Diare akut merupakan penyebab utama kematian pada anak di bawah lima tahun, menyumbang sekitar 11% total kematian balita di seluruh dunia. Diare akut adalah kondisi di mana frekuensi dan konsistensi tinja mengalami perubahan, sering kali disertai lendir dan darah, dan berlangsung kurang dari 7 hari. Ada sekitar 25 mikroorganisme yang dapat menyebabkan diare, termasuk virus, bakteri, dan parasit. Di negara-negara berkembang, Rotavirus adalah penyebab utama diare akut atau gastroenteritis. Penularan diare akut terjadi melalui kontak dengan feses yang terinfeksi dan biasanya memengaruhi saluran pencernaan bagian atas. Gejalanya meliputi diare berair, demam, mual, muntah, nyeri perut, dan dehidrasi karena kehilangan cairan yang signifikan. Balita, terutama mereka yang berusia antara 12 hingga 23 bulan, memiliki insiden diare akut yang cukup tinggi, berkisar antara 5,2 hingga 6,7%. Hampir semua anak mengalami infeksi diare sebelum mencapai usia lima tahun, terutama pada usia 6 hingga 11 bulan ketika mereka mulai menerima makanan tambahan selain ASI, seperti bubur dan susu formula. Penurunan tingkat antibodi dari ibu dan paparan makanan yang kemungkinan terkontaminasi mikroba patogen dapat meningkatkan risiko diare akut. Namun, faktor lain yang tak kalah pentingnya adalah kebersihan pribadi, sumber air minum, dan fasilitas air bersih. Kejadian diare cenderung menurun pada anak yang lebih tua karena sistem kekebalan tubuh mereka telah lebih terbentuk untuk melawan infeksi. Di negara-negara yang sedang berkembang, Rotavirus menyebabkan sekitar setengah juta kematian setiap tahun. Di sisi lain, di negara maju, meskipun jarang menyebabkan kematian, Rotavirus sering kali menyebabkan rawat inap, terutama di antara anak-anak di bawah 2 tahun.
Tanda dan Gejala Klinis
Infeksi rotavirus menunjukkan gejala khas yang muncul setelah masa inkubasi kurang dari 48 jam. Gejala tersebut termasuk demam ringan hingga sedang, muntah yang seringkali hebat dengan frekuensi yang tinggi, dan awal dari feses cair yang dikeluarkan secara terus-menerus. Salah satu karakteristik khas dari infeksi rotavirus adalah muntah yang sangat parah pada tahap awal penyakit, bisa mencapai 5-10 kali atau bahkan lebih, seringkali disertai dengan demam ringan yang biasanya masih di bawah 38°C. Pada hari kedua hingga kelima, gejala muntah biasanya mulai mereda, kadang hanya disertai mual atau muntah sekali-sekali. Pada hari kedua, biasanya timbul gejala diare yang hebat, bahkan bisa mencapai 5-10 kali buang air besar dalam sehari. Diare ini cenderung berlanjut selama 5-7 hari, dengan jumlah buang air besar yang berangsur-angsur berkurang dari hari ke hari. Pada beberapa kasus, diare yang berkepanjangan dapat terjadi jika diikuti oleh infeksi saluran napas atas, seperti batuk, demam, dan pilek. Diare juga dapat menjadi berkepanjangan jika anak mengalami alergi makanan dan mengonsumsi makanan yang menyebabkan alergi. Biasanya pada hari pertama dan kedua, konsistensi tinja cenderung seperti telur yang sudah basi. Tidak terdapat sel darah merah atau darah putih yang terlihat secara jelas dalam tinja. Dehidrasi bisa terjadi dan memperburuk kondisi dengan cepat, terutama pada bayi. Meskipun sebagian besar bayi yang terinfeksi rotavirus mungkin tidak menunjukkan gejala yang jelas.
Biasanya, tanda-tanda awal penyakit tersebut pada balita adalah ketidaknyamanan yang termanifestasi dalam kegelisahan, peningkatan suhu tubuh, penurunan nafsu makan, bahkan hilangnya selera makan, dan kemudian diikuti oleh kejadian diare. Feses menjadi semakin cair dan kadang-kadang mengandung darah atau lendir, dengan warna yang berubah menjadi hijau karena pencampuran empedu. Karena seringnya buang air besar, area sekitar anus dapat menjadi lecet karena efek asam yang dihasilkan oleh pemecahan laktosa yang tidak dapat diserap oleh usus. Akibat kehilangan cairan dan elektrolit yang berlebihan, gejala dehidrasi dapat terjadi, termasuk penurunan berat badan yang terlihat seperti cekungan pada bagian atas kepala pada bayi. Tonus dan elastisitas kulit juga menurun, dan membran lendir di mulut dan bibir tampak kering.
Referensi :
Siregar, M. 2017. Infeksi Rotavirus Penyebab Diare Akut pada Balita di RSIA Stella Maris Medan.
Widowati, T., Mulyani, N. S., Nirwati, H., & Soenarto, Y. 2016. Diare Rotavirus pada Anak Usia Balita. Sari Pediatri, 13(5), 340-5.
Hasibuan, B., Nasution, F., & Guntur, G. 2016. Infeksi Rotavirus pada Anak Usia di Bawah Dua Tahun. Sari Pediatri, 13(3), 165-8.
Sukardi, W., Sulaksmana, S. P., Wahab, A., & Soenarto, Y. 2013. Diare Rotavirus di Mataram. Jurnal Kedokteran, 2(2).
Fadli, M. Y., & Mutiara, H. 2016. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Diare Akut pada Balita. 6(1), 97-100.
Wija, I. B. E. U., Mildi, F., & Monica, S. G. 2018. Penatalaksanaan Diare Akut pada Lini Pertama.