya segera hilang setelah penyebabnya diatasi, berbeda dengan sindrom gigi retak di mana rasa nyeri akan tetap ada.

Beberapa pertanyaan yang dapat membantu dalam mendeteksi dentin hipersensitif meliputi:

1.    bagaimana sifat rasa sakit—apakah tajam, tumpul, atau menyakitkan

2.    apakah rasa sakitnya menetap atau hilang segera

3.    apakah rasa sakit dipicu oleh dingin, panas, sentuhan, atau pengunyahan

4.    apakah rasa sakit muncul secara tiba-tiba atau kapan saja; 5) apakah ketidaknyamanan hanya pada satu gigi, beberapa gigi, atau seluruh gigi

5.    apakah rasa sakit meningkat di pagi hari

6.    apakah pasien menghindari makanan atau minuman tertentu; 8) makanan apa saja yang menyebabkan ketidaknyamanan dan berapa lama ketidaknyamanan dirasakan.

Dentin yang hipersensitif, baik akibat adanya kavitas dari karies maupun non-karies, memerlukan restorasi yang tepat, seperti pelapisan dengan semen ionomer kaca, bahan adesif, atau komposit. Untuk kasus tanpa kavitas, terdapat berbagai bahan dan teknik yang dikembangkan untuk mengatasi keluhan hipersensitivitas dentin, antara lain pasta gigi khusus, iradiasi laser karbon dioksida, dentin adesif, agen antibakteri, aldehida, suspensi resin, pembilasan dengan fluoride, varnish fluoride, kalsium fosfat, potasium nitrat, dan oksalat. Agen desensitisasi dapat diklasifikasikan berdasarkan cara pemberian, yaitu di rumah atau di klinik, serta berdasarkan mekanisme aksi mereka. Mekanisme aksi agen desensitisasi termasuk mengganggu respons saraf terhadap stimulus nyeri (misalnya, potasium nitrat) atau memblokir aliran cairan tubulus dentinalis untuk menutup tubulus tersebut.

 

Referensi :

Barlow APS, Mason SC. Overview of the clinical evidence for the use of novamin in providing relief from the pain of dentin hypersensitive. J Clin Dent 2011

Fouad AF, Levin L. Pulpal reaction to caries and dental procedures. In: Hargreaves KM, Cohen S. Cohen’s pathways of the pulp. 10th Ed. Missouri: Mosby Elsevier; 2011. p.504

Fouad AF, Levin L. Pulpal reaction to caries and dental procedures. In: Hargreaves KM, Cohen S. Cohen’s pathways of the pulp. 10th Ed. Missouri: Mosby Elsevier; 2011. p. 510

Perdigão J, Swift EJ, Walter R. Fundamental concept of enamel and dentin adhesion. In: Heymann HO, Swift Jr EI, Ritter AV. Sturdevant’s art and science of operative dentistry. 6 th Ed. St Louis: Elsevier; 2013. p.133-4