Kamis, 25 Juli 2024 14:58 WIB

Kapan Sebaiknya Periksa Kesehatan Jantung?

Responsive image
7
dr. Yulia Cahya Khasanah   - RS Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita Jakarta

Jantung adalah salah satu organ terpenting dalam tubuh manusia. Namun, kesehatan jantung masih sering terabaikan, hal ini dibuktikan dengan kematian akibat jantung yang masih menempati 60?ri total kematian mendadak. Selain itu, faktor resiko penyakit jantung sering kali tidak disadari dan tidak bergejala. Padahal, pemeriksaan yang diperlukan untuk screening kesehatan jantung tidak bersifat invasif dan dapat dilakukan oleh dokter selama pemeriksaan fisik rutin. Pemeriksaan tersebut dapat memberikan estimasi risiko kardiovaskular dan menentukan tindakan pencegahan lebih dini. Lalu kapankah sebaiknya periksa kesehatan jantung? Artikel ini akan membahas screening dan waktu yang disarankan untuk memeriksa kesehatan jantung berdasarkan bukti ilmiah.

Berdasarkan pedoman yang ditetapkan oleh American Heart Association, berikut adalah pemeriksaan kesehatan jantung yang paling penting dan seberapa sering pemeriksaan tersebut harus dilakukan:

1.      Tekanan Darah

Tekanan darah tinggi atau hipertensi dapat menambah beban kerja jantung dan merusak pembuluh darah. Hipertensi yang berkepanjangan merupakan faktor risiko utama berkembangnya penyakit jantung termasuk penyakit aterosklerotik, gagal jantung, penyakit katup, fibrilasi atrium serta penyakit serebrovaskular, penyakit ginjal kronis, penyakit retina, dan penyakit metabolik. Hampir separuh stroke dan penyakit jantung iskemik disebabkan oleh hipertensi berkelanjutan.

Jika tekanan darah kurang dari 120/80 mmHg, pemeriksaan dapat diulang setiap 2 tahun sejak umur 20 tahun. Namun apabila lebih tinggi dari 120/80 atau ada riwayat penyakit jantung dalam keluarga, pemeriksaan dapat diulang lebih sering. Pemeriksaan tekanan darah juga dapat dilakukan secara mandiri di rumah dengan tensimeter digital terkalibrasi.

2.      Kolesterol

Kolesterol berlebih merupakan salah satu faktor risiko utama yang berkontribusi terhadap pembentukan plak aterosklerotik. Plak ini meningkatkan kemungkinan terjadinya berbagai dampak klinis negatif, termasuk penyakit arteri koroner, penyakit arteri perifer, aneurisma aorta, dan stroke. Kontributor utama peningkatan risiko pembentukan hal tersebut adalah tingginya kadar low-density lipoprotein (LDL) dalam darah.

Target kolesterol yang baik adalah kolesterol total <200>40 mg/dL pada laki-laki dan HDL >50 mg/dL pada wanita, LDL <130>

3.      Indeks Massa Tubuh

Indeks Massa Tubuh (IMT) adalah ukuran lemak tubuh berdasarkan berat badan seseorang dibandingkan dengan tinggi badannya. Biasanya digunakan sebagai alat skrining untuk menilai apakah individu memiliki berat badan yang sehat. Peningkatan IMT, terutama obesitas berkaitan dengan peningkatan tekanan darah, peningkatan lemak jahat tubuh, peningkatan resiko terjadinya diabetes mellitus, merusak lapisan dalam pembuluh darah, dan meningkatkan beban kerja jantung.

IMT penting bagi kesehatan jantung karena dikaitkan dengan risiko penyakit kardiovaskular. IMT dapat membantu mengidentifikasi individu dengan berat berlebih dan obesitas untuk pertimbangan penurunan berat badan. Pada usia 20 tahun, individu dengan IMT normal (18,5-24,9 kg/m?2;) dapat diukur ulang dan dimonitor setiap satu tahun sekali.

4.      Lingkar Perut

Selain IMT, pengukuran yang lebih spesifik untuk kadar lemak terkait risiko kardiometabolik adalah lingkar perut. Lingkar perut berkaitan dengan meningkatnya resiko penyakit jantung koroner dan diabetes mellitus tipe 2. Pada usia 20 tahun, lingkar perut dapat diukur secara berkala setiap tahun sekali jika normal (<80>

5.      Kadar Gula Darah

Waktu dan frekuensi pemeriksaan gula darah dibagi berdasarkan resiko populasi. Pada populasi umum yang memasuki usia 40 tahun, screening gula darah disarankan dilakukan setiap 1 tahun. Individu berusia 18-39 tahun tanpa faktor risiko yang jelas, disarankan memeriksa gula darah setiap 2 tahun.

