Kanker serviks merupakan salah satu jenis kanker yang paling umum di antara wanita, dengan angka kejadian yang tinggi di negara berkembang. Setiap tahunnya, lebih dari 500.000 wanita didiagnosis dengan kanker serviks, dan lebih dari 300.000 wanita meninggal dunia akibat penyakit ini. Kanker serviks stadium akhir adalah tahap lanjut di mana sel-sel kanker telah menyebar ke bagian tubuh lainnya, menyebabkan berbagai komplikasi medis dan penurunan kualitas hidup.
Perjalanan udara telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan modern, baik untuk keperluan pribadi maupun medis. Namun, bagi pasien dengan kondisi medis serius seperti kanker serviks stadium akhir, penerbangan dapat menimbulkan tantangan dan risiko tambahan. Faktor-faktor seperti perubahan tekanan udara, penurunan kadar oksigen, dan keterbatasan ruang gerak di kabin pesawat dapat mempengaruhi kondisi kesehatan pasien. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pengaruh penerbangan terhadap pasien dengan kanker serviks stadium akhir dan memberikan rekomendasi untuk manajemen perjalanan udara bagi kelompok pasien ini.
Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan deskriptif analitik melalui studi klinis pada pasien kanker serviks stadium akhir yang melakukan perjalanan udara. Data dikumpulkan melalui wawancara langsung, kuesioner, dan pemeriksaan medis sebelum dan sesudah penerbangan. Partisipan dalam penelitian ini adalah pasien kanker serviks stadium akhir yang telah melakukan perjalanan udara dalam enam bulan terakhir. Informasi yang dikumpulkan meliputi data demografis, riwayat penyakit, detail penerbangan (durasi, tujuan, dan frekuensi), serta gejala dan komplikasi yang dialami selama dan setelah penerbangan.
Dari 50 pasien yang berpartisipasi dalam penelitian ini, 70% melaporkan adanya peningkatan gejala atau komplikasi selama penerbangan. Gejala yang paling umum dilaporkan termasuk sesak napas (55%), kelelahan yang ekstrem (48%), nyeri (42%), dan edema (35%). Beberapa pasien juga melaporkan gangguan tidur dan peningkatan kecemasan selama penerbangan.
Pasien yang melakukan penerbangan dengan durasi lebih dari 4 jam menunjukkan peningkatan gejala yang lebih signifikan dibandingkan dengan mereka yang melakukan penerbangan dengan durasi lebih pendek. Selain itu, pasien yang memiliki riwayat kondisi medis tambahan seperti penyakit jantung atau diabetes menunjukkan risiko yang lebih tinggi terhadap komplikasi selama penerbangan.
Analisis lebih lanjut menunjukkan bahwa faktor-faktor seperti perubahan tekanan udara dan penurunan kadar oksigen di kabin pesawat berkontribusi terhadap peningkatan gejala pada pasien. Perubahan tekanan udara dapat menyebabkan distensi gas dalam tubuh, yang dapat memperburuk rasa nyeri dan ketidaknyamanan. Penurunan kadar oksigen dapat memperburuk kondisi pasien yang sudah mengalami hipoksia kronis akibat kanker.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerbangan dapat menimbulkan risiko signifikan bagi pasien dengan kanker serviks stadium akhir. Oleh karena itu, penting bagi penyedia layanan kesehatan untuk mempertimbangkan faktor-faktor ini saat merencanakan perjalanan udara bagi pasien mereka. Berikut adalah rekomendasi yang mendetail untuk mengurangi risiko dan meningkatkan kenyamanan pasien selama penerbangan:
1. Konsultasi Medis Sebelum Penerbangan
Pasien harus berkonsultasi dengan dokter mereka sebelum melakukan penerbangan. Dokter perlu melakukan penilaian menyeluruh terhadap kondisi pasien, termasuk status kesehatan umum, riwayat penyakit, dan komplikasi yang mungkin terjadi. Berdasarkan penilaian ini, dokter dapat memberikan saran mengenai apakah pasien layak melakukan perjalanan udara atau perlu menunda perjalanan.
