Hepatitis adalah penyakit infeksi yang utama menyerang hati dan disebabkan oleh berbagai jenis virus hepatitis seperti A, B, C, D, dan E. Semua virus hepatitis ini menyerang manusia, dengan virus hepatitis B menjadi satu-satunya yang merupakan virus DNA, sementara yang lainnya adalah virus RNA. Meskipun virus-virus ini memiliki karakteristik molekuler dan antigen yang berbeda, mereka menunjukkan kesamaan dalam pola perkembangan penyakitnya. Hepatitis B masih menjadi masalah kesehatan yang signifikan saat ini, dengan banyaknya penderita yang berpotensi mengalami sirosis hati atau bahkan kanker. Hepatitis B adalah infeksi yang disebabkan oleh virus hepatitis B (VHB) yang dapat bersifat akut atau kronis. VHB adalah bagian dari keluarga hepadnavirus yang dapat mengakibatkan peradangan hati yang berkepanjangan. Gejala hepatitis B seringkali tidak mencolok, hanya ditandai dengan sedikit kekuningan pada sklera mata dan kulit serta rasa lemas. Berdasarkan laporan , lebih dari 240 juta orang di seluruh dunia menderita infeksi VHB kronis, dan lebih dari 780.000 orang meninggal setiap tahunnya akibat komplikasi yang terkait. Penyakit Hepatitis B dapat dengan mudah menular ke semua orang dari berbagai kelompok usia melalui berbagai cara. Hanya dengan sedikit percikan darah yang mengandung virus Hepatitis B, penyakit ini sudah dapat menular. Umumnya, penularan virus Hepatitis B terjadi melalui cara parental, seperti transfusi darah atau penggunaan jarum suntik yang terkontaminasi. Namun, dengan ditemukannya berbagai bentuk virus Hepatitis B, kini telah teridentifikasi banyak cara penularan lainnya. Hal ini karena virus Hepatitis B dapat ditemukan dalam berbagai cairan tubuh penderita. Oleh karena itu, terdapat beberapa cara penularan yang dikenal, baik secara horizontal maupun vertikal. Albumin adalah protein utama yang diproduksi oleh hati. Fungsinya meliputi pengaturan tekanan onkotik, serta transportasi nutrisi, hormon, asam lemak, dan produk sisa dari tubuh. Jika sintesis di sel hati terganggu, kadar albumin dalam serum bisa menurun. Hipoalbuminemia biasanya terjadi pada kondisi dengan lesi hati yang luas dan kronis. Albumin adalah sejenis protein globular yang memiliki bentuk bulat dan larut dalam larutan yang bersifat asam dan garam encer. Protein ini cenderung mudah mengalami perubahan (denaturasi) ketika terkena suhu tinggi. Albumin dapat ditemukan dalam banyak bahan pangan seperti susu, telur, daging, serta enzim dan hormon. Secara khusus, albumin merupakan protein yang dominan dalam plasma darah, yang berperan penting dalam proses penyembuhan penyakit dan pemulihan pasca operasi. Albumin didistribusikan melalui sistem pembuluh darah di dalam plasma dan di luar pembuluh darah di dalam kulit, otot, dan beberapa jaringan lainnya. Sel hati melakukan sintesa albumin di dua lokasi: pertama, di polisom bebas untuk kebutuhan dalam pembuluh darah, dan kedua, di poliribosom terkait dengan retikulum endoplasma untuk distribusi ke seluruh tubuh. Proses sintesa albumin dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti nutrisi, terutama asam amino tertentu seperti triptofan, arginin, ornitin, lisin, fenilalanin, treonin, dan prolin. Hormon seperti tiroid, hormon pertumbuhan, insulin, adrenokortikotropik, testosteron, dan korteks adrenal juga dapat merangsang produksi albumin. Alkohol dan kondisi penyakit tertentu, seperti penyakit hati kronis, gangguan ginjal, atau kekurangan gizi seperti kwashiorkor, dapat menghambat sintesa albumin.
Faktor yang Mempengaruhi Kadar dan Fungsi Albumin.
- Zat gizi dalam makanan yang kita konsumsi berfungsi untuk membentuk albumin, yang terdiri dari zat besi dan protein. Penting untuk memastikan asupan protein dan zat gizi esensial lainnya memadai, sehingga sel-sel hati dapat memproduksi albumin dalam jumlah yang cukup.
- Fungsi hati dan ginjal sangat penting dalam tubuh. Hati memproduksi albumin dalam jumlah besar untuk memenuhi kebutuhan tubuh akan protein ini. Jika fungsi hati terganggu, proses sintesis albumin bisa terhambat. Sementara itu, ginjal memiliki tiga fungsi utama: filtrasi, reabsorpsi, dan ekskresi. Jika salah satu atau semua fungsi ginjal mengalami gangguan, maka kebutuhan tubuh akan albumin juga bisa terganggu.
Referensi :
Baradero, mary. 2008. Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Hati. Penerbit buku kedokteran EGC : Jakarta.
Husadha, Y. 1996, Fisiologi dan Pemeriksaan Hati, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Balai Penerbit FKUI, Jakarta
Mustafa S, Kurniawaty E. 2013. Manajemen gangguan saluran cerna panduan bagi dokter umum. Lampung: Anugrah Utama Raharja(Aura).
Widoyono. 2011. Penyakit Tropis : Epidemiologi, Penularan, Pencegahan dan Pemberantasannya. Jakarta: Erlangga
Widjaja.N.A., Hidayati.N.S., Irwan.R, 2013. Pengaruh Penyakit Infeksi tTerhadap Kadar Albumin Anak Gizi Buruk.