Sementara itu, screening dilakukan lebih sering pada individu dengan faktor risiko seperti riwayat keluarga, obesitas, dan gaya hidup yang tidak banyak bergerak. Individu dengan riwayat keluarga diabetes dapat memulai skrining tahunan pada usia 18 tahun. Pada individu yang kelebihan berat badan atau obesitas, disarankan untuk melakukan screening tahunan untuk glukosa darah puasa. Individu yang memiliki darah tinggi atau hipertensi juga disarankan untuk melakukan screening tahunan untuk glukosa darah puasa. Populasi ibu hamil disarankan untuk melakukan screening diabetes pada kehamilan pada visit prenatal pertama dan diulangi pada usia gestasi 24-28 minggu pada individu yang beresiko tinggi. Kadar gula darah yang dikategorikan normal mencakup gula darah puasa <100>

6.      Faktor Pola Hidup (merokok, diet, aktivitas fisik)

Pada usia 20 tahun, gaya hidup sehat dan pemantauan rutin faktor kesehatan jantung lebih dari sekedar anjuran, melainkan kebutuhan untuk kesejahteraan jangka panjang. Individu yang berisiko rendah harus terus mempertahankan gaya hidup sehat. Sementara itu untuk individu yang berisiko namun tidak memiliki gejala, penilaian ini diikuti dengan saran untuk melakukan perubahan gaya hidup tertentu seperti berhenti merokok, mengonsumsi makanan sehat, memperbanyak serat, mengurangi konsumsi garam dan lemak jenuh, dan berolahraga secara teratur. Jika perlu, diberikan obat-obatan untuk mengatasi tekanan darah tinggi, kadar kolesterol tinggi, dan diabetes. Individu yang berisiko dan bergejala dapat menjalani terapi baik dengan obat-obatan atau tindakan medis sesuai dengan penyakitnya.

Pemeriksaan kesehatan jantung ternyata tidak menunggu hingga muncul gejala, melainkan sejak usia muda (sejak 18 hingga 20 tahun). Pemeriksaan kesehatan jantung di usia muda merupakan pendekatan proaktif untuk mencegah penyakit kardiovaskular dengan mengidentifikasi faktor risiko sejak dini, mendorong gaya hidup sehat, dan mengatasi potensi masalah sebelum menjadi penyakit. Pemeriksaan tersebut berkontribusi terhadap kesehatan jangka panjang dan mengurangi kemungkinan timbulnya masalah terkait jantung di kemudian hari. Namun, perlu diketahui bahwa artikel ini mencakup pedoman umum dan tidak dapat menggantikan konsultasi dengan dokter. Konsultasi dokter disarankan untuk rekomendasi yang lebih sesuai keadaan masing-masing individu.

 

Referensi:

Arnett DK, Blumenthal RS, Albert MA, et al. 2019 ACC/AHA Guideline on the Primary Prevention of Cardiovascular Disease: Executive Summary: A Report of the American College of Cardiology/American Heart Association Task Force on Clinical Practice Guidelines [published correction appears in Circulation. 2019 Sep 10;140(11):e647-e648] [published correction appears in Circulation. 2020 Jan 28;141(4):e59] [published correction appears in Circulation. 2020 Apr 21;141(16):e773]. Circulation. 2019;140(11):e563-e595. doi:10.1161/CIR.0000000000000677

Alageel S, Gulliford MC. Health checks and cardiovascular risk factor values over six years' follow-up: Matched cohort study using electronic health records in England. PLoS Med. 2019;16(7):e1002863.

Cardiovascular Institute of the South. When Should You have a Heart Health Checkup? [Internet]. [cited 2024 Jan 5]. Available from: https://www.cardio.com/blog/when-should-you-have-a-heart-health-checkup

Center of Disease Control and Prevention. Diabetes Tests. 2023. https://www.cdc.gov/diabetes/basics/getting-tested.html

Sumber gambar: https://www.freepik.com/free-vector/high-blood-pressure-abstract-concept-illustration_13753469.htm#fromView=search&page=1&position=0&uuid=057e4c58-b56c-4efa-868f-799cde436d5c