Senin, 05 Agustus 2024 12:11 WIB

Penyakit Jantung Koroner di Usia Muda : Faktor Risiko dan Pencegahan

Responsive image
692
dr. Nada Putri Pranidya - RS Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita Jakarta

Penyakit jantung koroner (PJK) umumnya tidak hanya mengancam generasi yang lebih tua, tetapi juga bisa menyerang individu muda. Penyakit jantung koroner yang secara tradisional dikaitkan dengan orang tua kini semakin menjadi perhatian pada orang dewasa muda. Setelah dianggap sebagai penyakit pada populasi yang menua, PJK, yang mencakup kondisi seperti infark miokard (serangan jantung) dan angina tidak stabil, kini bermanifestasi pada individu yang berusia di bawah 40 tahun. Pergeseran demografi ini menggarisbawahi pentingnya memahami faktor risiko, gejala, dan tindakan pencegahan yang spesifik untuk orang dewasa muda.

Prevalensi penyakit jantung koroner berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 sebesar 0,5%. Hasil Riskesdas ini menunjukkan penyakit jantung koroner berada pada posisi ketujuh tertinggi Penyakit Tidak Menular (PTM) di Indonesia. Berdasarkan profil penyakit tidak menular Kementrian Kesehatan tahun 2016, diketahui bahwa di Indonesia, PJK banyak terjadi pada kelompok umur di atas atau sama dengan 60 tahun dan kelompok umur 35-59 tahun dengan jumlah masing-masing sebanyak 2.228 kasus dan 1.934 kasus.

Dampak dari munculnya penyakit jantung koroner pada usia muda akan menimbulkan dampak yang cukup serius. Dampak tersebut seperti menurunnya produktivitas dan penderita akan terus menggunakan pelayanan kesehatan sepanjang hidup mereka. Selain itu, penyakit jantung koroner pada usia muda juga berdampak pada kondisi sosio-ekonomi pasien, keluarga penderita serta berdampak pada psikologis penderita.

Penyakit jantung koroner adalah gangguan fungsi jantung akibat otot jantung kekurangan darah karena penyumbatan atau penyempitan pada pembuluh darah koroner akibat kerusakan pada lapisan dinding pembuluh darah. Hal ini dapat menyebabkan pasokan oksigen ke jantung tidak mencukupi. Gejala yang dapat timbul seperti nyeri dada, sesak napas, dan kelelahan yang tidak wajar. Penting untuk memahami bahwa deteksi dini adalah hal yang sangat penting dan pencegahan melalui gaya hidup sehat menjadi langkah yang efektif.

Artikel ini akan membahas lebih lanjut tentang faktor-faktor risiko yang dapat meningkatkan kemungkinan terkena penyakit jantung koroner di usia muda, serta memberikan panduan praktis mengenai perubahan gaya hidup yang dapat membantu melindungi jantung Anda.

 Apa saja Faktor Risiko dari Penyakit Jantung Koroner pada Usia Dewasa Muda?

Penyakit jantung koroner disebabkan oleh banyak faktor sehingga dikenal sebagai penyakit multifaktorial. Ada beberapa faktor yang dapat dimodifikasi dan faktor yang tidak dapat dimodifikasi yang dapat menyebabkan PJK. Beberapa diantaranya yaitu :

1.    Faktor Genetik

Penyakit ini disebabkan oleh faktor genetik dan respon lingkungan yang berbeda.

2.    Usia

Usia secara signifikan mempengaruhi terjadinya penyakit jantung koroner. Semakin tua usia seseorang, maka risiko terkena berbagai penyakit termasuk penyakit jantung koroner juga semakin tinggi.

3.    Jenis Kelamin

Jenis kelamin menyebabkan penyakit jantung koroner karena perbedaan hormon yang dimiliki oleh perempuan dan laki-laki.

4.    Aktivitas fisik

Aktivitas fisik juga merupakan prediktor penyakit jantung koroner. Orang yang sering melakukan aktivitas fisik lebih terlindungi dari risiko penyakit jantung koroner. Sedangkan orang-orang dengan sedentary lifestyle dan obsesitas akan lebih mudah terkena serangan jantung koroner.

5.    Diet

Diet yang tidak sehat seperti konsumsi makanan cepat saji berkorelasi dengan peningkatan risiko terkena penyakit jantung koroner. Orang yang mengonsumsi makanan cepat saji dalam jumlah banyak mungkin memiliki risiko beberapa penyakit kronis, termasuk penyakit jantung koroner.

6.    Merokok

Nikotin yang dikandung oleh rokok dapat menyebabkan inflamasi dan ketidakstabilan plak arteri koroner yang akan memicu terjadinya serangan jantung koroner.

7.    Hipertensi

Hipertensi dapat menyebabkan disfungsi endotel, sehingga dapat mempengaruhi proses atherosclerosis dan membuat plak aterosklerosis menjadi tidak stabil. Hipertrofi ventrikel kiri, yang merupakan komplikasi umum dari hipertensi juga dapat meningkatkan kebutuhan oksigen miokard, yang dapat berkontribusi terhadap iskemia miokard.

