Kerokan atau guasha adalah terapi tradisional Tiongkok dimana kulit diikis berulang kali menggunakan objek berbentuk seperti sendok tumpul pada area tertentu tubuh. Terapi ini dilakukan di beberapa area tertentu pada tubuh dengan berbagai jenis alat dan teknik manipulasi untuk menyebabkan ptekia “bintik-bintik kecil berwarna ungu, merah, atau coklat pada kulit” dan ekimosis “memar atau kebiruan” sebagai bagian dari Teknik terapi perawatan tersebut. Istilah "GUA" berarti mengikis atau menggosok; "SHA" berarti ptekia dan ekimosis serta perasaan kepuasan.
Guasha bertujuan untuk mengatasi energi stagnan, yang disebut chi, dalam tubuh yang diyakini oleh praktisi dapat menjadi penyebab inflamasi. Inflamasi adalah penyebab mendasar dari beberapa kondisi yang terkait dengan nyeri kronis. Menggosok permukaan kulit diyakini dapat membantu memecah energi ini, mengurangi inflamasi, dan mempromosikan penyembuhan.
Pada umumnya Gua sha dilakukan pada bagian punggung, bokong leher, lengan, dan kaki seseorang. Versi yang lebih lembut bahkan digunakan pada wajah sebagai teknik perawatan wajah. Praktisi dapat memberikan tekanan ringan, dan secara bertahap meningkatkan intensitas untuk menentukan seberapa besar tekanan yang dapat anda tangani.
Mekanisme fisiologis guasha baik pada orang sehat maupun pasien adalah bahwa guasha meningkatkan aliran darah permukaan. Guasha memiliki efek anti-inflamasi dan kekebalan tubuh karena meningkatkan ekspresi heme oksigenase-1, memperpanjang waktu daya tahan tubuh, meningkatkan jumlah sel darah putih dan neutrofil, serta mengurangi nyeri otot dan sindrom kelelahan kronis.
Di Indonesia, praktik tradisional ini dikenal dengan kerokan atau kerikan telah lama menjadi bagian dari warisan budaya dalam bidang penyembuhan. Namun, pertanyaan muncul seputar keamanan praktik ini bagi individu yang mengalami serangan jantung. Artikel ini akan menggali perspektif ilmiah terkait kemungkinan penderita serangan jantung melakukan kerokan, dengan merujuk pada sumber-sumber dari jurnal medis dan sumber terpercaya lainnya.
Meskipun memiliki makna budaya yang mendalam, keamanan praktik seperti ini bagi individu dengan riwayat serangan jantung memerlukan pertimbangan yang cermat. Sebuah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor keterlambatan sampai di rumah sakit pada pasien serangan jantung atau infark miokard akut yang melakukan self medication di RSUD dr. Saiful Anwar Malang menunjukkan bahwa sebanyak 28.1% pasien memilih melakukan kerokan sebagai tindakan awal sebelum ke rumah sakit. Penelitian juga menunjukkan bahwa sebanyak 50.9% pasien tidak langsung ke rumah sakit setelah mengalami serangan jantung namun menunda hingga dilakukan tindakan awal di rumah.
Serangan jantung, atau infark miokard, merupakan keadaan kritis yang membutuhkan respons cepat dan tindakan medis yang tepat guna untuk memaksimalkan peluang keselamatan pasien. Perlunya penanganan cepat terutama terkait dengan kemampuan untuk meminimalkan kerusakan pada otot jantung dan memastikan pemulihan yang optimal. Di dalam situasi ini, tindakan medis seperti kateterisasi jantung atau pengobatan jantung menjadi kunci penting dalam menyelamatkan nyawa pasien.
Pentingnya tindakan cepat tidak hanya terletak pada penanganan medis itu sendiri, tetapi juga pada keputusan yang diambil oleh individu dan sumber pertolongan pertama sejak timbulnya gejala serangan jantung. Salah satu masalah yang sering terjadi adalah keterlambatan dalam mencari bantuan medis atau keputusan untuk pergi ke rumah sakit. Beberapa orang mungkin cenderung mencoba pengobatan tradisional di rumah terlebih dahulu sebelum mencari bantuan medis profesional. Hal ini dapat berpotensi memperlambat transportasi pasien ke fasilitas medis yang memadai dan, sebagai hasilnya, mempertaruhkan nyawa mereka.