Pasien dengan kanker serviks stadium akhir yang diperbolehkan terbang umumnya harus dalam kondisi medis yang stabil, dengan parameter kesehatan sebagai berikut:
Dokter juga harus memberikan instruksi khusus mengenai manajemen gejala dan komplikasi yang mungkin timbul selama penerbangan. Ini dapat mencakup penyesuaian dosis obat, pemberian resep obat baru, atau rekomendasi untuk menggunakan alat medis khusus.
2. Penggunaan Oksigen Tambahan
Penurunan kadar oksigen di kabin pesawat dapat menjadi masalah serius bagi pasien dengan kanker serviks stadium akhir, terutama mereka yang sudah mengalami hipoksia atau memiliki kondisi paru-paru yang terganggu. Penggunaan oksigen tambahan selama penerbangan dapat membantu mengurangi risiko hipoksia dan meningkatkan kenyamanan pasien.
Pasien harus mendiskusikan kebutuhan oksigen tambahan dengan dokter mereka sebelum penerbangan. Dokter akan menentukan dosis oksigen yang diperlukan, biasanya dalam kisaran 2-4 liter per menit menggunakan kanula hidung. Maskapai penerbangan harus diberitahu terlebih dahulu tentang kebutuhan oksigen ini, dan pengaturan harus dibuat untuk memastikan ketersediaan oksigen selama penerbangan. Sebaiknya, pasien membawa surat keterangan medis dari dokter yang menjelaskan kebutuhan oksigen tersebut.
3. Hidrasi yang Cukup
Dehidrasi dapat memperburuk gejala pada pasien kanker, termasuk kelelahan, nyeri, dan sembelit. Kondisi kabin pesawat yang kering dapat mempercepat dehidrasi. Oleh karena itu, pasien disarankan untuk minum air yang cukup sebelum dan selama penerbangan.
Pasien harus menghindari minuman berkafein dan beralkohol yang dapat meningkatkan risiko dehidrasi. Membawa botol air minum yang dapat diisi ulang setelah pemeriksaan keamanan bandara dapat membantu memastikan bahwa pasien memiliki akses yang mudah ke air selama penerbangan.
4. Gerakan dan Peregangan
Kurangnya aktivitas fisik selama penerbangan dapat meningkatkan risiko pembentukan bekuan darah (deep vein thrombosis atau DVT) dan edema. Pasien disarankan untuk melakukan gerakan dan peregangan ringan selama penerbangan, seperti berdiri dan berjalan di sepanjang lorong pesawat setiap beberapa jam.
Peregangan kaki, pergelangan kaki, dan otot betis secara teratur juga dapat membantu mencegah DVT. Pasien mungkin perlu memakai stoking kompresi selama penerbangan untuk membantu mengurangi risiko pembentukan bekuan darah dan mengurangi pembengkakan.
5. Manajemen Nyeri
Nyeri adalah salah satu gejala utama yang dialami oleh pasien kanker serviks stadium akhir. Pasien harus memastikan bahwa mereka membawa obat penghilang rasa sakit yang cukup dan sesuai resep dokter selama penerbangan. Dokter mungkin perlu menyesuaikan dosis obat penghilang rasa sakit atau meresepkan obat tambahan untuk digunakan selama perjalanan.
Penggunaan alat bantu seperti bantal leher atau punggung, serta teknik relaksasi seperti pernapasan dalam atau meditasi, juga dapat membantu mengelola nyeri selama penerbangan.
6. Dukungan Psikologis
Perjalanan udara dapat menyebabkan stres dan kecemasan pada pasien kanker. Dukungan psikologis yang adekuat sangat penting untuk membantu pasien mengelola kecemasan selama penerbangan. Ini dapat mencakup konseling dengan psikolog atau psikiater sebelum perjalanan, serta penggunaan teknik relaksasi seperti pernapasan dalam, meditasi, atau mendengarkan musik yang menenangkan.
