Operasi merupakan tindakan invasif yang menimbulkan perubahan fisiologis tubuh dan mempengaruhi organ lain, yang berlanjut pada masa post operasi dengan pengawasan ketat hingga pasien dipindahkan ke ruang rawat biasa. Pada pasien post operasi sering terjadi kelemahan, keterbatasan, hingga kecacatan, yang menyebabkan nyeri, kecemasan, dan keterbatasan gerak sendi. Komplikasi umum seperti decubitus terjadi akibat tirah baring yang lama (Fitriani, 2023).
Gangguan mobilitas fisik adalah diagnosa keperawatan yang mungkin muncul, ditandai dengan keterbatasan gerakan fisik pada satu atau lebih ekstremitas. Faktor yang mempengaruhi meliputi energi dan usia. Gangguan ini dapat menyebabkan perubahan metabolisme tubuh, ketidakseimbangan cairan dan elektrolit, gangguan nutrisi, fungsi gastrointestinal, pernapasan, kardiovaskular, musculoskeletal, dan eliminasi (Sulatri, 2023).
Mobilisasi dini adalah upaya untuk mengurangi komplikasi dan mempercepat penyembuhan pasien post operasi. Mobilisasi melibatkan aktivitas mulai dari latihan ringan di tempat tidur hingga berjalan. Tahap mobilisasi dini mencakup latihan napas dalam, gerakan miring, dorsifleksi kaki, ekstensi dan fleksi lutut, menaikkan dan menurunkan kaki, meninggikan posisi kepala dan badan, memutar telapak kaki, duduk di atas tempat tidur, hingga berjalan sendiri. Manfaatnya adalah melancarkan peredaran darah, mencegah statis vena, kontraktur otot, menunjang fungsi pernapasan, dan meningkatkan peristaltik usus. Mobilisasi diri efektif meningkatkan toleransi aktivitas, perawatan mandiri, memperpendek lama rawat, dan mempercepat pemulihan (Fitriani, 2023).
Tahap-tahap mobilisasi dini post operasi yang dapat dilakukan pada pasien post tindakan operasi yaitu
1. Latihan napas dalam
2. Melakukan gerakan miring kanan dan kiri
3. Melakukan gerakan dorslfleksi pada kaki (gerakan pompa betis)
4. Melakukan gerakan ekstensi dan fleksi lutut
5. Menaikkan dan menurunkan kaki secara bergantian dari permukaan tempat tidur
6. Meninggikan posisi kepala dan badan menggunakan bantal’
7. Memutar telapak kaki seperti membuat lingkaran dengan ibu jari
8. Duduk bersandar diatas tempat tidur
9. Berjalan sendiri
Dukungan keluarga sangat penting dalam pelaksanaan mobilisasi dini. Kerjasama antara perawat dan keluarga mengoptimalkan perawatan post operasi. Perawat memfasilitasi keluarga untuk aktif dalam perawatan, memberdayakan pengetahuan, sikap, dan kemampuan keluarga dalam membantu perawatan di rumah sakit. Dukungan keluarga berupa informasi, bantuan nyata, dan kehadiran emosional meningkatkan motivasi pasien untuk melakukan mobilisasi dini Bentuk dukungan yang diberikan keluarga dalam pelaksanaan mobilisasi dini pada pasien post operasi yaitu keluarga mendampingi pasien dalam melakukan mobilisasi dini, dukungan informasi dapat dilakukan oleh keluarga dengan memberikan informasi kepada pasien terkait pentingnya mobilisasi dan motivasi.
Referensi:
Fitriani, A. (2023). Latihan Mobilisasi untuk Meningkatkan Proses Pemulihan Pasca Operasi Laparatomi pada Pasien Peritonitis. Health Care Nursing Journal, 5(1), 529-537.
PPNI, D. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia .
Saputra, D. I. (2023). Penerapan Mobilisasi Dini terhadap Intensitas Nyeri pada Pasien Post Operasi di RSUD Pandan Arang Boyolali. Jurnal Ilmu Kesehatan Mandira Cendekia, 2(8), 211-218.
Sulatri, T. (2023). Tindakan Dukungan Mobilisasi Dini pada Pasien Post Operasi Appendictomy dengan Gangguan Mobilitas di RSUD Dr. Drajat Prawiranegara. Jurnal Untirta.