8.    Komorbid lainnya

Komorbiditas lainnya seperti diabetes melitus dapat mempengaruhi PJK oleh karena disfungsi endotel yang dipengaruhi oleh resistensi insulin yang dapat meningkatkan kejadian inflamasi dan akumulasi lipid akibat ekpresi berlebihan dari beberapa sitokin.

Beberapa faktor risiko yang dapat dimodifikasi termasuk kurangnya aktivitas fisik, obesitas, stres, konsumsi alkohol yang berlebihan, program diet yang tidak sehat, merokok, dislipidemia, hipertensi, dan diabetes melitus. Sementara itu, faktor yang tidak dapat dimodifikasi adalah etnis, jenis kelamin, dan usia. Pada pasien muda, beberapa faktor yang seringkali mempengaruhi diantaranya adalah perokok, pria, obesitas, dan memiliki riwayat keluarga yang positif memiliki riwayat penyakit PJK.

Bagaimana Cara Mencegahnya?

1.  Melakukan pemeriksaan kadar kolesterol secara rutin.

Memeriksa kadar HDL (High Density Lipoprotein) atau yang biasanya disebut sebagai lemak yang baik karena memiliki kadar kolesterol rendah serta kadar protein yang tinggi dan kadar non-HDL salah satu contohnya adalah LDL (Low Density Lipoprotein) atau yang biasa dikenal sebagai lemak jahat karena memiliki kadar kolesterol yang lebih tinggi dibanding kadar proteinnya, menjadi salah satu highlight pada manajemen resiko PJK. Dengan rendahnya kadar HDL tersebut memiliki resiko lebih tinggi untuk terkena penyakit PJK dan penyakit jantung lainnya.

2.  Menerapkan diet yang sehat

Diet tetap menjadi bagian penting dari manajemen penyakit gangguan lemak. Dengan mengurangi makanan atau minuman yang mengandung kadar lemak yang tinggi serta mengonsumsi makanan-makanan yang mengandung kadar protein yang lebih tinggi dibanding kadar lemaknya, maka hal ini dapat membantu menurunkan resiko terjadinya peningkatan kadar non-HDL dan peningkatan kadar HDL yang memiliki peran penting dalam resiko PJK.

3.  Olahraga rutin

Aktivitas fisik sangat berhubungan dengan penurunan kejadian penyakit jantung koroner karena aktivitas fisik dapat mengendalikan faktor risiko penyakit jantung koroner, yaitu obesitas, hipertensi, dan diabetes. Aktivitas fisik dapat mempengaruhi trombosis, penurunan inflamasi sistemik, penundaan proses aterosklerosis, dan perbaikan disfungsi endotel. Disarankan untuk melakukan aktivitas fisik secara teratur dalam 3-5 hari dalam seminggu dengand durasi 30 menit agar dapat meningkatkan kadar kolesterol high-density lipoprotein (HDL) sebesar 4 mg/dL dan dapat menurunkan kadar kolesterol low-density lipoprotein (LDL) sebesar 10 mg/dL yang akan mempengaruhi penurunan risiko jantung koroner.

4.  Melakukan pemeriksaan tekanan darah secara rutin

Hal ini agar dapat memonitor tekanan darah serta melakukan manajemen untuk gaya hidup yang baik.

5.  Berhenti merokok

Disarankan untuk berhenti merokok dan menghirup asap rokok agar serta merta mengurangi kemungkinan terjadinya penyakit jantung koroner.

6.   Melakukan pemeriksaan gula darah secara berkala

Anda bisa mengetahui apakah anda mengidap diabetes atau tidak. Karena diabetes bisa menjadi salah satu pemicu terjadinya PJK, terutama bagi mereka yang memiliki riwayat diabetes di dalam keluarga.

Dengan pemahaman lebih lanjut tentang faktor risiko, gejala, dan langkah-langkah pencegahan, kita dapat menghadapi tantangan penyakit jantung koroner dengan lebih bijak. Mengadopsi gaya hidup sehat dan rutin memantau kesehatan jantung menjadi kunci untuk memastikan bahwa kita dapat menikmati hidup yang panjang dan bermakna tanpa terbebani oleh risiko penyakit jantung koroner di usia muda.

 

Referensi :

LaRosa, J.C (2001). Prevention and Treatment of Coronary Heart Disease Who Benefits? American Heart Association, 1688-1692.

Leon BM, Maddox TM (2015). Diabetes and cardiovascular disease: Epidemiology, biological mechanisms, treatment recommendations and future research. World J Diabetes. 6(13):1246-58.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (2016). Profil Penyakit Tidak Menular Tahun 2016. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 30–32.

Rubin JB, Borden WB (2012). Coronary heart disease in young adults. Curr Atheroscler Rep. 14(2):140-9.

Viikari, J.S., Niinikoski, H., Juonala, M., Raitakari, O.T., Lagström, H., Kaitosaari, T., Rönnemaa, T. and Simell, O. (2004). Risk factors for coronary heart disease in children and young adults. Acta Paediatrica, 93, 34-42.

Sumber gambar: https://www.freepik.com/free-photo/top-view-world-heart-day-concept-with-stethoscope_9472231.htm#fromView=search&page=1&position=23&uuid=1d9b9bef-ff63-4835-b6f3-b14d00a3598f