Senin, 29 Juli 2024 11:58 WIB

Penyakit Jantung Koroner dan Obat Pengencer Darah

Responsive image
181
dr. Ruth S. Ayuningtyas - RS Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita Jakarta

Penyakit Jantung Koroner (PJK) saat ini masih menjadi penyebab kematian tertinggi di dunia. Pada tahun 2015, terhitung sebanyak 111 juta (27%) dari 400 juta kasus Kardiovaskuler di seluruh dunia, merupakan kasus Penyakit Jantung Koroner. Angka tersebut masih disertai tren yang terus meningkat di negara-negara berkembang seperti India dan Indonesia. Dapat diperkirakan 1 dari 20 orang, atau sekitar 5?ri orang dewasa usia 20 tahun ke atas, menderita Penyakit Jantung Koroner. Terapi utama dari penderita PJK salah satunya adalah obat pengencer darah. Berapa lama obat ini harus dikonsumsi, dan apa saja yang harus diperhatikan ketika mengonsumsi obat pengencer darah? Pada artikel ini akan dibahas mengenai hal-hal yang perlu diketahui bila anda atau orang terkasih anda mengalami PJK dan mengonsumsi obat pengencer darah.

Apa itu Penyakit Jantung Koroner? Penyakit Jantung Koroner atau selanjutnya disingkat PJK, merupakan proses patologis di mana pembuluh darah jantung tidak dapat memberikan suplai oksigen secara adekuat, yang terjadi akibat penumpukan plak arterosklerosis pada pembuluh darah jantung. Penumpukan plak ini berkaitan erat dengan gaya hidup seperti pola makan, rutinitas berolah raga dan merokok. Resiko terjadi plak arterosklerosis akan meningkat bila seseorang memiliki kadar kolesterol tinggi, tekanan darah tinggi dan Diabetes.

Tanda dan Gejala PJK. Gejala khas yang dirasakan penderita PJK ialah nyeri dada yang terasa seperti tekanan berat pada bagian tengah atau kiri dada, yang menjalar ke lengan, punggung, atau rahang. Keluhan ini dapat dirasakan secara hilang timbul dan umumnya dipicu oleh stres fisik atau emosional, dan akan berkurang ketika penderita beristirahat atau dalam keadaan lebih tenang. Jika arteri koroner tersumbat secara total, maka akan terjadi kerusakan lanjut pada otot jantung dan pasien akan mengalami serangan jantung. Tanpa penganganan yang tepat, serangan ini dapat berakibat fatal.

Penanganan pasien PJK.

PJK penting untuk segera ditangani untuk mencegah kerusakan lanjut dan ireversibel pada jantung, berikut merupakan  pengobatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi PJK:

Perubahan Gaya Hidup, meliputi berhenti merokok, menjaga pola makan dengan memperbanyak serat dan mengurangi konsumsi gula dan kolesterol. Mengurangi konsumsi alkohol, mengurangi stres dan melakukan olah raga secara rutin.

Tindakan revaskularisasi yaitu mengembalikan aliran darah kaya oksigen ke jantung yang dapat dilakukan dengan obat-obatan, angioplasti koroner atau yang umum dikenal dengan pemasangan ring jantung, dan dengan pembedahan.

Konsumsi obat secara rutin. Pengobatan rutin yang diberikan kepada pasien PJK umumnya meliputi obat kolesterol, obat pengontrol tekanan darah tinggi, pengontrol gula darah bila menderita Diabetes, dan pengencer darah.

Pengencer darah pada pasien PJK merupakan pengobatan yang utama diberikan. Jumlah, jenis dan lama pemberian pengencer darah yang diberikan akan disesuaikan dengan keadaan masing-masing pasien sesuai dengan pertimbangan Dokter Spesialis Jantung yang merawat. Kecuali ditemukan adanya kontraindikasi, secara umum penderita PJK akan mengonsumsi obat pengencer darah seumur hidup. Beberapa hal yang penting untuk diketahui bagi penderita PJK yang mengonsumsi obat pengencer darah ialah efek samping berikut tanda bahaya dan kapan konsumsi obat pengencer darah harus dihentikan.

Efek samping pengencer darah:

·           Nyeri ulu hati

·           Memar pada tubuh

·           Mimisan atau gusi berdarah

·           Perdarahan saluran cerna (BAB hitam atau bercampur darah)

·           BAK bercampur darah

Kapan konsumsi obat pengencer darah dihentikan?

  • Bila terdapat efek samping perdarahan dalam jumlah besar seperti BAB hitam atau bercampur  darah, serta BAK berdarah.
  • Bila mengalami kecelakaan yang mengakibatkan terjadi perdarahan dalam jumlah besar, atau mengalami memar pada area tubuh secara luas.
  • Bila ada rencana tindakan pembedahan, atau tindakan medis lain dengan resiko perdarahan.

Pada kondisi-kondisi di atas, penting untuk menghentikan konsumsi obat pengencer darah dan segera menghubungi Dokter Spesialis anda untuk menentukan ulang regimen pemberian obat anda, sehingga tetap didapatkan terapi yang maksimal dengan menghindari efek samping.

 

Referensi:

World Health Organization; Cardiovascular Diseases (CVDs). Year: 2021. https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/cardiovascular-diseases-(cvds).

Tsao CW, Aday AW, Almarzooq ZI, Beaton AZ, Bittencourt MS, Boehme AK, et al. Heart Disease and Stroke Statistics—2023 Update: A Report From the American Heart Association. Circulation. 2023;147:e93–e621.

Iqbal, A. M., et al. (2019). Antiplatelet medications. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK537062/

Kalyanasundaram A, Lincoff AM., Medscape. Managing adverse effects and drug-drug interactions of antiplatelet agents. Nat Rev Cardiol. 2011 Sep 13;8(10):592-600.

Juhani Knuuti, William Wijns, et al., ESC Scientific Document Group , 2019 ESC Guidelines for the diagnosis and management of chronic coronary syndromes: The Task Force for the diagnosis and management of chronic coronary syndromes of the European Society of Cardiology (ESC), European Heart Journal, Volume 41, Issue 3, 14 January 2020, Pages 407–477, https://doi.org/10.1093/eurheartj/ehz425

Sumber gambar: https://www.freepik.com/free-photo/top-view-heart-shape-with-copy-space_39695798.htm#fromView=search&page=1&position=0&uuid=dce00804-c562-4943-b7df-c0cb7b77bdf3