Rabu, 31 Juli 2024 13:19 WIB

Kesehatan Mental Anak di Era Digital

Responsive image
841
Promosi Kesehatan, Tim Hukum dan Humas - RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten

Penggunaan media sosial semakin meluas seiring waktu berlalu. Tidak hanya orang dewasa, anak-anak pun kini familiar dengan platform tersebut. Kehadiran media sosial tampaknya telah menjadi suatu kebutuhan, sehingga rasanya aneh jika sehari pun kita tidak membukanya. Media sosial memberikan banyak manfaat, seperti menyediakan informasi dalam berbagai bidang, menjadi tempat hiburan, serta memfasilitasi komunikasi dan interaksi antar pengguna dari berbagai lokasi. Namun, di sisi lain, media sosial juga berpotensi memberikan dampak negatif, termasuk mempengaruhi kesehatan mental. Banyak yang belum menyadari bahwa media sosial dapat berkontribusi pada gangguan kesehatan mental, terutama bagi generasi muda yang menghabiskan banyak waktu di platform tersebut. Meskipun tidak ada perbedaan yang signifikan berdasarkan jenis kelamin atau usia dalam prevalensi gangguan mental secara umum, terdapat variasi dalam prevalensi beberapa jenis gangguan mental khusus. Namun, hanya sedikit remaja yang mengalami masalah kesehatan mental yang mencari atau menggunakan layanan dukungan atau konseling dalam 12 bulan terakhir, dengan hanya 2.6% yang melakukannya. Hal ini menyoroti pentingnya akses terhadap layanan kesehatan mental, mengingat hanya sebagian kecil dari remaja yang mengalami masalah tersebut yang mendapatkan bantuan. Lebih dari sepertiga pengasuh utama remaja mengidentifikasi petugas sekolah sebagai penyedia layanan yang paling sering dihubungi. Namun, hanya sedikit pengasuh utama yang mengakui bahwa remaja mereka memerlukan bantuan untuk masalah emosional dan perilaku, meskipun sebagian besar remaja dengan masalah kesehatan mental tidak mendapatkan dukungan yang diperlukan. Selama pandemi COVID-19, sebagian kecil remaja melaporkan peningkatan gejala kecemasan, depresi, kesepian, dan kesulitan berkonsentrasi dibandingkan sebelumnya, menunjukkan dampak negatif yang mereka alami selama krisis kesehatan tersebut. Kesehatan mental melibatkan pengetahuan dan tindakan untuk mengembangkan serta maksimalkan potensi, bakat, dan sifat bawaan seseorang, dengan tujuan mencapai kebahagiaan pribadi dan memberikan dampak positif pada orang lain, serta menghindari gangguan mental. Media sosial saat ini menjadi platform utama bagi banyak orang untuk mengekspresikan diri dan memamerkan kegiatan sehari-hari mereka. Namun, ini juga dapat menimbulkan perasaan iri di antara pengguna lainnya. Melihat kehidupan orang lain yang terlihat lebih baik atau lebih menarik di media sosial dapat memicu perasaan tidak puas dengan diri sendiri dan perasaan iri. Jika tidak ditangani, perasaan ini dapat berkembang menjadi gangguan mental seperti depresi. Individu yang mengalami depresi karena perbandingan sosial ini sering kali merasa tertekan karena mereka merasa hidup mereka tidak seberarti yang terlihat di media sosial. Mereka mungkin merasa gagal, tidak berharga, atau terisolasi. Tekanan ini dapat lebih buruk lagi jika mereka mengalami perundungan online atau dilecehkan oleh pengguna lain. Komentar negatif, penghinaan, atau ejekan di media sosial dapat memperburuk kondisi mental mereka. Dalam kasus yang ekstrem, tekanan mental ini dapat menyebabkan seseorang merasa sangat putus asa bahkan hingga mempertimbangkan atau melakukan tindakan bunuh diri. Media sosial, yang seharusnya menjadi alat komunikasi dan hiburan, dapat berubah menjadi sumber tekanan dan penderitaan bagi mereka yang tidak dapat mengelola dampak negatif dari interaksi sosial online.

Strategi untuk Mengatasi Isu Kesehatan Mental Akibat Media Sosial

1. Membatasi waktu penggunaan media sosial dapat mengurangi risiko masalah kesehatan mental bagi individu yang menghabiskan lebih dari 2 jam setiap hari untuk menggunakan situs jejaring sosial. Temuan ini menunjukkan bahwa penggunaan berlebihan media sosial dapat berdampak negatif pada kesehatan mental seseorang.

2. Berhubungan dengan orang di sekitar kita penting untuk kesehatan mental kita. Menghabiskan banyak waktu di media sosial bisa membuat seseorang kurang berinteraksi dengan lingkungannya karena nyaman dengan media sosial. Namun, ini dapat merugikan kesehatan mental. Berinteraksi langsung dengan orang lain bisa membantu mengatasi masalah mental dengan cara merasa didengar, dimengerti, dan didukung oleh orang lain dalam menghadapi tantangan tersebut.

3. Melakukan aktivitas yang membutuhkan fokus dan konsentrasi seperti bekerja, belajar, atau mengejar hobi bisa menjadi cara efektif untuk mengatasi dampak negatif penggunaan media sosial terhadap kesehatan mental. Saat seseorang terlibat dalam kegiatan ini, mereka cenderung mengurangi waktu yang mereka habiskan di media sosial. Melalui kegiatan produktif ini, seseorang juga bisa merasakan pencapaian dan kepuasan pribadi, yang secara keseluruhan dapat meningkatkan mood dan kesejahteraan mental mereka.

4. Mengajukan konsultasi kepada psikolog atau psikiater adalah langkah yang krusial dalam menangani gangguan mental yang timbul akibat penggunaan media sosial. Mereka adalah ahli kesehatan mental yang memiliki pelatihan untuk mendampingi individu dalam menghadapi berbagai tantangan psikologis dan emosional.

 

Referensi :

Coyne, S. M., Rogers, A. A., Zurcher, J. D., Stockdale, L., & Booth, M. 2020. Does Time Spent  Using  Social  Media  Impact  Mental  Health? : An  Eight  Year  Longitudinal  Study. Computers in Human Behavior, 104, 1-9.

Center for Reproductive Health, University of Queensland, & Johns Bloomberg Hopkins School of Public Health. 2022. Indonesia - National Adolescent Mental Health Survey (I-NAMHS) : Laporan Penelitian. Pusat Kesehatan Reproduksi.

Krcmar, M. 2017. Uses and Gratifications : Basic concepts. The International Encyclopedia of Media Effects.

Nayla,  M.  R.  2024.  Memahami  Dampak  Media  Sosial  terhadap  Kesehatan  Mental Mahasiswa. JIMAD : Jurnal Ilmiah Mutiara Pendidikan, 2(1), 44-56.