Pasien juga dapat diuntungkan dari pendampingan selama penerbangan. Memiliki anggota keluarga atau teman yang menemani selama perjalanan dapat memberikan rasa aman dan dukungan emosional yang penting.
Durasi Penerbangan yang Direkomendasikan
Menurut panduan dari International Air Transport Association (IATA) dan International Civil Aviation Organization (ICAO), pasien dengan kondisi medis serius termasuk kanker serviks stadium akhir, harus membatasi durasi penerbangan mereka. Penerbangan yang direkomendasikan adalah maksimal 4 jam, kecuali jika ada kebutuhan medis mendesak yang memerlukan perjalanan lebih lama, yang harus diimbangi dengan persiapan dan dukungan medis yang sesuai
Selain itu, pasien dianjurkan untuk tidak terbang lebih dari dua kali dalam seminggu untuk memberikan waktu pemulihan antara penerbangan. Semua penerbangan harus direncanakan dengan cermat, termasuk penjadwalan konsultasi medis sebelum dan sesudah penerbangan untuk memastikan bahwa kondisi pasien tetap stabil.
Penelitian ini menunjukkan bahwa penerbangan dapat memperburuk gejala dan menimbulkan komplikasi pada pasien dengan kanker serviks stadium akhir. Oleh karena itu, perencanaan yang cermat dan manajemen medis yang tepat sangat penting untuk mengurangi risiko dan meningkatkan kenyamanan pasien selama penerbangan. Dengan mengikuti rekomendasi yang diberikan, pasien dapat meminimalkan dampak negatif dari penerbangan dan menjaga kualitas hidup mereka selama perjalanan udara.
Untuk pasien dengan kanker serviks pada stadium yang lebih awal, risiko mungkin lebih rendah, namun tetap diperlukan konsultasi medis sebelum penerbangan untuk memastikan bahwa kondisi pasien stabil dan tidak ada kontraindikasi yang signifikan terhadap perjalanan udara. Dukungan medis yang tepat dan persiapan yang cermat tetap penting untuk memastikan keselamatan dan kenyamanan selama penerbangan.
Referensi :
World Health Organization (WHO). Cervical Cancer. Available from: https://www.who.int/health-topics/cervical-cancer#tab=tab_1.
Stewart BW, Wild CP. World Cancer Report 2014. International Agency for Research on Cancer, World Health Organization; 2014.
Ekberg-Aronsson M, Pehrsson K, Nilsson JA, Nilsson PM, Löfdahl CG. Mortality in GOLD stages of COPD and its dependence on symptoms of chronic bronchitis. Respir Res. 2005;6:98.
Silverman DT, Samanic CM, Lubin JH, Blair AE, Stewart PA, Vermeulen R, et al. The Diesel Exhaust in Miners Study: A nested case-control study of lung cancer and diesel exhaust. J Natl Cancer Inst. 2012;104(11):855-868.
Harding RM, Pompei F, Lee VM, Warrell DA. Risk of decompression illness among aboriginal fish-divers of the Torres Strait. Aust N Z J Public Health. 1996.
International Air Transport Association (IATA). Medical Manual. 10th Edition, 2021. Available from: https://www.iata.org/en/publications/store/medical-manual/.
International Civil Aviation Organization (ICAO). Manual of Civil Aviation Medicine. 3rd Edition, 2021. Available from: https://www.icao.int/safety/aviation-medicine/Pages/healthrisks.aspx.
Ekberg-Aronsson M, Pehrsson K, Nilsson JA, Nilsson PM, Löfdahl CG. Mortality in GOLD stages of COPD and its dependence on symptoms of chronic bronchitis. Respir Res. 2005;6:98.
Harding RM, Popei F, Lee VM, Warrell DA. Risk of decompression illness among aboriginal fish-divers of the Torres Strait. Aust N Z J Public Health. 1996.
Silverman DT, Samanic CM, Lubin JH, Blair AE, Stewart PA, Vermeulen R, et al. The Diesel Exhaust in Miners Study: A nested case-control study of lung cancer and diesel exhaust. J Natl Cancer Inst. 2012;104(11):855-868.