Anemia adalah suatu keadaan dimana jumlah sel darah merah atau kadar hemoglobin (Hb) di dalam darah lebih rendah daripada nilai normal untuk kelompok orang menurut umur dan jenis kelamin. Pada orang sehat butir-butir darah merah mengandung hemoglobin, yaitu sel darah merah yang bertugas untuk membawa oksigen serta zat gizi lain seperti vitamin dan mineral ke otak dan ke jaringan tubuh.
Pemeriksaan darah sederhana bisa menentukan adanya anemia, pemeriksaan tersebut merupakan bagian dari hitung jenis darah komplit dimana persentase sel darah merah volume darah total (hematocrit) dan jumlah hemoglobin dapat diketahui. Kadar Hb normal pada laki-laki dan perempuan terdapat perbedaan. Berdasarkan klasifikasi World Health Organization (WHO), kondisi anemia pada perempuan adalah <12>
Gejala yang dapat ditimbulkan akibat anemia diantaranya adalah sebagai berikut cepat lelah, wajah pucat, kurang bergairah, tidak mampu berkonsentrasi, mengantuk, kurang selera makan, pusing, sesak nafas, mudah kesemutan, rasa mual, jantung berdebar dan warna kulit, serta bagian putih kornea mata tampak kekuningan.
Penyebab seseorang bisa mengalami kondisi anemia dipengaruhi berbagai hal, diantaranya adalah sebagai berikut.
Kebiasaan makan yang ideal, yaitu frekuensi makan tiga kali sehari dengan rentang waktu makan yang hampir sama dalam sehari, dan ditambah dua makanan ringan porsi kecil yang menyehatkan.14 Pola konsumsi makanan yang sering tidak teratur, sering jajan, sering tidak sarapan, dan sama sekali tidak makan siang. Kondisi tersebut, ditambah juga dengan kebiasaan mengkonsumsi minuman yang menghambat absorbsi zat besi akan mempengaruhi kadar hemoglobin.
Beberapa pengobatan yang diterapkan adalah bertujuan untuk meningkatkan nilai hemoglobin sehingga dapat kembali ke nilai normal, dengan tujuan pengobatan tersebut diharapkan dapat menghilangkan gejala yang dialami penderita. Pengobatan juga harus diarahkan untuk mengatasi penyebab anemia, diantara nya adalah sebagai berikut.
Penyakit jantung adalah suatu kondisi penyakit yang berkaitan dengan gangguan struktur jantung dan atau gangguan fungsi jantung. Berdasarkan periode waktu, penyakit jantung sering dikenal dengan istilah akut dan kronis. Salah satu yang sering menjadi pembahasan penyakit jantung adalah gagal jantung. Gagal jantung secara umum didefinisikan sebagai ketidakmampuan jantung untuk memompa darah beserta nutrientnya, dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan, baik pada saat istirahat maupun selama aktifitas.1 Insidens gagal jantung diperkirakan 1-3 per 1000 penduduk pada usia di atas 25 tahun, dan menjadi 3-13 % pada populasi usia di atas 65 tahun.
Beberapa faktor secara umum yang dapat menyebabkan penyakit gagal jantung diantaranya adalah kebiasaan merokok, diabetes, hipertensi, kolestrol, kelebihan berat badan hingga stress. Ada tiga faktor lainnya yang tidak bisa dihindari oleh manusia yakni factor keturunan dan latar belakang keluarga, faktor usia dan jenis kelamin yang banyak ditemui pada kasus kegagalan jantung. Selain hipertensi, penyebab gagal jantung adalah kelainan otot jantung, ateriosklerosis dan peradangan pada miokardium. Kemudian, terdapat kondisi tertentu yang dapat meningkatkan resiko penyakit gagal jantung seperti kondisi anemia kronis (anemia yang terjadi pada periode waktu yang lama).
Kondisi Anemia dapat meningkatkan resiko gagal jantung berkaitan dengan konsentrasi Hemoglobin yang merupakan petunjuk penting terhadap distribusi oksigen ke otot selama aktifitas. Pada pasien dengan gagal jantung kemampuan kompensasi fisiologis terhadap penurunan kadar Hb berkurang, sehingga terjadi penurunan kapasitas aerobik sebagai respons terhadap anemia. Beberapa peneliti melaporkan adanya hubungan antara penurunan Hb dengan meningkatnya perburukan kelas fungsional gagal jantung berdasarkan klasifikasi NYHA (New York Heart Association).
Anemia menyebabkan ketidaknormalan fungsi dan struktur jantung. Kurangnya jumlah darah yang mengalir ke pembuluh darah tepi akibat anemia menyebabkan pelebaran pembuluh darah dan penurunan tekanan darah. Keadaan ini akan mengaktifkan sistem hormonal, menyebabkan penurunan aliran darah ginjal dan laju filtrasi glomerulus, serta meningkatkan penyerapan air dan garam. Meningkatnya volume cairan ekstrasel akibat retensi cairan menyebabkan hemodilusi dan semakin rendahnya kadar Hb. Volume plasma yang berlebih menyebabkan beban jantung bertambah dan mengakibatkan dilatasi ventrikel. Pada perlangsungan yang lama, terjadi penebalan dinding ventrikel kiri, kematian otot jantung dan gagal jantung yang selanjutnya memperburuk anemia.
Referensi:
Pereira CA, Roscani MG, Zanati SG, Matsubara BB (2013). Anemia, heart failure and evidence-based clinical management. Arq Bras Cardiol. 2013, 101:87-92.
Siddiqui S W, Ashok T, Patni N, et al. (2022) Anemia and Heart Failure: A Narrative Review. Cureus 14(7): e27167. DOI 10.7759/cureus.27167.
World Health Organization (2011). Haemoglobin concentrations for the diagnosis of anaemia and assessment of severity. https://www.who.int/publications/i/item/WHO-NM
Sumber gambar: https://www.freepik.com/free-vector/stress-concept-illustration_8252024.htm#fromView=search&page=1&position=12&uuid=2380ef91-8d2c-4da3-9f9d-b3fcd4b366a5