Pemeriksaan fisik dan penunjang dalam hal ini rekam jantung atau EKG sangat diperlukan untuk mendiagnosis secara cepat serangan jantung tersebut. Tindakan medis yang paling efektif pada fase awal serangan jantung dengan sumbatan total pembuluh darah sesuai panduan adalah kateterisasi jantung. Prosedur ini melibatkan penyisipan kateter ke dalam pembuluh darah koroner untuk mengevaluasi kondisi dan memulai tindakan yang diperlukan, seperti balon angioplasti atau penempatan stent. Kateterisasi jantung dapat secara signifikan memperbaiki aliran darah ke jantung, mengurangi kerusakan otot jantung, dan meningkatkan prognosis pasien.
Pentingnya penanganan cepat ini diperkuat oleh fakta bahwa serangan jantung sering kali berkembang secara cepat, dan setiap menit dapat membuat perbedaan besar dalam hasil akhir. Jika tindakan medis diambil dalam waktu yang singkat, kerusakan jantung dapat diminimalkan, dan pemulihan pasien dapat berlangsung lebih baik. Keterlambatan bahkan beberapa jam dapat meningkatkan risiko komplikasi serius dan bahkan kematian.
Penting juga untuk mengedukasi masyarakat tentang gejala serangan jantung agar mereka dapat mengenali tanda-tanda yang muncul. Gejala serangan jantung dapat mencakup nyeri dada yang menjalar ke lengan kiri, sesak napas, keringat dingin, dan mual. Kesadaran akan gejala ini dan pengetahuan bahwa penanganan cepat dapat membuat perbedaan hidup-mati dapat mendorong individu untuk mencari bantuan medis segera. Meskipun pengobatan tradisional mungkin memiliki tempatnya dalam kesehatan, serangan jantung adalah keadaan darurat medis yang memerlukan respons cepat dan tindakan yang hanya dapat diberikan oleh profesional medis terlatih. Masyarakat perlu memahami pentingnya segera mencari bantuan medis dan menghindari pengobatan tradisional yang dapat memperlambat proses penanganan serangan jantung.
Dari perspektif ilmiah, keamanan praktik kerokan bagi penderita serangan jantung masih menjadi topik penelitian yang berkembang. Meskipun beberapa studi awal memberikan indikasi bahwa kerokan mungkin tidak langsung membahayakan bagi pasien serangan jantung, penting untuk menilai setiap kasus secara individu dan konsultasi dengan profesional medis sebelum menjalani praktik ini. Pendidikan masyarakat dan penelitian lebih lanjut akan menjadi kunci untuk membawa informasi yang lebih akurat dan memahami dampak kerokan pada kesehatan jantung secara keseluruhan.
Referensi:
Wang, X., Chatchawan, U., Nakmareong, S., Silsirivanit, A., Wang, Y., Xie, D., Yang, J., & Eungpinichpong, W. (2015). Effects of GUASHA on Heart Rate Variability in Healthy Male Volunteers under Normal Condition and Weightlifters after Weightlifting Training Sessions. Evidence-Based Complementary and Alternative Medicine
Higuera, V. (2023). Understanding Gua Sha: Benefits and Side Effects. Healthline. https://www.healthline.com/health/gua-sha
Syafa’ah. K.W. (2014). Faktor-faktor Keterlambatan Sampai di Rumah Sakit Pada Pasien Infark Miokard Akut yang Melakukan Self Medication di RSUD dr. Saiful Anwar Malang. Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya.
Byrne, R. A., Rossello, X., Coughlan, J. J., Barbato, E., Berry, C., Chieffo, A., Claeys, M. J., Dan, G. A., Dweck, M. R., Galbraith, M., Gilard, M., Hinterbuchner, L., Jankowska, E. A., Jüni, P., Kimura, T., Kunadian, V., Leosdottir, M., Lorusso, R., Pedretti, R. F. E., … Ibanez, B. (2023). 2023 ESC Guidelines for the management of acute coronary syndromes. European Heart Journal, 44(38).
Sumber gambar: https://www.freepik.com/free-photo/high-angle-hand-holding-coins_29652402.htm#fromView=search&page=1&position=21&uuid=1247450c-b8d5-4723-abea-d84be601e243
Sumber gambar: https://www.freepik.com/free-photo/high-angle-hand-holding-coins_29652402.htm#fromView=search&page=1&position=21&uuid=1247450c-b8d5-4723-abea-d84be601e243